Senin, 26 Desember 2011

Jalan-jalan Ke TMII - Hari 3

5 opini
Akhirnya acara liburan keluarga pun sampai pada hari terakhir. Hari terakhir liburan keluarga ini pun kami habiskan di TMII. Berbeda dengan kemarin, hari ini kami hanya akan menghabiskan setengah hari saja di TMII karena kami tidak ingin kembali ke rumah terlalu malam. Walau bagaimana pun, besok adalah hari kerja dan kami butuh waktu untuk beristirahat sebelum kembali ke rutinitas harian (baca: menghadapi kemacetan).

Berhubung waktu kami terbatas, kami batasi kunjungan kami ke beberapa tempat saja, yaitu Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptilia (MFIKTR), Aeromovel, dan Istana Anak-Anak. Semua tempat ini lokasinya berdekatan dengan Hotel Desa Wisata tempat kami menginap. Alhasil semua tempat itu dapat kami tuju hanya dengan berjalan kaki.

Yang pertama adalah MFIKTR. Tiket masuk ke dalam museum ini hanya Rp. 10.000 per orang. Seperti namanya, museum ini berisi berbagai patung fauna Indonesia yang tersebar di 2 (dua) lantai. Sayangnya berbagai patung fauna ini tersimpan di balik kaca dan cahaya di dalam museum pun redup. Compact camera saya pun kesulitan mengambil foto yang baik di dalam museum ini.



Selain beragam patung fauna Indonesia, museum ini juga memelihara beberapa reptilia hidup di bagian luar museum seperti komodo, ular, dan buaya.


Setelah selesai mengunjungi MFIKTR, kami melanjutkan perjalanan ke salah satu stasiun Aeromovel. Saya lupa nama stasiunnya. Yang jelas lokasi stasiun ini tidak jauh dari lokasi MFIKTR. Tiket 1 (satu) kali keliling TMII di atas Aeromovel adalah Rp. 15.000 per orang. Harga tiketnya memang lebih mahal dari harga tiket Kereta Mini, tapi harganya memang layak lebih mahal.

Pengalaman menaiki Aeromovel ini jauh lebih menyenangkan dibandingkan menaiki Kereta Mini. Pertama, jalannya Aeromovel tidak terlalu lambat. Kecepatan Aeromovel tidak selambat Kereta Mini, tapi tetap cukup lambat bagi penumpang yang ingin menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Kedua, posisi relnya lebih tinggi. Berbagai anjungan, museum, dan bangunan-bangunan lain itu lebih mudah terlihat dengan menaiki Aeromovel. Sangat berbeda dengan pengalaman menaiki Kereta Mini.

Alasan ketiga saya memilih Aeromovel adalah karena rutenya melewati danau miniatur nusantara. Sayangnya saya sudah sempat melihat danau ini di atas Kereta Gantung sebelumnya. Jadi, nilai tambah Aeromovel yang ini menjadi tidak signifikan.

Aeromovel (Tampak Luar)
Aeromovel (Tampak Dalam)
Tempat terakhir yang kami kunjungi di TMII ini adalah Istana Anak-Anak. Wahana ini menyediakan berbagai jenis permainan untuk anak seperti Kiddy Boat (sepeda air), bumper car, dan berbagai permainan lainnya. Bangunan istananya sendiri cukup menarik untuk dijelajahi. Sayangnya hari sudah menjelang siang sehingga kami memutuskan untuk langsung masuk ke area kolam renang.

Depan Bangunan Istana
Istana Anak-Anak (Bagian Atas)
Tiket masuk ke dalam kolam renang adalah Rp. 15.000 per orang. Tarifnya berlaku sama untuk anak-anak berusia 3 (tiga) tahun ke atas. Ukuran kolam renangnya cukup besar, tapi tetap saja terbatas. Kolam renangnya hanya ada 1 (satu) buah dan dibagi menjadi 2 (dua) kedalaman, yaitu kedalaman 45 cm dan kedalaman 90 cm.


Satu hal yang kurang nyaman dari kolam renang ini adalah kamar bilasnya. Kamar bilasnya tidak dibatasi oleh sekat-sekat. Setelah selesai berenang (atau berendam?) bersama anak-anak, saya terpaksa mengganti pakaian di toilet. Untungnya toilet tidak terlalu penuh sehingga saya tidak perlu mengantri. Istri saya bahkan memilih untuk bilas di toilet karena kondisi kamar bilas bagian wanita pun sama-sama tidak dibatasi sekat.

Setelah keluar dari Istana Anak-Anak, acara liburan keluarga kami pun secara resmi dinyatakan selesai. Kami sekeluarga pun langsung keluar dari TMII untuk kembali ke rumah tanpa mampir ke tempat lain. Alhamdulillaah rangkaian acara liburan kami, baik di TMII, di Sea World, maupun di Ragunan, benar-benar menyenangkan dan penuh kenangan manis.

Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin.

Jalan-jalan Ke TMII - Hari 2

4 opini
Kemarin adalah hari ke-2 kunjungan kami di TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Selepas mengantri di kamar mandi (1 kamar mandi, sekian banyak pengguna) dan sarapan di restoran Hotel Desa Wisata, kami langsung melanjutkan wisata kami di seputar TMII. Antrian kamar mandi tidak kami antisipasi dengan baik. Alhasil kami baru mulai keliling TMII di atas jam 9 pagi.

Tujuan pertama adalah Sky Lift atau bahasa gaulnya Kereta Gantung. Tarif masuk Kereta Gantung ini Rp. 25.000 per orang termasuk anak-anak, kecuali anak-anak dengan tinggi 85 cm atau kurang. Ternyata antrian untuk Kereta Gantung ini sudah mulai ramai. Cukup lama juga kami mengantri untuk menaiki Kereta Gantung ini. Untungnya semua biaya dan energi yang dikeluarkan untuk menaiki Kereta Gantung ini tidak sia-sia.

Kereta Gantung Siap Meluncur
10 Detik Menuju Peluncuran
Hanya dari atas Kereta Gantung ini kita bisa melihat hampir seluruh wilayah TMII yang luas itu. Kenapa hampir? Karena wahana ini memiliki 2 (dua) rute yang berbeda. Kalau benar-benar ingin melihat seluruh wilayah TMII, kita perlu mencoba kedua rute tersebut. Satu hal yang pasti, setiap rute ini memungkinkan kita melintas di atas danau dengan pulau-pulau buatan yang menyerupai seluruh Indonesia.

Kalimantan
Sulawesi
Sumatera dan Jawa
Di rute yang sama, kami pun melintas di atas area Istana Anak-Anak. As the name implies, Istana Anak-Anak ini termasuk arena bermain skala besar yang menyediakan berbagai variasi hiburan untuk anak-anak. Otomatis Istana Anak-Anak ini masuk ke dalam wishlist atau bahkan to-do list kami selama kunjungan kami di TMII.

Istana Anak-Anak (Bagian Depan)
Istana Anak-Anak (Bagian Dalam)
Selepas dari Kereta Gantung, kami lanjutkan ke Kereta Mini. Kali ini kami benar-benar ingin mengelilingi TMII tanpa harus mengendarai kendaraan pribadi. Tarif Kereta Mini untuk 1 kali perjalanan adalah Rp. 10.000. Dapat dikatakan bahwa Kereta Mini ini adalah sarana transportasi murah meriah untuk 1 kali perjalanan keliling TMII. Sayangnya harapan kami terhadap Kereta Mini ini agak jauh panggang dari api.

Tiket Kereta Mini
Kereta Mini Siap Mengangkut Penumpang
Penumpang Mini dan Bangku Metro Mini
Yang menjadi alasan kekecewaan kami adalah kondisi keretanya yang "usang". Menaiki Kereta Mini ini seolah-olah sedang menaiki kereta api kelas ekonomi. Mulai dari berdesak-desakan saat masuk kereta, bangku dan interior kereta yang tidak terawat, kereta yang jalannya lambat (bahkan sempat berhenti dan membuat kami berpikir bahwa keretanya mogok), dan berbagai isu lain yang membuat kami merasa sedang melakukan simulasi mudik pulang kampung di waktu Lebaran.

Terlepas dari itu, lambatnya kereta ini memungkinkan saya untuk mengambil foto dari museum-museum, anjungan-anjungan, dan wahana-wahana lainnya yang kami lewati. Sangat berbeda dengan Kereta Keliling yang kami naiki saat berkunjung ke Ragunan beberapa hari yang lalu. Di atas Kereta Keliling Ragunan itu saya tidak sempat mengambil foto sama sekali.

Walaupun begitu, saya pribadi merasa bahwa Kereta Mini di TMII ini terlalu lambat. Setelah setengah perjalanan di atas Kereta Mini ini, rasa bosan pun mulai muncul. Tidak lama kemudian, saya pun tertidur dan kembali terbangun saat Kereta Mini ini sudah hampir tiba di lokasi awal tempat kami berangkat. Bored to the max ...

Satu hal yang terasa berbeda dari TMII pada hari ini adalah ... macetnya. Mungkin memang tanggal 25 Desember ini adalah puncaknya kunjungan ke TMII. Lalu-lintas di dalam lingkungan TMII pun ekstra padat merayap. Setelah kami 

Keong Emas
Menjelang sore, kami menyempatkan diri mengunjungi Keong Emas. Kami tiba di sana sekitar pukul 16.30. Tepat waktu untuk pemutaran film pukul 17.00, yaitu film berjudul T-Rex. Teater Imax di Keong Emas ini memiliki layar paling lebar yang pernah saya temukan. Menonton film di dalam bioskop ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Sayang durasi filmnya terlalu singkat untuk tiket masuk seharga Rp. 30.000 per orang.

Bergaya
Secara keseluruhan, hari ke-2 di TMII ini tetap layak dikenang. Mulai dari melayang di atas TMII dengan Kereta Gantung, bosan dan tertidur di Kereta Mini, terjebak macet di tengah-tengah berbagai rumah adat, sampai menonton dinosaurus di Keong Emas. Sebuah kumpulan kenangan yang luar biasa.

Di Depan (Poster) Keong Emas

Sabtu, 24 Desember 2011

Jalan-jalan Ke TMII - Hari 1

4 opini
Harga Tiket Tanda Masuk TMII
Tak disangka rekreasi kami masih berlanjut. Siang tadi kami sekeluarga ikut rekreasi bersama keluarga besar ke TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Kami tiba di TMII sekitar pukul 3 sore. Setelah sempat putar-putar TMII karena tidak tahu arah, akhirnya kami tiba di Hotel Desa Wisata tempat kami berencana menginap. Kami menginap di salah satu cottage di area Desa Wisata; bukan di bagian hotelnya.

Tidak banyak yang kami lakukan di TMII hari ini. Sesampainya di tempat penginapan, waktu kami habiskan untuk unpack dan istirahat. Kami lebih banyak menghabiskan waktu bermain-main di area cottage bersama anak-anak. Di saat seperti ini, kehadiran sebuah bola menjadi penyelamat karena anak-anak memiliki bahan untuk bermain.

Cottage (Desa Wisata)
Danau / Tempat Memancing (Desa Wisata)
Malamnya kami menyempatkan diri untuk berkeliling TMII. Berhubung kami baru mulai jalan pukul 8 malam, semua area atraksi sudah dipastikan tutup. Saya sempat heran karena di pintu masuk TMII itu jelas-jelas tertulis bahwa TMII itu buka dari pukul 07.00 s.d. pukul 22.00. Rupanya jam buka itu hanya berlaku untuk TMII saja; bukan untuk atraksinya. Ya iyalah ...

Kelenteng Kong Miao (TMII)
Supaya perjalanan keliling TMII malam-malam ini tidak sia-sia, kami pun mampir ke sebuah tempat makan di dalam TMII; tepatnya di depan Kelenteng Kong Miao. Setelah menyantap mie instan dan minuman hangat, kami pun kembali ke tempat penginapan.

Raito dan Aidan Menunggu Pesanan

Jumat, 23 Desember 2011

Jalan-jalan Ke Sea World

0 opini
Saya, istri, dan anak-anak berkunjung ke Sea World kemarin (hari Kamis, 22 Desember 2011) sebagai bagian dari rangkaian rekreasi keluarga selama saya mengambil cuti. Sebelumnya kami sekeluarga berkunjung ke Kebun Binatang atau Taman Margasatwa Ragunan. Dua tempat ini sengaja kami kunjungi agar anak-anak kami dapat melihat binatang-binatang yang biasa mereka lihat di televisi itu secara langsung.


Pengalaman ke Sea World sangat berbeda dengan pengalaman ke Ragunan. Pertama, masalah lalu-lintas. Tempat tinggal kami ada di Serpon sementara Sea World ada di Jakarta Utara. Jalur tol ke arah Sea World (Ancol) itu super macet karena dipenuhi dengan kendaraan-kendaraan berat. Berbeda sekali dengan jalur tol ke arah Ragunan, yaitu tol JORR. Mungkin juga saya berangkat terlalu siang sehingga jalur tol ke arah Sea World sudah macet bukan kepalang.

Kedua, masalah biaya. Biaya masuk ke area Ancol saja sudah Rp. 15.000 per orang; belum termasuk kendaraan. Setelah itu, biaya masuk ke Sea World itu Rp. 70.000 per orang. Hanya anak usia di bawah usia 3 tahun yang diperbolehkan masuk gratis. Apa mungkin ada peningkatan tarif menjelang liburan? Entahlah.

