Hari ini saya meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak saya jalan-jalan ke Ragunan. Pengalaman ini adalah pengalaman pertama Raito dan Aidan melihat binatang secara langsung karena selama ini mereka hanya mengenal binatang lewat televisi dan buku cerita. Terus terang ini pun menjadi pengalaman saya yang pertama mengunjungi kebun binatang Ragunan.
Kemane aje Miiir ...
Kunjungan ke Ragunan ini dapat dikatakan
tidak terencana dengan baik. Saya hanya sempat browsing beberapa saat untuk mencari informasi lebih banyak tentang Ragunan. Tujuannya tidak lain agar kunjungan singkat kami ke Ragunan ini tidak hanya diisi dengan jalan-jalan tidak tentu arah. Sayang sekali kalau kunjungan sekali seumur hidup ke Ragunan ini tidak memberi kesan sama sekali.
Pagi tadi kami tiba di kebun binatang Ragunan sekitar pukul 10.15 menggunakan mobil pribadi. Area parkir mobil dan motor sudah ramai dengan kendaraan. Tarif parkir mobil di kebun binatang Ragunan ini sebesar
Rp. 5.500. Walaupun area parkir sudah ramai, saya tetap tidak mengalami kesulitan mendapatkan tempat parkir. Alhamdulillah.
Tidak lama kemudian, saya dan keluarga sudah mengantri di loket karcis masuk. Tarif karcis masuk untuk orang dewasa adalah
Rp. 4.500, sedangkan untuk anak-anak (3-12 tahun) adalah
Rp. 3.500. Situasi di sekitar loket karcis dan pintu masuk kebun binatang Ragunan tentu saja ramai. Bukan hanya pengunjung yang memadati area ini, tapi berbagai pedagang mainan anak-anak, tikar (tipis), dan tukang foto ikut hadir meramaikan suasana.
Setelah masuk, tempat pertama yang kami kunjungi adalah kandang Pelikan. Raito dan Aidan cukup antusias melihat burung Pelikan ini secara langsung. Sayangnya rasa antusias ini tidak bertahan lama. Setelah menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto, kami pun melanjutkan perjalanan untuk melihat binatang-binatang yang lain.
Dari sini kami berjalan menuju kandang Merak Hijau. Tidak ada yang spesial di bagian ini. Selanjutnya kami berjalan menuju kandang Gajah Sumatera. Raito dan Aidan sibuk meminta digendong untuk melihat Gajah-gajah Sumatera itu. Tinggi badan mereka masih lebih rendah dari tinggi pagar pembatas kandang. Alhasil saya dan istri masing-masing kebagian menggendong mereka supaya mereka bisa melihat dengan jelas. Dari kandang Gajah, kami menyeberang ke kandang Rusa. Lagi-lagi tidak ada yang spesial di bagian ini. Akhirnya kami memutuskan untuk ikut naik
Kereta Keliling. Harapannya adalah kami bisa melihat area Ragunan secara garis besar dan berbagai binatang lainnya di atas Kereta Keliling tersebut.
Kereta Keliling ini pada dasarnya hanya mobil gandeng. Tarif sekali naik untuk orang dewasa adalah
Rp. 6.500. Anak-anak 3 tahun ke atas pun tarifnya sama, yaitu
Rp. 6.500. Sayangnya perjalanan di atas Kereta Keliling ini tidak sesuai harapan. Perjalanannya terbilang cepat dan singkat. Belum sempat saya menikmati perjalanan keliling Ragunan, tiba-tiba Kereta Keliling ini sudah kembali ke tempat semula. Sesi melihat binatang pun kami lakukan sesempatnya saja, yaitu kalau sempat ada binatang yang terlihat saat Kereta Keliling ini melewati kandangnya. Bila ada satu binatang yang sempat saya lihat, saya buru-buru memanggil Raito dan Aidan supaya mereka turut melihat.
Mengecewakan ...
Setelah turun dari Kereta Keliling, kami memutuskan untuk mampir ke
Pusat Primata Schmutzer. Pusat Primata Schmutzer ini salah satu tempat yang direkomendasikan saat saya browsing tentang Ragunan di Internet. Dari namanya terlihat megah bukan: Pusat Primata. Tentunya ada banyak primata yang dipelihara di tempat ini, walaupun dari informasi yang saya baca itu yang menjadi atraksi utama adalah Gorila dan Orang Utan.
