Total intermittent fasting (IF) saya per minggu adalah 116 jam (rincian ada di gambar). Setiap hari, saya mulai puasa dari pukul 9 malam. Senin dan Kamis saat puasa sunnah, sahur hanya minum air putih. Alhasil IF saya di 2 hari itu bisa sampai 21 jam.
IF di hari kerja lain saya batasi 16 jam, yaitu dari pukul 9 malam hari sebelumnya sampai pukul 1 siang. Saat itu saya mulai makan siang. Sisanya, yaitu Sabtu dan Minggu, saya kurangi menjadi 14 dan 12 jam karena saya perlu menyesuaikan diri dengan waktu ngemil keluarga.
IF saya lakukan bukan lagi untuk mengelola berat badan, tapi untuk mengambil manfaat kesehatannya. Terus terang saya tidak lagi berminat menurunkan berat badan. Berat badan berkutat di 58-60 kg sudah cukup. Saat ini saya hanya berusaha untuk menjaga badan agar tidak jadi "bulat".
Untuk menjaga kestabilan berat badan juga tidak cukup dengan IF. Kuantitas makanan yang masuk di waktu makan juga harus dikendalikan. Satu hal yang paling berpengaruh untuk badan saya adalah nasi. Saya bertahan hanya makan nasi 1 kali sehari walaupun waktu makan tetap 2 kali.
Hal yang belum jalan secara konsisten adalah olahraga ringan, khususnya saat puasa. Dokter Andi Pratama Dharma menyarankan agar IF dibarengi olahraga setelah puasa minimal 10 jam. Pola itu dinyatakan efektif membakar lemak, tapi saya belum bisa menemukan waktu dan tempatnya.
Terlepas dari nasi dan olahraga ringan, IF memang berdampak positif bagi saya, terutama pada lambung. Sejak IF saya lakukan secara konsisten, kondisi lambung saya membaik karena GERD saya tidak sering kambuh seperti sebelum IF. Selain itu, dompet juga lebih sehat.