Piranha
Untungnya kunjungan ke Sea World ini tidak mengecewakan. Raito dan Aidan benar-benar senang melihat berbagai jenis ikan yang ada di situ. Memang feeling yang didapat dengan melihat binatang secara langsung itu berbeda walaupun hanya dari balik kaca. Pengalaman bersama ikan-ikan ini tentu akan lebih seru lagi kalau kami ikut paket diving. Jadi, kami bisa berinteraksi langsung dengan ikan-ikan itu. Untungnya Raito dan Aidan masih kecil sehingga saya tidak perlu merogoh kantong lebih dalam lagi untuk paket diving ini. Phew ...

Di antara semua akuarium ikan yang tersedia di Sea World, akuarium hiu yang paling menarik perhatian Raito dan Aidan. Mereka suka sekali melihat belasan hiu mondar-mandir di dalam akuarium mereka walaupun mereka sesekali mengaku takut melihat hiu-hiu itu. Entah memang mereka benar-benar takut atau sekedar bersandiwara. Hal ini masih menjadi misteri.

Penyu (Touch Pool)
Selain berbagai akuarium penuh ikan ini, Sea World menyediakan Touch Pool. Sesuai namanya, kolam ini adalah kolam terbuka yang memungkinkan pengunjung menyentuh ikan. Binatang yang ada di Touch Pool ini antara lain penyu, ikan hiu, dan ikan pari. Ikan hiu? Betul. Saya sendiri mencoba menyentuh sirip bagian atas salah satu ikan hiu di dalam Touch Pool ini. Alhamdulillah tangan dan jari-jari saya masih utuh.

Satu hal yang saya sayangkan adalah mengambil foto di Sea World itu sulit, apalagi modal saya hanya sebuah compact camera Nikon Coolpix S200. Mengambil foto tanpa blitz beresiko blur karena cahaya di sekitar akuarium itu redup. Mengambil foto dengan blitz justru membuat foto menjadi terlalu terang. Hampir setiap foto itu saya ambil beberapa kali karena saya sibuk mencoba antara dengan blitz, tanpa blitz, atau utak-atik white balance.

Kembali ke cerita utama. Selain akuarium dan Touch Pool, Sea World juga menyediakan Antasena. Antasena adalah lorong di bawah sebuah akuarium besar yang dilapisi kaca tebal. Memasuki Antasena ini seolah-olah memasuki terowongan bawah laut. Kita bisa melihat berbagai ikan yang melintas di samping kita atau di atas kepala kita. Seru juga melihat ikan pari dan ikan laut dalam lainnya melintas di sekitar kita.

Ikan Pari (Antasena)
Sea World juga menyediakan sebuah bioskop kecil yang memutar film tentang kehidupan paus pembunuh. Selain itu, Sea World juga menyediakan BOM: Biota Oseanik (Oceanic) Mortem. Di BOM ini dipajang berbagai "mayat" ikan yang diawetkan. Pajangan paling megah di BOM ini adalah ikan pari besar (saya lupa ukurannya) yang diberi nama Parni.

Parni (BOM)
Pasca lawatan kami ke BOM, kami mampir sekali lagi ke Antasena sebelum mengucapkan selamat tinggal ke Sea World. Setelah keluar dari Sea World, kami segera makan siang. Untungnya persis di depan Sea World disediakan tempat duduk dan meja dengan tenda kecil. Jadi, bekal makan siang yang kami bawa tidak sia-sia. Setelah makan siang, kami mampir ke masjid setempat untuk melaksanakan shalat dan melanjutkan perjalanan pulang. Tidak ada cerita membeli suvenir karena anggaran jalan-jalan ke Sea World ini sudah habis terpakai untuk biaya masuk.


Rabu, 21 Desember 2011

Jalan-jalan Ke Ragunan

6 opini
Hari ini saya meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak saya jalan-jalan ke Ragunan. Pengalaman ini adalah pengalaman pertama Raito dan Aidan melihat binatang secara langsung karena selama ini mereka hanya mengenal binatang lewat televisi dan buku cerita. Terus terang ini pun menjadi pengalaman saya yang pertama mengunjungi kebun binatang Ragunan. Kemane aje Miiir ...

Kunjungan ke Ragunan ini dapat dikatakan tidak terencana dengan baik. Saya hanya sempat browsing beberapa saat untuk mencari informasi lebih banyak tentang Ragunan. Tujuannya tidak lain agar kunjungan singkat kami ke Ragunan ini tidak hanya diisi dengan jalan-jalan tidak tentu arah. Sayang sekali kalau kunjungan sekali seumur hidup ke Ragunan ini tidak memberi kesan sama sekali.

Pagi tadi kami tiba di kebun binatang Ragunan sekitar pukul 10.15 menggunakan mobil pribadi. Area parkir mobil dan motor sudah ramai dengan kendaraan. Tarif parkir mobil di kebun binatang Ragunan ini sebesar Rp. 5.500. Walaupun area parkir sudah ramai, saya tetap tidak mengalami kesulitan mendapatkan tempat parkir. Alhamdulillah.

Tidak lama kemudian, saya dan keluarga sudah mengantri di loket karcis masuk. Tarif karcis masuk untuk orang dewasa adalah Rp. 4.500, sedangkan untuk anak-anak (3-12 tahun) adalah Rp. 3.500. Situasi di sekitar loket karcis dan pintu masuk kebun binatang Ragunan tentu saja ramai. Bukan hanya pengunjung yang memadati area ini, tapi berbagai pedagang mainan anak-anak, tikar (tipis), dan tukang foto ikut hadir meramaikan suasana.

Setelah masuk, tempat pertama yang kami kunjungi adalah kandang Pelikan. Raito dan Aidan cukup antusias melihat burung Pelikan ini secara langsung. Sayangnya rasa antusias ini tidak bertahan lama. Setelah menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto, kami pun melanjutkan perjalanan untuk melihat binatang-binatang yang lain.

Dari sini kami berjalan menuju kandang Merak Hijau. Tidak ada yang spesial di bagian ini. Selanjutnya kami berjalan menuju kandang Gajah Sumatera. Raito dan Aidan sibuk meminta digendong untuk melihat Gajah-gajah Sumatera itu. Tinggi badan mereka masih lebih rendah dari tinggi pagar pembatas kandang. Alhasil saya dan istri masing-masing kebagian menggendong mereka supaya mereka bisa melihat dengan jelas. Dari kandang Gajah, kami menyeberang ke kandang Rusa. Lagi-lagi tidak ada yang spesial di bagian ini. Akhirnya kami memutuskan untuk ikut naik Kereta Keliling. Harapannya adalah kami bisa melihat area Ragunan secara garis besar dan berbagai binatang lainnya di atas Kereta Keliling tersebut.

Kereta Keliling ini pada dasarnya hanya mobil gandeng. Tarif sekali naik untuk orang dewasa adalah Rp. 6.500. Anak-anak 3 tahun ke atas pun tarifnya sama, yaitu Rp. 6.500. Sayangnya perjalanan di atas Kereta Keliling ini tidak sesuai harapan. Perjalanannya terbilang cepat dan singkat. Belum sempat saya menikmati perjalanan keliling Ragunan, tiba-tiba Kereta Keliling ini sudah kembali ke tempat semula. Sesi melihat binatang pun kami lakukan sesempatnya saja, yaitu kalau sempat ada binatang yang terlihat saat Kereta Keliling ini melewati kandangnya. Bila ada satu binatang yang sempat saya lihat, saya buru-buru memanggil Raito dan Aidan supaya mereka turut melihat. Mengecewakan ...

Setelah turun dari Kereta Keliling, kami memutuskan untuk mampir ke Pusat Primata Schmutzer. Pusat Primata Schmutzer ini salah satu tempat yang direkomendasikan saat saya browsing tentang Ragunan di Internet. Dari namanya terlihat megah bukan: Pusat Primata. Tentunya ada banyak primata yang dipelihara di tempat ini, walaupun dari informasi yang saya baca itu yang menjadi atraksi utama adalah Gorila dan Orang Utan.

Tarif masuk ke Pusat Primata Schmutzer adalah Rp. 5.000; berlaku sama untuk orang dewasa dan anak-anak. Sebagaimana tertulis di berbagai halaman web yang saya temukan lewat Google, daya tarik utama di tempat ini adalah Gorila dan Orang Utan. Kandang untuk Gorila sangat luas walaupun Gorila yang terlihat hanya beberapa ekor saja.

Sementara Orang Utan memiliki area tersendiri yang disebut Dunia Orang Utan. Pengunjung akan masuk ke dalam sebuah lorong buatan (yang gelap dan ditata seperti gua) dan di beberapa titik dalam lorong tersebut tersedia kaca-kaca besar untuk melihat Orang Utan. Lorong buatan ini cukup sempit dan pada titik-titik tertentu agak njelimet (berkelok-kelok), tapi kehadirannya memberi nuansa yang berbeda dibandingkan sekedar melongok ke dalam kandang. Thumbs up!

Yang sangat disayangkan adalah Canopy Bridge yang ingin saya coba jajaki itu ditutup. Tidak jelas alasan kenapa area ini ditutup. Mungkin Canopy Bridge ini memang hanya dibuka pada hari-hari tertentu saja atau mungkin juga ditutup untuk perbaikan (perawatan). Entahlah. Yang pasti Canopy Bridge ini adalah tempat terakhir yang kami kunjungi di dalam Pusat Primata Schmutzer ini.

Lepas dari Pusat Primata Schmutzer, kami mencari masjid untuk shalat zhuhur. Di sini kami mengalami pengalaman pahit. Masjid yang kami hampiri berdasarkan denah Ragunan yang sempat kami lihat di Pusat Informasi itu ternyata ditutup (tidak digunakan). Padahal lokasi masjid ini cukup jauh dan kami sekeluarga pun sudah mulai lelah. Pengalaman ini pun menjadi ujian kesabaran bagi kami seraya kami berbalik arah mencari masjid yang lain. What a pain ...


Masjid alternatif letaknya cukup jauh dari masjid di atas. Berhubung kami sekeluarga sudah kehabisan energi, kami memutuskan untuk mengakhiri kunjungan singkat ke Ragunan ini. Masjid menjadi tempat terakhir yang kami kunjungi. Pasca shalat zhuhur, kami beristirahat di sekitar masjid sambil mencari tempat untuk makan siang. Setelah itu saya dan istri sempat memanjakan Raito dan Aidan dengan mengajak mereka mengendarai mobil-mobilan kecil yang disewakan tidak jauh dari lokasi masjid. Tarif bermain mobil-mobilan kecil ini cukup murah, yaitu Rp. 6.000 untuk sekali naik. Durasinya pun cukup lama sampai-sampai saya sendiri sempat merasa bosan menemani Raito dan Aidan di atas mobil-mobilan itu.

Adzan asar pun berkumandang. Shalat asar adalah kegiatan terakhir sebelum kami pergi meninggalkan Ragunan. Secara garis besar, kunjungan ke Ragunan kali ini cukup berkesan. Ada banyak tempat yang sempat kami telusuri di Ragunan ini walaupun pada akhirnya binatang yang kami lihat langsung itu tidak terlalu banyak. Ada juga beberapa "wahana" yang belum sempat kami coba antara lain Wisata Rakit dan Sepeda Air.

Kalau saja ada model transportasi yang lebih nyaman, mungkin kunjungan kami ke Ragunan ini akan lebih memuaskan. Kereta Keliling jelas bukan pilihan dan penyewaan sepeda tandem tidak mungkin menjadi alternatif bagi orang-orang yang membawa anak balita. Seandainya Ragunan menyediakan sejenis kendaraan roda empat seperti kendaraan di padang golf, mungkin saya tidak akan keberatan menyewanya daripada harus kelelahan berjalan kaki; sambil menggendong anak pula.

Terlepas dari itu semua, cuti hari pertama ini saya gunakan dengan baik. Saya bisa meluangkan waktu untuk melakukan sesuatu yang baru bersama istri dan anak-anak. Alhamdulillah urusan kantor dapat saya lupakan seiring dengan hiburan yang saya dapatkan bersama keluarga. Pengalaman pahit mencari masjid di atas pun berubah menjadi sesuatu yang dapat saya tertawakan bersama istri.

\

Al-Anfaal

0 opini
Dalam bahasa Indonesia, Al-Anfaal berarti Rampasan Perang. Dari namanya saja kita sudah dapat menduga bahwa isi surat Al-Anfaal secara mayoritas terkait dengan peperangan antara kaum Muslimin dan kaum Musyrikin. Perang yang disebutkan secara eksplisit di dalam surat ke-8 dalam Al-Qur'an ini adalah Perang Badar.

Ayat-ayat seputar perang Badar ini menjelaskan bagaimana kondisi kaum Muslimin dan kondisi kaum Musyrikin saat berperang. Selain itu, Allah menyampaikan pula bagaimana Allah telah memungkinkan kaum Muslimin untuk memenangkan perang Badar ini, baik secara fisik maupun mental. Kemenangan kaum Muslimin di perang Badar ini pun menjadi salah satu tanda kekuasaan Allah.

Satu hal yang perlu diperhatikan di antara rangkaian ayat-ayat tentang peperangan ini adalah bahwasanya kaum Muslimin diperintahkan untuk memilih perdamaian. Alasan kaum Muslimin berperang hanyalah untuk melawan kaum Musyrikin yang memang berniat memerangi kaum Muslimin. Bila kaum Musyrikin memilih untuk berdamai, maka kaum Muslimin pun harus mengutamakan perdamaian. Hal ini tertuang di dalam ayat 61 (saya cantumkan di bagian bawah).

Yang menarik dari surat Al-Anfaal ini adalah kobaran semangat yang dimiliki kaum Muslimin (dengan ijin Allah) saat maju untuk berperang demi mempertahankan agama Islam. Semangat kaum Muslimin ini ikut membakar semangat di dalam diri saya. Tentu saja bukan semangat untuk berperang, tapi semangat untuk menjadi seorang Muslim yang lebih baik demi mengabdi kepada Allah.

Itu saja yang bisa saya sampaikan terkait pelajaran yang saya ambil dari membaca terjemah surat Al-Anfaal. Berikut ini adalah kumpulan ayat-ayat yang saya kutip dari surat tersebut:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[1] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[2] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-Anfaal:2)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). {*} Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (QS. Al-Anfaal:15-16)
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. Al-Anfaal:28)
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfaal:46)
Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu." Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Anfaal:48)
Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Anfaal:61)
--
[1]Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
[2]Dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakan-Nya.

Sabtu, 17 Desember 2011

Kutipan dari surat Al-A'raaf

0 opini
Surat ke-7 dalam Al-Qur'an, yaitu surat Al-A'raaf, menyimpan banyak firman Allah tentang kehidupan para nabi (dan umat mereka masing-masing). Yang pertama adalah ayat-ayat tentang kehidupan Nabi Adam a.s., yaitu penghargaan Allah s.w.t. kepada Nabi Adam a.s. dan keturunannya dalam ayat 11 s.d. 25 dan peringatan Allah terhadap godaan Syaitan dalam ayat 26 s.d. 30.

Selanjutnya Allah berfirman tentang pengutusan para rasul dan akibat penerimaan dan penolakan kerasulan dalam ayat 34 s.d. 53. Ayat-ayat ini adalah ayat-ayat dahsyat yang menggambarkan perbedaan nasib antara orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman; gambaran surga dan neraka serta para calon penghuninya. Layak baca!

Selanjutnya adalah ayat-ayat yang berisi kisah (singkat) mengenai kehidupan beberapa orang nabi, antara lain:
  • Kisah Nabi Nuh a.s.: ayat 59 s.d. 64
  • Kisah Nabi Hud a.s.: ayat 65 s.d. 72
  • Kisah Nabi Shaleh a.s.: ayat 73 s.d. 79
  • Kisah Nabi Luth a.s.: ayat 80 s.d. 84
  • Kisah Nabi Syu'aib a.s.: ayat 85 s.d. 93
  • Kisah Nabi Musa a.s.: ayat 103 s.d. 155
Setiap kisah kehidupan para nabi yang tercantum di atas memiliki kesamaan sebagai berikut:
  • Menceritakan penolakan masing-masing kaum terhadap petunjuk dan peringatan Allah melalui nabi-nabi yang diutus kepada mereka.
  • Menceritakan bagaimana masing-masing kaum tidak sekedar membangkang, tapi juga menantang datangnya azab Allah kepada mereka.
  • Menceritakan bagaimana Allah menyelamatkan para nabi dan pengikut-pengikutnya saat Allah menurunkan azab ke tengah-tengah masing-masing kaum.
Hanya itu saja yang dapat saya sampaikan dari pengalaman saya membaca terjemahan surat Al-A'raaf. Di bawah ini adalah beberapa ayat yang sengaja saya kutip dari surat tersebut:
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-A'raaf:10)
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A'raaf:17)
Hai anak Adam[1], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa[2] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al-A'raaf:26)
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[3], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[4]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A'raaf:31)
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-A'raaf:33)
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu[5]; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Al-A'raaf:34)
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A'raaf:51)
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[6]. (QS. Al-A'raaf:55)
Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-A'raaf:153)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A'raaf:179)
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Al-A'raaf:187)
Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A'raaf:199)
--
[1]Maksudnya ialah: umat manusia
[2]Maksudnya ialah: selalu bertakwa kepada Allah
[3]Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling Ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[4]Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
[5]Maksudnya: tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan.
[6]Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Rabu, 14 Desember 2011

Belajar dari Kecelakaan

0 opini
Tadi pagi, saat saya sedang mengendarai motor saya menuju kantor, saya melihat sebuah taksi dalam posisi terbalik di pinggir jalan atau lebih tepatnya di dalam sebuah selokan. Selokan? Bukan selokan kecil yang biasa ada di depan rumah. Selokan yang saya maksud di sini sebenarnya cukup lebar untuk menampung sebuah sedan. Entah apa namanya, tapi tulisan ini tidak ditujukan untuk menjelaskan selokan tersebut.

