Anak adalah harta yang paling berharga bagi setiap orang tua. Dalam konteks ini, tidak ada satu orang pun yang mau hartanya diambil secara paksa. Anak yang sudah susah payah dibesarkan sejak di dalam rahim sampai lahir di dunia ini bukan sesuatu yang dapat direlakan begitu saja. Orang lebih memilih kehilangan harta ketimbang kehilangan anak mereka.
Saya teringat salah satu plot dalam serial Friends (http://en.wikipedia.org/wiki/Friends) saat Phoebe merelakan rahimnya ditempati oleh anak-anak adiknya, Frank. Pada awalnya Phoebe tidak merasakan ikatan apa pun dengan anak-anak tersebut. Akan tetapi setelah anak-anak itu lahir, tidak mudah bagi Phoebe untuk merelakan anak-anak itu dibawa oleh Frank.
Sayangnya banyak orang yang tidak mau peduli dengan ikatan antara orang tua dan anak ini sehingga mereka seenaknya saja memperjualbelikan anak. Mereka yang kekurangan stok anak untuk diperjualbelikan akhirnya terpaksa mengambil resiko menculik anak orang lain. Prinsip ekonomi berjalan. Selama ada permintaan, senantiasa ada pihak yang berkenan memenuhi permintaan tersebut.
Resiko penculikan anak ini sebenarnya tidak kecil. Menurut saya, semua itu kembali kepada kelalaian pihak-pihak yang bertanggung jawab menjaga anak tersebut. Kasus penculikan anak di instansi kesehatan dapat dikatakan merupakan tanggung jawab instansi kesehatan tersebut. Kehati-hatian memang diperlukan saat menyerahkan seorang anak -apalagi anak baru lahir- kepada orang lain.
Tempat umum seperti taman atau pusat perbelanjaan juga rentan. Saat orang tua sedang sibuk berbelanja, perhatian kepada anak pun berkurang. Apalagi anak-anak kadang berkeliaran dengan sendirinya tanpa pengawasan orang tua. Tiba-tiba anak-anak hilang dari pandangan. Tanpa disadari, anak-anak itu sudah ada di tangan orang lain.
Rumah (tempat tinggal) dan lingkungan sekitar pun tidak boleh luput dari pengawasan. Kehadiran baby-sitter atau pembantu tidak menjamin keamanan anak-anak. Waktu anak-anak bermain di luar rumah adalah waktu untuk memperketat pengawasan. Bukan tidak mungkin orang yang kita sangka orang baik-baik ternyata menjadi biang keladi penculikan anak.
Baby-sitter atau pembantu pun menyimpan resiko tersendiri. Saat penculikan anak terjadi, mereka bisa jadi pelaku utama penculikan tersebut. Kalau pun tidak, mereka mungkin menjadi anggota komplotan penculikan itu. Jangan langsung percaya 100% dengan para pembantu.
Prinsip itu sepertinya dipegang oleh Ibu Mertua saya. Beliau selalu mencari pembantu yang lokasi tempat tinggalnya bisa ditelusuri. Proses pencarian pembantu memang lebih rumit karena harus mencari langsung di daerah. Hanya saja tenaga yang dipekerjakan dapat lebih dipercaya ketimbang mengandalkan agen-agen pembantu yang umum. Walau lebih merepotkan, pengorbanan seperti ini tentu saja layak dilakukan.
Resiko lain tentu tetap ada. Apa yang saya paparkan di atas hanya segelintir dari sekian banyak resiko penculikan anak yang ada di masyarakat. Yang penting untuk ditanamkan dalam benak para orang tua adalah untuk memperbaiki kualitas pengawasan pada anak masing-masing. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Lebih baik mencegah daripada mengobati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar