Semester 2 yang saya jalani di Program Beasiswa MTI (Magister Teknologi Informasi) GCIO (Government Chief Information Officer) sudah berakhir sejak pertengahan Juni lalu. Intensitas belajar langsung turun drastis. Waktu luang di akhir pekan tidak lagi saya habiskan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah atau memperdalam materi-materi kuliah berikutnya. Waktu yang bisa saya curahkan untuk istri dan anak-anak saya pun langsung naik drastis. Jangankan akhir pekan, waktu di hari kerja pun bisa saya habiskan untuk bermain bersama anak-anak atau membantu istri dengan berbagai perintilan urusan rumah tangga.
Semester 2 di Program Beasiswa MTI GCIO memang edan! Intensitas perkuliahan dapat dikatakan jauh lebih tinggi daripada semester sebelumnya, padahal di semester sebelumnya saya pribadi sudah merasa kesulitan untuk mengimbangi derasnya arus perkuliahan. Mengapa begitu? Perbedaan mendasar yang membuat intensitas perkuliahan di semester 2 ini menjadi lebih tinggi daripada semester 1 adalah karena perkuliahan di semester 2 ini lebih mengarahkan mahasiswa pada isu-isu yang strategis. Hal ini, menurut saya, lebih sulit untuk dipahami dibandingkan isu-isu teknis yang harus dipahami di semester 1, apalagi banyak dari isu-isu teknis itu sudah saya hadapi dalam dunia kerja.
Tumpukan buku dan laptop* |
Tidak kalah menantangnya adalah mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Ilmiah (MPPI). Walaupun sifat dasar dari mata kuliah ini agak berbeda dengan mata kuliah-mata kuliah yang saya sebutkan di atas, orientasinya tetap saja sama. MPPI ini memang lebih diarahkan untuk mempersiapkan mahasiswa untuk melakukan penelitian di karya akhirnya nanti, tapi berhubung karya akhir mahasiswa Program MTI, baik Program MTI Reguler maupun Program Beasiswa MTI GCIO, bersifat terapan, studi kasus yang diangkat di karya akhir masing-masing mahasiswa pun umumnya sebuah organisasi/perusahaan (umumnya tempat bekerja dari mahasiswa terkait). Alhasil mata kuliah MPPI ini tidak hanya mengarahkan mahasiswa untuk berpikir logis dan sistematis, tapi juga untuk berpikir strategis.
Sebagian dari kita mungkin akan bertanya, apa susahnya berpikir strategis? Kesulitan pertama adalah bagaimana merubah pola pikir dari yang awalnya hanya berpikir tentang masalah-masalah teknis di depan mata menjadi berpikir tentang masalah-masalah perusahaan mulai dari tingkat pimpinan sampai tingkat staf. Kesulitan kedua adalah bagaimana agar pola pikir yang sudah berubah itu dapat diterapkan dalam dunia nyata. Kesulitan ketiga adalah bagaimana agar perubahan pola pikir dan penerapannya itu dapat diterapkan dalam kurun waktu yang terbilang singkat. Intinya adalah bagaimana memahami berbagai materi perkuliahan yang terbilang asing, menuangkannya dalam berbagai tugas individu dan tugas kelompok yang menguras waktu dan tenaga, seraya mengatur waktu yang dimiliki agar semua materi dan tugas dari keempat mata kuliah tersebut bisa dipahami dan dikerjakan dengan baik (baca: tidak asal selesai).
Masih ada 1 tantangan lain, yaitu mata kuliah ke-5. 4 mata kuliah yang sudah saya ceritakan di atas adalah mata kuliah wajib sehingga wajib juga diambil oleh mahasiswa Program MTI Reguler. Khusus untuk mahasiswa Program Beasiswa MTI GCIO diwajibkan mengambil 5 mata kuliah. 4 mata kuliah wajib tersebut ditambah 1 mata kuliah pilihan. Saya sendiri memilih mengambil Data Mining & Business Intelligence (DMBI) karena selaras dengan minat saya. Terlepas dari itu, juggling 5 mata kuliah tentu saja bukan hal yang mudah. 4 mata kuliah wajib itu saja sudah menguras begitu banyak waktu. Tambahan 1 mata kuliah pilihan itu tentu saja akan memberikan beban tambahan kepada beban kuliah yang sudah terlampau berat.
Sebegitu beratnya kuliah di semester 2 itu?
Ya, memang berat. Tapi "berat" di sini bukan berarti tidak bisa dilampaui dengan baik. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meringankan beban kuliah di semester 2 itu. Pertama, untuk mata kuliah MIK, fokusnya ada pada pemahaman materi. Metode belajar yang terpusat pada mahasiswa membuat mata kuliah ini penuh dengan diskusi (dan pada akhirnya interpretasi). Yang paling penting untuk dilakukan adalah mengupas buku teksnya secara tuntas; bukan hanya materinya, tapi juga studi kasus yang ada di dalam buku itu. Sayangnya liburan semester lalu tidak saya manfaatkan untuk melakukan ini.
Kedua, untuk mata kuliah PSSI, fokus utamanya adalah pada tugas kelompok, yaitu membuat dokumen perencanaan strategis sistem informasi untuk sebuah organisasi/perusahaan. Di sini pemahaman materi pun tidak kalah penting dengan mata kuliah MIK karena tugas kelompok itu tidak akan selesai dengan baik tanpa memahami keterkaitan antara elemen-elemen dalam proses perencanaan strategis terkait. Lalu kenapa fokus utamanya justru pada tugas dan bukan pada pemahaman materi? Karena porsi waktu yang diperlukan untuk menggali informasi dalam studi kasus itu kemungkinan akan lebih banyak. Kita perlu menuangkan proses bisnis, data, sistem informasi, infrastruktur, dan struktur organisasi pengelola teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang ada di dalam organisasi/perusahaan yang menjadi objek studi kasus kita. Ini bukan tugas mudah, apalagi kalau yang mahasiswa-mahasiswa yang bersangkutan tidak memiliki posisi strategis (hanya staf) di dalam organisasi/perusahaan tersebut. Lagi-lagi saya menyayangkan karena tidak memanfaatkan liburan semester yang lalu untuk menggali informasi-informasi ini.
Ketiga, untuk mata kuliah MPPI, fokus utamanya adalah bagaimana berpikir logis dan sistematis dalam membuat proposal karya akhir. Saya dan banyak teman-teman kuliah saya senantiasa tersandung di sini. Tugas sudah selesai dikerjakan; sebagian bahkan berhasil menulis dengan tingkat ketebalan proposal yang membuat saya tercengang. Akan tetapi, tetap saja hasilnya tidak memuaskan. Penyebabnya adalah kesalahan cara berpikir yang mengakibatkan proposal karya akhir yang dibuat menjadi tidak logis dan tidak sistematis. Masalah yang dikemukakan harus jelas dan didukung dengan fakta yang kuat dan objektif. Pertanyaan yang perlu dijawab melalui penelitian, tujuan penelitian, judul karya akhir, dan teori-teori yang dituangkan di dalam proposal harus nyambung dengan masalah yang sudah dirumuskan. Metodologi penelitian yang diusulkan pun tidak bisa sembarangan; pemilihan metodenya harus memiliki landasan teori dan alasan pemilihan yang logis. Percaya bila saya katakan semua hal itu tidak mudah, kecuali kita memang sudah berpengalaman dalam membuat proposal penelitian. Dosen pengajarnya bahkan menegaskan bahwa orang-orang yang sudah terbiasa membuat proposal (baca: proposal proyek) pun belum tentu akan lancar menulis proposal karya akhir dalam kuliah MPPI ini. Sayangnya saya tidak memanfaatkan liburan semester yang lalu untuk memperdalam pola pikir logis dan sistematis ini.
Keempat dan kelima, untuk mata kuliah PITI dan DMBI, santai! Kuliah PITI ini seperti dirancang untuk mengimbangi beban berat dari MIK + PSSI + MPPI. Kuis dan tugas individu tidak ada. Tugas kelompok memang ada, tapi isinya merupakan bagian dari isi tugas PSSI. Kalau kita bisa menemukan objek studi kasus yang "tepat", mengerjakan tugas PSSI sudah terhitung mengerjakan sebagian besar tugas PITI. Memang masih ada yang perlu disiapkan untuk tugas PITI ini, tapi tetap terbilang santai. Kuliah DMBI pun tidak jauh berbeda dengan PITI, tapi berhubung dosen pengajar mata kuliah DMBI ini tidak selalu sama setiap semester, ada kemungkinan santainya kuliah DMBI ini sangat dipengaruhi oleh faktor dosen pengajar tersebut. Walaupun begitu, bukan berarti saya meremehkan 2 mata kuliah tersebut. PITI dan DMBI memiliki bobotnya sendiri, tapi bila disandingkan dengan MIK, PSSI, dan MPPI, beban di 2 mata kuliah tersebut justru terasa ringan.
Menarik, bukan?
Satu hal yang pasti, semua mata kuliah di semester 2 itu, termasuk DMBI yang terkesan bersifat teknis, memberi dampak yang sangat besar terhadap cara berpikir saya, khususnya dalam mengarahkan saya untuk berpikir strategis, logis, dan sistematis (3-is). Dapat saya katakan bahwa perubahan besar dalam diri saya yang saya dapatkan di semester 2 itu jauh lebih besar dibandingkan yang saya dapatkan di semester 1. Perubahan yang saya rasakan bukan hanya dalam konteks bekerja, tapi dalam kehidupan secara umum. Luar biasa, bukan? Silakan dicoba sendiri.
Demikian "ulasan" kuliah semester 2 dalam Program Beasiswa MTI GCIO. Harapan saya adalah tulisan ini menjadi pengingat agar para mahasiswa Program MTI yang akan menghadapi semester 2 lebih siap dalam menghadapi terpaan materi dan tugas yang siap menghempaskan mereka. Semoga saja harapan ini menjadi kenyataan. Aamiin.
--
*Gambar ditemukan lewat Google Image Search
Masih ada 1 tantangan lain, yaitu mata kuliah ke-5. 4 mata kuliah yang sudah saya ceritakan di atas adalah mata kuliah wajib sehingga wajib juga diambil oleh mahasiswa Program MTI Reguler. Khusus untuk mahasiswa Program Beasiswa MTI GCIO diwajibkan mengambil 5 mata kuliah. 4 mata kuliah wajib tersebut ditambah 1 mata kuliah pilihan. Saya sendiri memilih mengambil Data Mining & Business Intelligence (DMBI) karena selaras dengan minat saya. Terlepas dari itu, juggling 5 mata kuliah tentu saja bukan hal yang mudah. 4 mata kuliah wajib itu saja sudah menguras begitu banyak waktu. Tambahan 1 mata kuliah pilihan itu tentu saja akan memberikan beban tambahan kepada beban kuliah yang sudah terlampau berat.
Sebegitu beratnya kuliah di semester 2 itu?
Ya, memang berat. Tapi "berat" di sini bukan berarti tidak bisa dilampaui dengan baik. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meringankan beban kuliah di semester 2 itu. Pertama, untuk mata kuliah MIK, fokusnya ada pada pemahaman materi. Metode belajar yang terpusat pada mahasiswa membuat mata kuliah ini penuh dengan diskusi (dan pada akhirnya interpretasi). Yang paling penting untuk dilakukan adalah mengupas buku teksnya secara tuntas; bukan hanya materinya, tapi juga studi kasus yang ada di dalam buku itu. Sayangnya liburan semester lalu tidak saya manfaatkan untuk melakukan ini.
Kedua, untuk mata kuliah PSSI, fokus utamanya adalah pada tugas kelompok, yaitu membuat dokumen perencanaan strategis sistem informasi untuk sebuah organisasi/perusahaan. Di sini pemahaman materi pun tidak kalah penting dengan mata kuliah MIK karena tugas kelompok itu tidak akan selesai dengan baik tanpa memahami keterkaitan antara elemen-elemen dalam proses perencanaan strategis terkait. Lalu kenapa fokus utamanya justru pada tugas dan bukan pada pemahaman materi? Karena porsi waktu yang diperlukan untuk menggali informasi dalam studi kasus itu kemungkinan akan lebih banyak. Kita perlu menuangkan proses bisnis, data, sistem informasi, infrastruktur, dan struktur organisasi pengelola teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang ada di dalam organisasi/perusahaan yang menjadi objek studi kasus kita. Ini bukan tugas mudah, apalagi kalau yang mahasiswa-mahasiswa yang bersangkutan tidak memiliki posisi strategis (hanya staf) di dalam organisasi/perusahaan tersebut. Lagi-lagi saya menyayangkan karena tidak memanfaatkan liburan semester yang lalu untuk menggali informasi-informasi ini.
Ketiga, untuk mata kuliah MPPI, fokus utamanya adalah bagaimana berpikir logis dan sistematis dalam membuat proposal karya akhir. Saya dan banyak teman-teman kuliah saya senantiasa tersandung di sini. Tugas sudah selesai dikerjakan; sebagian bahkan berhasil menulis dengan tingkat ketebalan proposal yang membuat saya tercengang. Akan tetapi, tetap saja hasilnya tidak memuaskan. Penyebabnya adalah kesalahan cara berpikir yang mengakibatkan proposal karya akhir yang dibuat menjadi tidak logis dan tidak sistematis. Masalah yang dikemukakan harus jelas dan didukung dengan fakta yang kuat dan objektif. Pertanyaan yang perlu dijawab melalui penelitian, tujuan penelitian, judul karya akhir, dan teori-teori yang dituangkan di dalam proposal harus nyambung dengan masalah yang sudah dirumuskan. Metodologi penelitian yang diusulkan pun tidak bisa sembarangan; pemilihan metodenya harus memiliki landasan teori dan alasan pemilihan yang logis. Percaya bila saya katakan semua hal itu tidak mudah, kecuali kita memang sudah berpengalaman dalam membuat proposal penelitian. Dosen pengajarnya bahkan menegaskan bahwa orang-orang yang sudah terbiasa membuat proposal (baca: proposal proyek) pun belum tentu akan lancar menulis proposal karya akhir dalam kuliah MPPI ini. Sayangnya saya tidak memanfaatkan liburan semester yang lalu untuk memperdalam pola pikir logis dan sistematis ini.
Keempat dan kelima, untuk mata kuliah PITI dan DMBI, santai! Kuliah PITI ini seperti dirancang untuk mengimbangi beban berat dari MIK + PSSI + MPPI. Kuis dan tugas individu tidak ada. Tugas kelompok memang ada, tapi isinya merupakan bagian dari isi tugas PSSI. Kalau kita bisa menemukan objek studi kasus yang "tepat", mengerjakan tugas PSSI sudah terhitung mengerjakan sebagian besar tugas PITI. Memang masih ada yang perlu disiapkan untuk tugas PITI ini, tapi tetap terbilang santai. Kuliah DMBI pun tidak jauh berbeda dengan PITI, tapi berhubung dosen pengajar mata kuliah DMBI ini tidak selalu sama setiap semester, ada kemungkinan santainya kuliah DMBI ini sangat dipengaruhi oleh faktor dosen pengajar tersebut. Walaupun begitu, bukan berarti saya meremehkan 2 mata kuliah tersebut. PITI dan DMBI memiliki bobotnya sendiri, tapi bila disandingkan dengan MIK, PSSI, dan MPPI, beban di 2 mata kuliah tersebut justru terasa ringan.
Menarik, bukan?
Satu hal yang pasti, semua mata kuliah di semester 2 itu, termasuk DMBI yang terkesan bersifat teknis, memberi dampak yang sangat besar terhadap cara berpikir saya, khususnya dalam mengarahkan saya untuk berpikir strategis, logis, dan sistematis (3-is). Dapat saya katakan bahwa perubahan besar dalam diri saya yang saya dapatkan di semester 2 itu jauh lebih besar dibandingkan yang saya dapatkan di semester 1. Perubahan yang saya rasakan bukan hanya dalam konteks bekerja, tapi dalam kehidupan secara umum. Luar biasa, bukan? Silakan dicoba sendiri.
Demikian "ulasan" kuliah semester 2 dalam Program Beasiswa MTI GCIO. Harapan saya adalah tulisan ini menjadi pengingat agar para mahasiswa Program MTI yang akan menghadapi semester 2 lebih siap dalam menghadapi terpaan materi dan tugas yang siap menghempaskan mereka. Semoga saja harapan ini menjadi kenyataan. Aamiin.
--
*Gambar ditemukan lewat Google Image Search
Pengalaman, yang paling berat semester 2 dan 3. Yang paling menguji mental, semester 4. Cukup 2 tahun :D
BalasHapusAlumni MTI juga toh, Mas? Lulus tahun berapa? Btw, saya malah harua kelar 3 semester nih. :)
Hapuslulus 2011
HapusIya benar paling berat semester 2 dan 3.. saya juga lulusan gcio, lulus tahun ini, alhamdulillah bisa lulus 3 semester.
BalasHapusbtw tulisan yang bagus
Terima kasih sudah berkunjung dan memberikan komentar. :)
Hapussama2
Hapus