Tidak lama lagi, semester kedua kuliah akan segera dimulai. Waktu untuk bersantai menikmati cuaca dingin akibat hujan berkepanjangan pun akan segera berakhir. Bersamaan dengan itu, rutinitas perkuliahan seperti pulang malam akibat kuliah malam, begadang dan menghabiskan akhir pekan untuk membaca materi-materi kuliah dan mengerjakan tugas, dan berbagai rutinitas melelahkan (dan kadang menjemukan) lainnya akan segera dimulai. Untuk menyambut kedatangan semester kedua ini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya di semester pertama.
Cerita yang akan saya sampaikan di sini pada dasarnya adalah kelanjutan dari tulisan saya "MTI GCIO, Saya Datang!". Saya resmi diterima sebagai penerima beasiswa GCIO dari Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) pada tanggal 19 Mei 2013, tapi saya baru mulai kuliah di awal September 2013. Jadwal perkuliahan tentu saja mengikuti jadwal perkuliahan program S2 yang saya pilih, yaitu Magister Teknologi Informasi (MTI) di Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Universitas Indonesia (UI).
Total penerima beasiswa GCIO di MTI Fasilkom UI, termasuk diri saya, ada 34 orang. Apakah angka "34" ini mencerminkan kuota penerima beasiswa? Entahlah. Intinya kelas menjadi ramai karena 34 orang itu dikumpulkan menjadi 1 (satu) kelas. Tidak hanya ramai, tapi juga bervariasi karena mereka datang dari berbagai instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Selain banyaknya teman kuliah, kabar baik lainnya adalah insentif dalam bentuk "biaya operasional" yang diberikan setiap bulannya kepada penerima beasiswa itu benar adanya. Setelah berbulan-bulan bergalau ria karena insentif itu tak kunjung cair, ditambah lagi informasi yang simpang siur tentang ada atau tidaknya insentif tersebut, akhirnya kegalauan itu sirna setelah rapelan insentif cair di bulan November.
Satu-satunya hal yang membuat saya kecewa adalah jumlah mata kuliah per semester. Program beasiswa GCIO ini hanya menanggung biaya kuliah untuk 3 (tiga) semester. Bila seorang penerima beasiswa harus kuliah lebih dari 3 (tiga) semester, maka dia harus menanggung biaya kuliahnya sendiri. Sungguh mengenaskan bila hal ini terjadi; kecuali yang bersangkutan memiliki alasan dan dukungan dana yang kuat. Dengan jumlah semester yang lebih sedikit dari jumlah semester kuliah S2 pada umumnya, saya berasumsi jumlah kredit yang harus diambil pun lebih sedikit dari biasanya. Ternyata asumsi saya salah.
Jumlah kredit yang harus diambil selama 3 (tiga) semester itu sama dengan jumlah kredit yang harus diambil selama 4 (empat) semester seperti halnya mahasiswa umum. Ini berarti jumlah kredit per semester harus lebih banyak dari biasanya. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar jumlah mata kuliah di semester ketiga yang diambil bersamaan dengan pembuatan tesis tidak terlalu banyak. Pengaturan yang dilakukan berujung pada 5 (lima) mata kuliah di semester pertama, 5 (lima) mata kuliah di semester kedua, dan 2 (dua) mata kuliah di semester ketiga; belum termasuk tesis. Angka "5" mungkin terbilang kecil, tapi saya pribadi sebenarnya berharap tidak mengambil lebih dari 4 (empat) mata kuliah per semester.
Bagi saya, dampak dari 1 (satu) mata kuliah ini terasa signifikan. Ada momen-momen saat saya berpikir betapa tidak nyamannya mengambil 5 (lima) mata kuliah sekaligus di semester pertama lalu. Momen-momen seperti ini membuat saya berpikir "seandainya hanya 4 (empat mata kuliah)...". Rutinitas perkuliahan yang melelahkan di awal tulisan ini memang benar adanya. Saya tidak membesar-besarkan saat saya menyebutkan bahwa akhir pekan saya habis untuk mengerjakan tugas atau membaca kembali materi-materi kuliah.
Walaupun begitu, semester pertama dapat saya lewati dengan baik. Determinasi saya untuk serius belajar didukung penuh oleh istri saya. Istri saya menerima dengan baik kenyataan bahwa saya tidak bisa terlalu banyak terlibat dalam mengurus anak-anak dan bahwa niat saya untuk mencari penghasilan tambahan (karena sebagian besar gaji saya dipotong saat kuliah) harus dibatalkan. Istri saya sendiri yang melarang saya untuk memaksakan diri mencari penghasilan tambahan. Dia bahkan mengatakan sebaiknya waktu di luar urusan kuliah itu saya manfaatkan untuk keluarga atau untuk beristirahat. Istri yang superrr, bukan?
