Batas waktu untuk menjadi dewasa adalah hal yang sangat relatif. Walaupun begitu, masyarakat sudah mengambil perannya untuk menentukan batas waktu ini. Masyarakat pada umumnya menilai bahwa waktunya seseorang untuk menjadi dewasa antara lain saat orang itu sudah memasuki dunia kerja atau saat orang itu sudah memasuki usia menikah. Sementara besaran usia dewasa yang pasti masih bersifat relatif.
Terlambat atau tidaknya seseorang untuk menjadi dewasa memang seyogyanya dilihat dari besarnya tanggung jawab yang sudah seharusnya dia emban. Saat seseorang sudah harus mengemban tanggung jawab seberat 100 kg, maka orang itu dapat dikatakan terlambat dewasa bila dia memilih untuk mengemban hanya 10 kg saja atau bahkan melarikan diri dari tanggung jawab. Cara ini pun masih bersifat relatif karena untuk menentukan besarnya tanggung jawab yang SEHARUSNYA diemban seseorang itu pun bukan masalah mudah.
Memang tidak mudah menentukan apakah seseorang itu terlambat dewasa atau tidak sebab masalah ini umumnya bersifat subjektif. Seseorang menjadi terlambat dewasa kemungkinan besar karena orang-orang di sekitar dia menganggapnya seperti itu. Kata-kata seperti "Kamu kok masih bertingkah seperti anak kecil saja?!" atau "Kenapa kamu tidak pernah bisa bertanggung jawab dengan baik?!" merupakan tanda-tanda terlambatnya seseorang menjadi dewasa. Penilaian-penilaian ini tentunya sangat subjektif terhadap pihak-pihak yang terlibat.
Terlepas dari itu, masalah yang sebenarnya bukan ada pada kata "terlambat dewasa". Masalah yang sebenarnya justru ada pada dampak keterlambatan ini, yaitu saat seseorang menjadi "tidak pernah dewasa". Seseorang yang masuk ke dalam tahap "terlambat dewasa" itu sangat dimungkinkan untuk masuk ke dalam tahap "tidak pernah dewasa". Hal ini terkait erat dengan sifat alami manusia dalam proses belajar dan berubah.
Seperti kita ketahui bersama, usia seseorang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Kemampuan belajar ini mencakup kemampuan untuk mempelajari hal-hal yang baru dan menerapkan hasil belajarnya itu ke dalam hidupnya. Kemampuan belajar ini tidak terbatas pada pendidikan yang bersifat formal saja, tapi meluas kepada segala sesuatu yang dipelajari seseorang dalam hidupnya untuk kemudian membantunya membentuk sikap dan kepribadiannya sendiri.
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar