Rabu, 11 Desember 2024

Belajar dari Insiden Diintimidasi di Auckland

0 opini


Minggu malam yang lalu, sekitar pukul 19.00, saya mengalami sebuah insiden yang mengubah persepsi saya terhadap keamanan di Auckland. Setelah hampir enam bulan tinggal di kota ini, baru kali ini saya menghadapi situasi yang melibatkan seseorang yang agresif dan provokatif. Insiden tersebut menjadi bahan refleksi yang mendalam tentang keamanan, dinamika sosial, dan sikap kita di ruang publik.

Kejadian yang Mengubah Persepsi
Insiden itu terjadi ketika saya berjalan sendirian dekat sebuah restoran bernama Chamate. Awalnya saya ingin makan malam di situ, tapi melihat restorannya penuh dan masih ada beberapa grup yang mengantre, saya memutuskan untuk mencari tempat lain. Saya mencoba mengambil foto restoran dari kejauhan, tetapi tiba-tiba seorang pria berjalan dan masuk ke dalam frame. Dia tiba-tiba berjalan mendekati saya, dan saat itu juga saya batal mengambil foto

Pria itu menghampiri saya, bersikap agresif, dan menuduh saya mengambil fotonya. Meskipun saya sudah menjelaskan bahwa saya tidak mengambil fotonya, dia tetap bersikeras dan bahkan mendorong saya. Tubuh saya sempat oleng, tapi saya berhasil menahan diri agar tidak terjatuh. Situasi semakin tegang ketika dia memaksa memeriksa ponsel saya dan tentu saja saya tolak. Mengeluarkan ponsel dan memperlihatkannya ke orang asing yang bersikap agresif dan provokatif bukanlah pilihan yang bijaksana.

Dalam keadaan tersebut, saya mencoba tetap tenang, walaupun saya tidak yakin apakah sebaiknya saya tetap di tempat atau mencari cara untuk pergi secepatnya dari situ. Sementara itu, pria itu terus saja ngebacot. Dia memaki saya dan mengancam akan memukuli saya. Dia juga mengancam akan mengambil semua barang saya. Saya tetap diam. Situasi yang menegangkan itu akhirnya reda saat sepasang pejalan kaki melewati kami. Pria itu tiba-tiba pergi meninggalkan saya tanpa berkata apa-apa. Mungkin dia memang sengaja melakukan provokasi dan saat ada potensi saksi, dia pergi.

Insiden Serupa di Hari Sebelumnya
Insiden ini mengingatkan saya pada dua kejadian lain yang terjadi satu hari sebelumnya di hari Sabtu. Sabtu sore, seorang pria tiba-tiba memaki-maki saya tanpa alasan jelas ketika saya dalam perjalanan pulang. Sementara itu, Sabtu malam, selang beberapa jam dari insiden Sabtu sore itu, seorang pria meminta makanan yang saya bawa pulang, dan ketika saya mengabaikannya, dia mengejek saya sebagai orang pelit. Meskipun kedua insiden itu cenderung konyol daripada berbahaya, kejadian Minggu malam membuat saya berpikir bahwa hal-hal konyol juga bisa berubah menjadi situasi yang lebih serius.

Lessons Learned
Belajar dari insiden-insiden ini sangat penting, tidak hanya bagi saya, tapi bagi siapa saja yang tinggal atau berkunjung ke kota besar seperti Auckland. Berikut ini hal-hal yang saya rasa penting untuk diingat:

  1. Tidak ada jaminan aman 100%.
    Kejadian ini membuat saya menyadari bahwa bahkan kota yang terasa aman bisa menghadirkan situasi yang tidak terduga. Beberapa teman sudah mengingatkan saya soal risiko keamanan di Auckland, khususnya dengan tunawisma. Saya sempat menganggap remeh peringatan itu karena selama ini, prinsip "abaikan mereka" selalu berhasil. Namun, pengalaman ini menjadi pengingat bahwa risiko bisa muncul kapan saja, terutama di ruang publik.
  2. Tetap tenang dalam kondisi apa pun.
    Ketika menghadapi seseorang yang agresif, saya belajar bahwa tetap tenang adalah kunci. Teman saya yang sempat mendengar cerita ini juga menegaskan pentingnya bersikap tenang karena seandainya saya membalas, pria itu punya alasan untuk bertindak lebih jauh. Respons yang emosional atau panik hanya akan memperburuk keadaan. Dalam kasus ini, saya mencoba menjaga ketenangan meskipun intimidasi terus berlangsung.
  3. Lebih waspada di ruang publik.
    Pengalaman ini mengajarkan saya akan pentingnya kesadaran terhadap situasi. Contohnya, hindari mengambil foto di tempat yang bisa disalahartikan atau bersiap untuk menghadapi kemungkinan interaksi yang tidak nyaman. Sebagai Google Maps Local Guide, saya selalu mengingat hal itu saat mengambil foto. Saya senantiasa menghindari mengambil wajah atau gambar lain yang dapat mengidentifikasi seseorang, tapi faktanya risiko disalahartikan itu tetap ada. Selain itu, saya juga belajar bahwa rencana darurat untuk menghubungi teman atau pihak berwenang saat dibutuhkan juga menjadi penting.
  4. Lebih aman dengan kehadiran orang lain.
    Dalam peristiwa Minggu malam, kehadiran pasangan yang lewat tanpa sengaja membantu saya keluar dari situasi sulit. Ini menunjukkan betapa pentingnya keberadaan orang lain dalam memberikan rasa aman, meskipun mereka tidak secara langsung terlibat. Lebih baik  Kemungkinan situasinya akan lebih baik lagi kalau saat itu saya berjalan bersama teman. Paling tidak, teman saya bisa pergi mencari bantuan saat saya berurusan dengan pria agresif itu.

Kesimpulannya?
Insiden-insiden ini memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya. Sebagai pendatang, saya belajar untuk lebih waspada dan menghormati dinamika sosial di kota yang baru. Hal yang lebih penting lagi adalah pengalaman ini mengingatkan saya untuk tetap tenang dan berpikir jernih dalam menghadapi situasi sesulit apa pun.

Saya berbagi cerita ini bukan untuk menakut-nakuti atau menjelek-jelekan pihak tertentu. Saya berbagi untuk merefleksikan bagaimana kita bisa tetap aman di ruang publik. Kalau teman-teman memiliki pengalaman serupa atau tips untuk menghadapi situasi seperti ini, saya dengan senang hati akan mendengarkan ceritanya di kesempatan lain. Saya pamit mau menjelajahi Auckland lagi. *Kuy!*


Minggu, 08 September 2024

Tips Menghadapi Seleksi Wawancara LPDP

0 opini

Berikut ini beberapa tip menghadapi Seleksi Substansi (Wawancara) Beasiswa LPDP. Semuanya saya buat berdasarkan pengalaman saya saat mengikuti wawancara dan informasi dari teman-teman saya yang telah menjadi awardee Beasiswa LPDP. Jadi, informasi di bawah ini sifatnya subyektif dan terbatas.

Sebelum membahas tip, saya membuat video yang berisi contoh pertanyaan dalam wawancara. Videonya tersedia di bawah ini.


Beberapa tip yang umum:

  1. Wawancara adalah Kesempatan untuk Mengenal Kandidat: Tujuan wawancara LPDP adalah untuk mengenal kandidat lebih jauh, bukan untuk menjatuhkan. Hal ini penting untuk diingat agar kita dapat menghadiri wawancara dengan lebih percaya diri dan terbuka.
  2. Penilaian Bersifat Subyektif: Pastikan bahwa wawancara adalah kesempatan bagi kita untuk menyakinkan pewawancara bahwa kita layak diterima sebagai penerima beasiswa. Hal itu berarti cara berkomunikasi yang kita utamakan adalah persuasif.
  3. Ulas Dokumen yang Diunggah: Ulas kembali semua dokumen yang kita unggah, termasuk proposal riset bagi calon mahasiswa S3. Pastikan poin-poin penting dari setiap bagian yang tercantum dalam dokumen itu seperti kekuatan, kelemahan, atau pengalaman pribadi, dapat kita pahami dengan baik agar bila ditanya, kita juga dapat menjelaskannya dengan baik.
  4. Jawab dengan Singkat dan Padat: Hal ini bukan rahasia lagi dalam wawancara, tapi kadang kita terbawa suasana atau berusaha meyakinkan pewawancara dengan memberikan jawaban selengkap mungkin, sehingga jawaban kita menjadi panjang dan lebar. Akibatnya kita bisa kehilangan fokus dan pewawancara belum tentu menangkap maksud kita dengan baik.
  5. Jaga Keseimbangan Ego: Percaya diri itu baik, tapi terlalu percaya diri seolah-olah seluruh dunia bertekuk lutut pada kita itu buruk. Rendah hati itu baik, tapi rendah diri itu buruk. Temukan keseimbangan antara percaya diri dan rendah hati saat memberikan jawaban.
  6. Tetap Rileks: Semua tahu hal ini, tapi sering terlupakan saat wawancara. Penting bagi kita untuk tetap tenang selama wawancara. Ketenangan membantu kita berpikir lebih jelas, menjawab pertanyaan dengan lebih baik, dan tampil lebih percaya diri.
  7. Gunakan Humor dengan Bijak: Jika situasi dan kondisi memungkinkan, gunakan humor untuk mencairkan suasana atau bahkan memberikan kesan yang berbeda bagi pewawancara. Hal ini akan membantu kita untuk lebih rileks dan pada akhirnya, lebih percaya diri saat wawancara.
Penjelasan yang serupa dengan daftar di atas dapat ditonton di video di bawah ini.


Beberapa tip dalam pembahasan rencana studi:

  1. Rencana Studi yang Terarah: Memiliki rencana studi yang jelas dan terarah adalah kunci. Pastikan kita bisa menjelaskan dengan rinci, tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu, tentang tujuan dan langkah-langkah yang akan kita ambil dalam studi kita.
  2. Letter of Acceptance (LoA) Bukan Faktor Kunci: LoA bukan, saya ulangi, bukan faktor kunci yang menentukan keberhasilan dalam seleksi. Fokus pada komitmen kita terhadap studi dan dampak studi kita kelak juga penting. Bagi calon mahasiswa S3, kekuatan proposal riset juga memiliki peran yang signifikan.
  3. Perkembangan Positif: Kalau memungkinkan, sampaikan perkembangan positif yang terjadi dalam proses mencari kampus, misalnya respons dari staf akademik di kampus tujuan atau lulus dari proses administrasi pendaftaran di kampus itu. Perkembangan positif itu dapat menunjukkan kemajuan nyata dalam rencana studi kita.
  4. Keaslian dan Kesiapan: Pewawancara memperhatikan keaslian dan kesiapan kita dalam melanjutkan studi kita. Semua itu akan terlihat dari jawaban kita saat wawancara, termasuk sinkron atau tidaknya jawaban kita dengan isi esai yang kita unggah sebelumnya. Ceritakan pengalaman dan rencana studi dengan jelas dan meyakinkan.

Penjelasan senada dapat ditonton di video di bawah ini.



Beberapa tip dalam pembahasan proposal riset, khususnya bagi calon mahasiswa S3:
  1. Proposal Riset yang Kuat: Proposal riset harus didukung referensi akademik yang kuat dan relevan. Referensi yang lemah dapat menurunkan nilai tambah proposal kita karena dianggap tidak dibangun di atas riset yang telah ada. Dampak riset kita untuk dunia akademik akan muncul dengan sendirinya bila proposal riset kita memiliki fondasi yang kuat.
  2. Dampak Riset yang Jelas: Proposal riset harus memiliki dampak positif yang jelas di luar dunia akademik. Dampak riset itu dapat mencakup nilai tambah terhadap diri kita sendiri, khususnya karir kita, organisasi tempat kita kembali bekerja, atau masyarakat. Semakin luas dampak riset kita, semakin baik.
  3. Selaras dengan Rencana Studi: Riset kita harus terlihat menjadi bagian dari rencana kontribusi kita di masa depan. Di balik proposal riset yang kuat dengan dampak yang jelas, keselarasan itu harus jelas, yaitu apa dan bagaimana peran riset kita dalam rencana kita ke depan.
Penjelasan lebih lanjut dapat ditonton di video di bawah ini.



Untuk cerita lain terkait pengalaman saya mengikuti seleksi LPDP, termasuk IELTS, esai, dan tes bakat skolastik, cek di sini.

Minggu, 30 Juni 2024

Memahami >90% Kosakata Al-Qur'an

0 opini

Saat ini, saya sudah bisa memahami mayoritas isi Al-Qur'an tanpa perlu membaca terjemahannya. Kalau saya ukur secara umum, sepertinya saya sudah dapat memahami lebih dari 90% kata-kata dalam Al-Qur'an. Keuntungan utamanya adalah kegiatan membaca Al-Qur'an saya saat ini lebih mengena karena saya tahu arti bacaan saya.

Untuk mencapai kondisi itu, saya belajar sendiri menggunakan materi pelajaran Bahasa Arab Al-Qur'an yang tersedia di Internet, khususnya di YouTube. Dua kanal andalan saya saat itu adalah FreeQuranEducation (FQE) dan Arabic101. Video dari FQE sifatnya lebih mendasar, tapi sangat bermanfaat untuk getting started. Pendalamannya saya lakukan lewat Arabic101.

Saya memang belajar sendiri, yaitu tanpa guru, tapi tidak sendirian. Saya mengajak anak-anak saya untuk ikut belajar bersama. Harus saya akui, hal itu adalah keputusan yang tepat karena lebih mudah bagi saya untuk mengalahkan rasa malas belajar. Cerita lengkapnya dapat disimak dalam video di bawah ini.


Kami juga membuat daftar kata yang mencakup 85% kosakata dalam Al-Qur'an. Kami mengambilnya dari Arabic101, tapi ada beberapa perubahan kecil yang kami lakukan. Daftar kata ini sangat bermanfaat untuk melatih/mengulang agar kita tidak mudah lupa. Bagi yang ingin menggunakannya, daftar kata itu dapat diakses di sini: https://bit.ly/85persenalquran.