Kemarin pagi, saat saya sedang mengendarai motor saya menuju kantor, sebuah angkot menabrak saya. Saat itu kendaraan-kendaraan dari arah yang sama dengan saya sedang berhenti untuk memberi jalan kendaraan dari arah lain. Saya sedang melaju perlahan di sisi kanan saat angkot itu tiba-tiba memutar arah dan BRAK! Saya mencoba menahan rem dan menghindar tapi tabrakan tidak dapat dihindari.

Satu hari sebelum kemarin, saat saya sedang mengendarai motor saya menuju kantor, tidak terjadi insiden apa pun. Alhamdulillah. Tapi rentetan kejadian itu mengingatkan saya pada insiden-insiden lain yang saya alami sebelumnya. Pernah suatu ketika mobil saya diserempet oleh mobil lain yang melaju dari arah berlawanan. Mobil itu melaju di luar lajurnya dan saya tidak bisa menghindar karena ukuran jalan pun pas-pasan.

Dan masih ada berbagai insiden lain yang saya alami, baik saya sebagai korban maupun saya sebagai pelaku. Dari setiap insiden itu saya senantiasa belajar bagaimana mengemudi dengan baik dan bertanggung jawab, baik sebagai pengendara motor maupun sebagai pengendara mobil. Saya senantiasa belajar bagaimana menjadi pengendara yang tertib berkendara.

Kita sama-sama tahu bahwa saat kita berada di belakang kemudi itu kita sedang memikul tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dalam berkendara. Ketertiban dalam berkendara ini tentu saja bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan di jalan raya. Jadi pada dasarnya tanggung jawab kita di jalan raya itu tidak hanya terhadap nyawa kita sendiri, tapi juga nyawa orang lain.

Ketertiban lalu-lintas tidak akan pernah terwujud tanpa ada kesadaran dari setiap pengendara untuk mematuhi peraturan dan menghargai hak pengguna jalan yang lain.
Setiap pengendara memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga ketertiban, kenyamanan, dan keamanan bersama. Oleh karena itu, perilaku egois sebaiknya tidak hadir saat kita sedang berada di belakang kemudi. Kita perlu mengedepankan empati kita terhadap pengendara lain. Kita perlu hindari sikap "mau enak sendiri" dan mulai memikirkan pengguna jalan yang lain.

Apalah artinya segudang peraturan lalu-lintas kalau kita hidup untuk melanggar peraturan-peraturan itu. Apalah artinya kehadiran polisi lalu-lintas kalau kita sendiri tidak pernah mau diatur. Apalah artinya lampu-lampu lalu-lintas kalau kita main terobos tanpa lihat kiri-kanan depan-belakang. Ketertiban lalu-lintas tidak akan pernah terwujud tanpa ada kesadaran dari setiap pengguna jalan untuk mematuhi peraturan dan menghargai hak pengguna jalan yang lain.

Ada banyak hal yang dapat kita perbaiki dari cara mengemudi kita demi menjaga ketertiban, kenyamanan, dan keamanan bersama itu. Mulai dari mengutamakan keselamatan ketimbang kecepatan, mendahulukan mematuhi peraturan lalu-lintas ketimbang melanggarnya, mengedepankan kesabaran ketimbang emosi saat menyikapi pengguna jalan yang lain, membiasakan memberi jalan ketimbang terus-menerus meminta jalan, atau sikap-sikap lain yang menjadikan kenyamanan dan keamanan bersama sebagai prioritas; dan bukan kenyamanan dan keamanan pribadi saja. Kemungkinan perubahan yang dapat kita lakukan dalam hal ini benar-benar tidak terbatas.

Tetap saja yang utama adalah menumbuhkan kesadaran berkendara itu sendiri. Bila kesadaran untuk mengutamakan kepentingan bersama ini sudah terbentuk, aturan-aturan seperti larangan menggunakan handphone saat mengemudi pun akan mudah dipatuhi. Bila kesadaran ini sudah terbentuk, kenyamanan dan keamanan berkendara akan mudah dicapai.