Tarif masuk ke Pusat Primata Schmutzer adalah
Rp. 5.000; berlaku sama untuk orang dewasa dan anak-anak. Sebagaimana tertulis di berbagai halaman web yang saya temukan lewat Google, daya tarik utama di tempat ini adalah Gorila dan Orang Utan. Kandang untuk Gorila sangat luas walaupun Gorila yang terlihat hanya beberapa ekor saja.
Sementara Orang Utan memiliki area tersendiri yang disebut
Dunia Orang Utan. Pengunjung akan masuk ke dalam sebuah lorong buatan (yang gelap dan ditata seperti gua) dan di beberapa titik dalam lorong tersebut tersedia kaca-kaca besar untuk melihat Orang Utan. Lorong buatan ini cukup sempit dan pada titik-titik tertentu agak
njelimet (berkelok-kelok), tapi kehadirannya memberi nuansa yang berbeda dibandingkan sekedar melongok ke dalam kandang.
Thumbs up!
Yang sangat disayangkan adalah
Canopy Bridge yang ingin saya coba jajaki itu ditutup. Tidak jelas alasan kenapa area ini ditutup. Mungkin Canopy Bridge ini memang hanya dibuka pada hari-hari tertentu saja atau mungkin juga ditutup untuk perbaikan (perawatan). Entahlah. Yang pasti Canopy Bridge ini adalah tempat terakhir yang kami kunjungi di dalam Pusat Primata Schmutzer ini.
Lepas dari Pusat Primata Schmutzer, kami mencari masjid untuk shalat zhuhur. Di sini kami mengalami pengalaman pahit. Masjid yang kami hampiri berdasarkan denah Ragunan yang sempat kami lihat di Pusat Informasi itu ternyata ditutup (tidak digunakan). Padahal lokasi masjid ini cukup jauh dan kami sekeluarga pun sudah mulai lelah. Pengalaman ini pun menjadi ujian kesabaran bagi kami seraya kami berbalik arah mencari masjid yang lain.
What a pain ...
Masjid alternatif letaknya cukup jauh dari masjid di atas. Berhubung kami sekeluarga sudah kehabisan energi, kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan singkat ke Ragunan ini. Masjid menjadi tempat terakhir yang kami kunjungi. Pasca shalat zhuhur, kami beristirahat di sekitar masjid sambil mencari tempat untuk makan siang. Setelah itu saya dan istri sempat memanjakan Raito dan Aidan dengan mengajak mereka mengendarai mobil-mobilan kecil yang disewakan tidak jauh dari lokasi masjid. Tarif bermain mobil-mobilan kecil ini cukup murah, yaitu
Rp. 6.000 untuk sekali naik. Durasinya pun cukup lama sampai-sampai saya sendiri sempat merasa bosan menemani Raito dan Aidan di atas mobil-mobilan itu.
Adzan asar pun berkumandang. Shalat asar adalah kegiatan terakhir sebelum kami pergi meninggalkan Ragunan. Secara garis besar, kunjungan ke Ragunan kali ini cukup berkesan. Ada banyak tempat yang sempat kami telusuri di Ragunan ini walaupun pada akhirnya binatang yang kami lihat langsung itu tidak terlalu banyak. Ada juga beberapa "wahana" yang belum sempat kami coba antara lain
Wisata Rakit dan
Sepeda Air.
Kalau saja ada model transportasi yang lebih nyaman, mungkin kunjungan kami ke Ragunan ini akan lebih memuaskan. Kereta Keliling jelas bukan pilihan dan penyewaan sepeda tandem tidak mungkin menjadi alternatif bagi orang-orang yang membawa anak balita. Seandainya Ragunan menyediakan sejenis kendaraan roda empat seperti kendaraan di padang golf, mungkin saya tidak akan keberatan menyewanya daripada harus kelelahan berjalan kaki; sambil menggendong anak pula.
Terlepas dari itu semua, cuti hari pertama ini saya gunakan dengan baik. Saya bisa meluangkan waktu untuk melakukan sesuatu yang baru bersama istri dan anak-anak. Alhamdulillah urusan kantor dapat saya lupakan seiring dengan hiburan yang saya dapatkan bersama keluarga. Pengalaman pahit mencari masjid di atas pun berubah menjadi sesuatu yang dapat saya tertawakan bersama istri.
\