Tarawih tadi malam di Masjid Canberra benar-benar berkesan karena imam shalat memimpin shalat tarawih dengan mengkhatamkan Al-Qur'an. Shalat Isya dimulai dengan bacaan surat At-Thariq. Bacaan surat pendeknya sambung-menyambung hingga ditutup dengan bacaan surat An-Nas di rakaat terakhir shalat Witir. Pelaksanaan shalatnya sendiri terbilang singkat, tapi ada beberapa kegiatan lain yang membuat keseluruhan pelaksanaan shalat tarawih tersebut menjadi super panjang.
Pertama, setelah shalat Isya selesai dan sebelum shalat tarawih dimulai, ada sesi pembacaan surat-surat di dalam Al-Qur'an oleh anak-anak. Kalau tidak salah, ada 14 orang anak yang maju ke depan untuk membaca surat pendek sesuai arahan sang Imam. Ternyata 14 anak-anak itu memang mengikuti program pelatihan membaca Al-Qur'an yang dipimpin oleh sang Imam. Mayoritas anak-anak itu membaca dengan lancar, tapi ada beberapa yang masih perlu dikoreksi. Bagian yang lucu adalah saat seorang anak berumur 3 tahun maju ke depan untuk membaca surat Al-Kautsar. Tidak hanya salah membaca, anak itu bahkan kesulitan mengikuti saat sang Imam turun tangan dan mengajarkan bacaannya secara langsung. Mungkin anak itu demam panggung. Satu hal yang pasti, kejadian itu benar-benar menghibur para jama'ah yang hadir di situ.
|
Si Kecil Pembaca Al-Kautsar (Depan, Tengah, Jaket Biru) |
Kedua, setelah 4 rakaat pertama shalat tarawih, ada sesi ceramah. Kenapa ceramahnya tidak setelah shalat tarawih seperti di Musala Spence? Mungkin kebijakan pengurus Masjid Canberra adalah untuk memaksimalkan orang yang mendengarkan ceramah, sementara pengurus Musala Spence lebih memilih untuk mempermudah orang-orang yang perlu segera pulang setelah shalat tarawih. Saya pribadi lebih suka kebijakan Musala Spence karena saya tahu bahwa saya mendengarkan ceramah shalat tarawih itu bukan karena terjebak di tengah-tengah pelaksanaan shalat tarawih.
Ketiga, di rakaat terakhir shalat Witir, imamnya memimpin pembacaan doa. Pembacaan doa tersebut bukan dilakukan setelah shalat selesai, tapi di dalam shalat, yaitu setelah membaca surat pendek sebelum rukuk dan pada saat melaksanakan iktidal sebelum sujud. Doa pertama terbilang pendek, tapi doa kedua durasinya benar-benar panjang. Benar-... benar... panjang. Mungkin panjangnya setara dengan setengah juz di dalam Al Qur'an. Baru pertama kali saya mengikuti pembacaan doa selama itu. Badan saya sendiri sepertinya kaget karena harus berdiri selama itu di rakaat terakhir.
|
Bincang-bincang Pasca Shalat Tarawih |
Setelah semua kegiatan selesai, waktu sudah melewati jam 9.30 malam. Dengan dihiasi pembacaan Al Qur'an, ceramah, dan doa di akhir shalat Witir, keseluruhan pelaksanaan shalat tarawih tersebut menghabiskan waktu lebih dari 2,5 jam. Masya Allah. Sebegitu lamanya, istri saya sampai khawatir karena tidak biasanya sampai jam 9 malam saya belum memberi kabar.
|
Masjid Canberra (dari Area Parkir) |
Walaupun panjang dan lama, pengalaman shalat tarawih tersebut benar-benar berkesan. Badan memang terasa lebih lelah dari biasanya, tapi rasa lelah itu kalah dengan rasa puas yang saya peroleh dari shalat tersebut. Mungkin saya perlu lebih sering lagi mengikuti pelaksanaan shalat tarawih seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar