To Blog or Not To Blog* |
Saat kuliah, saya lebih memilih untuk fokus belajar dan mengerjakan tugas-tugas kuliah dibandingkan menulis panjang-lebar di blog. Akhir pekan juga sering saya manfaatkan untuk urusan kuliah. Saat ada waktu luang, saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu saya untuk berhibur bersama istri dan anak-anak. Pola hidup seperti itu lambat laun terbentuk dengan sendirinya sehingga pasca kuliah pun, setelah saya kembali bekerja, saya masih menerapkan pola hidup yang sama. Senin s.d. Jumat saya maksimalkan untuk mengerjakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab saya, sementara Sabtu dan Minggu saya dedikasikan untuk istri dan anak-anak.
Lalu kenapa saya memutuskan untuk kembali menulis di blog? Karena saya merasa kehilangan. Kehilangan apa? Pertama, saya kehilangan satu saluran untuk berbagi manfaat. Saya yakin tulisan-tulisan saya bisa memberikan manfaat walaupun jumlahnya tidak seberapa. Sebagai seorang muslim, kesempatan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat itu tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja; sekecil apa pun kesempatan itu. Saya bisa saja berbagi tulisan melalui status update di Facebook atau membuat rangkaian twit di Twitter, tapi tulisan-tulisan tersebut akan lebih mudah ditemukan lewat Google Search bila dipajang di blog.
Kedua, saya kehilangan satu cara untuk berpikir kreatif. Saya memang bukan orang paling kreatif di dunia ini, tapi saya masih merasa bahwa menulis itu justru menumbuhkembangkan kreativitas saya. Paling tidak, dengan menulis di blog, saya bisa memikirkan (dan menuliskan) hal-hal di luar rutinitas sehari-hari. Kalaupun tidak bisa lepas dari rutinitas sehari-hari, paling tidak menulis itu bisa membantu menata pemikiran saya menjadi lebih logis dan sistematis.
Ketiga, saya kehilangan satu paksaan untuk membaca. Menulis itu pada dasarnya memaksa saya untuk membaca. Tidak mungkin saya menulis sesuatu yang saya tidak tahu. Hal ini jelas bertolak belakang dengan keinginan saya untuk memberikan manfaat lewat tulisan. Saya pasti akan menulis sesuatu yang saya tahu. Bila pengetahuan saya kurang, otomatis saya akan mencari tahu dan minimal saya akan membaca tulisan-tulisan yang relevan dan memiliki kredibilitas yang memadai.
Tiga hal tersebut yang menjadi alasan utama kenapa saya kembali memutuskan untuk menulis di blog. Walaupun saya semakin jarang menulis di blog, bahkan mendekati status vakum, darah blogger itu ternyata belum berhenti mengalir di dalam tubuh saya. Sudah waktunya bagi saya untuk meramaikan kembali blog-blog saya; minimal blog ini. Semoga saja keputusan ini tidak bersifat sepihak, maksud saya, tidak bersifat sementara.
--
*Gambar ditemukan lewat Google Image Search
Selamat datang kembali Mas, semoga rutin nulis :)
BalasHapus