Masih banyak lagi pengalaman yang bisa saya ceritakan selama semester pertama, mulai dari dosen-dosennya, materi-materi kuliahnya, tugas-tugas kelompoknya, ujian-ujiannya, makan sore dan makan malamnya, dan berbagai hal lainnya. Sebagian di antaranya lucu, menarik, menantang, dan menyenangkan. Sebagian lainnya melelahkan, membosankan, dan menyebalkan. Sayangnya tulisan ini sudah mencapai paragraf kesembilan (baca: sudah cukup panjang). Jadi cerita lainnya akan saya tuangkan dalam tulisan lain; insya Allah.
Apakah kuliah di MTI GCIO memang demikian berat? mohon penjelasannya. trimakasih
BalasHapusGlad you asked. :)
HapusSebenarnya berat itu relatif. Kalau mau dijalani dengan santai pun bisa, tapi kita pun harus santai menerima hasilnya. Sayangnya saya pribadi kurang bisa untuk "santai", akhirnya saya memang merasa harus kerja ekstra untuk mendapat nilai yang baik. Ditambah lagi, khusus untuk program beasiswa MTI GCIO ini, saya harus mengambil 5 mata kuliah sekaligus. Tentu saja bebannya menjadi semakin berat.
Walaupun begitu, seperti yang saya bilang, berat itu relatif. Bukan hanya relatif terhadap cara kita menyikapinya, tapi juga relatif terhadap waktu. Buktinya di semester 2 yang saya jalani sekarang, saya justru menganggap semester 1 itu ringan bin enteng. Tantangan mengambil 5 mata kuliah di semester 2 ini justru jauh lebih berat. Insya Allah saya ceritakan saat liburan nanti. :)
Terlepas dari itu, saya berharap tulisan ini tidak mengendurkan niat, tapi justru menjadi alarm agar mereka yang mau mengambil program MTI GCIO (khususnya di UI) lebih siap.
mengenai jadwal kuliah, apakah memang selalu kuliah malam?
HapusBerdasarkan pengalaman saya pribadi, sepertinya untuk kelas MTI reguler diselenggarakan malam hari. Khusus untuk kelas program beasiswa MTI GCIO, mayoritas kelas-kelasnya diselenggarakan siang menjelang sore (mulai jam 2).
HapusDitunggu ulasan Semester 2 nya :)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusProgram Beasiswa MTI GCIO di UI, apakah mencakup uang pangkal juga ?. Saya lihat di Biaya Kuliah S2 MTI UI di situsnya. menjelaskan bahwa Uang Pangkal dibayarkan satu kali di awal semester 1 : Rp. 15.000.000,- dan BOP/SPP tiap semester : Rp. 15.000.000,- sedangkan dipenjelasan tentang beasiswa MTI GCIO UI dijelaskan bahwa Beasiswa diberikan dalam bentuk biaya pendidikan sesuai program pilihan yang diambil, senilai biaya SPP yang berlaku saat ini. Beasiswa mencakup biaya operasional dan biaya buku yang besarannya ditentukan sesuai dengan masa studi . Mohon penjelasannya. Terima kasih.
BalasHapusSetahu saya uang pangkal itu termasuk dalam paket beasiswanya. Selama mengikuti program beasiswa ini saya sendiri tidak pernah membayar uang pangkal atau uang SPP. Untuk biaya operasional dan biaya buku memang sebaiknya dipastikan langsung ke pihak pemberi beasiswa.
HapusAssalamualaikum. Saya ingin bertanya mengenai jadwal kuliah untuk beasiswa MTI GCIO di UI, jadwal kuliahnya rata-rata dari jam berapa sampai jam berapa ya?
BalasHapusTrimakasih atas informasinya
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
HapusIdealnya hal ini ditanyakan langsung ke sekretariat MTI UI ya, Mbak. Saya jawab berdasarkan pengalaman saya saja ya. Kelas MTI GCIO itu dibuatkan kelas terpisah (tidak dicampur dengan kelas reguler). Jadwal kuliahnya dari pukul 14.00 s.d. 16.30 (150 menit = 3 SKS). Jadwal ini berlaku umum kecuali untuk mata kuliah pilihan atau sesi kuliah pengganti. Untuk mata kuliah pilihan selain e-Government, karena setiap mahasiswa bebas memilih sendiri, kemungkinan besar kuliahnya akan digabung dengan kelas reguler, yaitu dari pukul 19.00 s.d. 21.30. Berhubung program MTI GCIO itu dipadatkan dari 4 semester menjadi 3 semester, setiap semesternya kita diharuskan mengambil 1 mata kuliah pilihan. Itu artinya setiap semester minimal ada 1 kuliah yang jadwalnya malam hari.
Demikian informasinya. Semoga masih relevan dengan kondisi di MTI UI saat ini.
Trimakasih sebelumnya atas jawabannya, sebenernya sudah sempat tanya-tanya ke sekretariat. cuma ingin memastikan saja sih.. oiya mas Amir kalau boleh tahu ada kuliah pagi tidak? Mas Amir kan PNS ya.. berarti ambil Tugas Belajar ya.. apakah memungkinkan untuk ambil Ijin belajar...
HapusTrimakasih Informasinya
Banyak teman-teman saya (sesama GCIO-ers) yang kuliah sambil bekerja. Sebagian memang tidak mendapatkan izin tugas belajar, sebagian memang diminta tetap masuk walaupun sudah mendapatkan izin tugas belajar. Pas kuliah siang, sebagian terpaksa izin dari kantor untuk kuliah dan kembali lagi ke kantor setelah selesai kuliah. Dari sisi pengerjaan tugas, kadang mereka bisa mengatur waktu, kadang mereka kewalahan dengan tugas kantor dan kuliah yang datang bersamaan. Tapi kalau pertanyaannya mungkin atau tidak, jawabannya jelas "mungkin".
HapusEh, maksudnya "mungkin" dari sisi mengikuti kuliahnya kan?
iya maksudnya "mungkin" dari sisi mengikuti kuliahnya meskipun sambil kerja.... Trimakasih banyak atas sharing nya Mas Amir...sangat bermanfaat
HapusMas Amir bisa minta daftar mata kuliah MTI GCIO..
BalasHapuskalau bisa kirim ke email : nursyafriady_83@yahoo.com
terima kasih
Sebaiknya langsung cek ke scele.cs.ui.ac.id/mti saja, Mas.
BalasHapusSalaam Mas...jam kerja saya smp jam 3 bpk perjalanan ke salemba jalan waktu 1 jam kalo cpt....kalo telat boleh masuk gak mas....
BalasHapusSalam kenal. Kebijakan boleh masuk atau tidak saat telat itu tergantung masing-masing dosen, Mas. Ada dosen yang tetap memberi izin masuk bagi mahasiswa yang telat. Ada pula dosen yang melarang mahasiswa telat untuk masuk kelas karena dianggap mengganggu. Lihat sikon saja, Mas. :)
HapusKalau kelar jam 3, 1 jam ke salemba, berarti jam 4 sudah sampai, kuliah malam mulai jam 7, masih banyak waktu. Kebijakan telat tergantung dosen, tp sebagian besar dosen MTI-UI baik.
HapusAssalamualaikum kak.
BalasHapusMau nanya, mungkin ga kak kalo kita ga ada basic2 tentang programmer atau IT gitu lanjut s2 MTI ini? Apa nanti malah saya kewalahan karena saya ga ada basic ttg TI? Aku sebelumnya dr jurusan fisika.
Wa'alaikumsalaam. Menurut saya, pengalaman mendalam (teknis) di dunia TI hanya akan menjadi nilai tambah, tapi tidak menjadi syarat mutlak untuk sukses di MTI. Memang ada mata kuliah yang bersifat teknis, tapi mayoritas justru bersifat manajerial (beberapa bahkan strategis). Teman kuliah saya yang latar belakangnya non-TI pun ada yang cuma Lauder, sementara yang latar belakangnya TI pun ada yang sedang-sedang saja. Jadi tidak perlu risau dengan latar belakang non-TI. Kalaupun ada mata kuliah yang sulit dimengerti, seharusnya ada lebih banyak lagi mata kuliah yang dapat dipahami dengan baik tanpa latar belakang TI.
HapusKak aku mau nanya kak, kira2 ini ada kelas reguler yg biasa diikuti selain pns gak kak? Aku mau coba daftar kak di LPDP
BalasHapusAda. Di semester terakhir saya kuliah, saat sudah bebas memilih, saya ikut kelas yang minim PNS (mayoritas non-PNS).
HapusMas, mau tanya sistem penilaian kehadiran di MTI UI bgmana ya? Kalo sering datang telat apa masih ada kemungkinan lulus mata kuliahnya nya? Soalnya dr luar kota, rencana pgen masuk mti
BalasHapusMaaf, Mas Agus. Untuk bagian ini, saya sudah lupa. Kehadiran memang diperhatikan, tapi saya lupa perihal kriterianya atau dampaknya terhadap kelulusan.
HapusSyarat beasiswa GCIO apa kak?
BalasHapus