Rabu, 14 Desember 2011

Belajar dari Kecelakaan

Tadi pagi, saat saya sedang mengendarai motor saya menuju kantor, saya melihat sebuah taksi dalam posisi terbalik di pinggir jalan atau lebih tepatnya di dalam sebuah selokan. Selokan? Bukan selokan kecil yang biasa ada di depan rumah. Selokan yang saya maksud di sini sebenarnya cukup lebar untuk menampung sebuah sedan. Entah apa namanya, tapi tulisan ini tidak ditujukan untuk menjelaskan selokan tersebut.

Kemarin pagi, saat saya sedang mengendarai motor saya menuju kantor, sebuah angkot menabrak saya. Saat itu kendaraan-kendaraan dari arah yang sama dengan saya sedang berhenti untuk memberi jalan kendaraan dari arah lain. Saya sedang melaju perlahan di sisi kanan saat angkot itu tiba-tiba memutar arah dan BRAK! Saya mencoba menahan rem dan menghindar tapi tabrakan tidak dapat dihindari.

Satu hari sebelum kemarin, saat saya sedang mengendarai motor saya menuju kantor, tidak terjadi insiden apa pun. Alhamdulillah. Tapi rentetan kejadian itu mengingatkan saya pada insiden-insiden lain yang saya alami sebelumnya. Pernah suatu ketika mobil saya diserempet oleh mobil lain yang melaju dari arah berlawanan. Mobil itu melaju di luar lajurnya dan saya tidak bisa menghindar karena ukuran jalan pun pas-pasan.

Dan masih ada berbagai insiden lain yang saya alami, baik saya sebagai korban maupun saya sebagai pelaku. Dari setiap insiden itu saya senantiasa belajar bagaimana mengemudi dengan baik dan bertanggung jawab, baik sebagai pengendara motor maupun sebagai pengendara mobil. Saya senantiasa belajar bagaimana menjadi pengendara yang tertib berkendara.

Kita sama-sama tahu bahwa saat kita berada di belakang kemudi itu kita sedang memikul tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dalam berkendara. Ketertiban dalam berkendara ini tentu saja bertujuan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan di jalan raya. Jadi pada dasarnya tanggung jawab kita di jalan raya itu tidak hanya terhadap nyawa kita sendiri, tapi juga nyawa orang lain.

Ketertiban lalu-lintas tidak akan pernah terwujud tanpa ada kesadaran dari setiap pengendara untuk mematuhi peraturan dan menghargai hak pengguna jalan yang lain.
Setiap pengendara memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaga ketertiban, kenyamanan, dan keamanan bersama. Oleh karena itu, perilaku egois sebaiknya tidak hadir saat kita sedang berada di belakang kemudi. Kita perlu mengedepankan empati kita terhadap pengendara lain. Kita perlu hindari sikap "mau enak sendiri" dan mulai memikirkan pengguna jalan yang lain.

Apalah artinya segudang peraturan lalu-lintas kalau kita hidup untuk melanggar peraturan-peraturan itu. Apalah artinya kehadiran polisi lalu-lintas kalau kita sendiri tidak pernah mau diatur. Apalah artinya lampu-lampu lalu-lintas kalau kita main terobos tanpa lihat kiri-kanan depan-belakang. Ketertiban lalu-lintas tidak akan pernah terwujud tanpa ada kesadaran dari setiap pengguna jalan untuk mematuhi peraturan dan menghargai hak pengguna jalan yang lain.

Ada banyak hal yang dapat kita perbaiki dari cara mengemudi kita demi menjaga ketertiban, kenyamanan, dan keamanan bersama itu. Mulai dari mengutamakan keselamatan ketimbang kecepatan, mendahulukan mematuhi peraturan lalu-lintas ketimbang melanggarnya, mengedepankan kesabaran ketimbang emosi saat menyikapi pengguna jalan yang lain, membiasakan memberi jalan ketimbang terus-menerus meminta jalan, atau sikap-sikap lain yang menjadikan kenyamanan dan keamanan bersama sebagai prioritas; dan bukan kenyamanan dan keamanan pribadi saja. Kemungkinan perubahan yang dapat kita lakukan dalam hal ini benar-benar tidak terbatas.

Tetap saja yang utama adalah menumbuhkan kesadaran berkendara itu sendiri. Bila kesadaran untuk mengutamakan kepentingan bersama ini sudah terbentuk, aturan-aturan seperti larangan menggunakan handphone saat mengemudi pun akan mudah dipatuhi. Bila kesadaran ini sudah terbentuk, kenyamanan dan keamanan berkendara akan mudah dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar