Tampilkan postingan dengan label Beasiswa S3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Beasiswa S3. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 September 2024

Tips Menghadapi Seleksi Wawancara LPDP

0 opini

Berikut ini beberapa tip menghadapi Seleksi Substansi (Wawancara) Beasiswa LPDP. Semuanya saya buat berdasarkan pengalaman saya saat mengikuti wawancara dan informasi dari teman-teman saya yang telah menjadi awardee Beasiswa LPDP. Jadi, informasi di bawah ini sifatnya subyektif dan terbatas.

Sebelum membahas tip, saya membuat video yang berisi contoh pertanyaan dalam wawancara. Videonya tersedia di bawah ini.


Beberapa tip yang umum:

  1. Wawancara adalah Kesempatan untuk Mengenal Kandidat: Tujuan wawancara LPDP adalah untuk mengenal kandidat lebih jauh, bukan untuk menjatuhkan. Hal ini penting untuk diingat agar kita dapat menghadiri wawancara dengan lebih percaya diri dan terbuka.
  2. Penilaian Bersifat Subyektif: Pastikan bahwa wawancara adalah kesempatan bagi kita untuk menyakinkan pewawancara bahwa kita layak diterima sebagai penerima beasiswa. Hal itu berarti cara berkomunikasi yang kita utamakan adalah persuasif.
  3. Ulas Dokumen yang Diunggah: Ulas kembali semua dokumen yang kita unggah, termasuk proposal riset bagi calon mahasiswa S3. Pastikan poin-poin penting dari setiap bagian yang tercantum dalam dokumen itu seperti kekuatan, kelemahan, atau pengalaman pribadi, dapat kita pahami dengan baik agar bila ditanya, kita juga dapat menjelaskannya dengan baik.
  4. Jawab dengan Singkat dan Padat: Hal ini bukan rahasia lagi dalam wawancara, tapi kadang kita terbawa suasana atau berusaha meyakinkan pewawancara dengan memberikan jawaban selengkap mungkin, sehingga jawaban kita menjadi panjang dan lebar. Akibatnya kita bisa kehilangan fokus dan pewawancara belum tentu menangkap maksud kita dengan baik.
  5. Jaga Keseimbangan Ego: Percaya diri itu baik, tapi terlalu percaya diri seolah-olah seluruh dunia bertekuk lutut pada kita itu buruk. Rendah hati itu baik, tapi rendah diri itu buruk. Temukan keseimbangan antara percaya diri dan rendah hati saat memberikan jawaban.
  6. Tetap Rileks: Semua tahu hal ini, tapi sering terlupakan saat wawancara. Penting bagi kita untuk tetap tenang selama wawancara. Ketenangan membantu kita berpikir lebih jelas, menjawab pertanyaan dengan lebih baik, dan tampil lebih percaya diri.
  7. Gunakan Humor dengan Bijak: Jika situasi dan kondisi memungkinkan, gunakan humor untuk mencairkan suasana atau bahkan memberikan kesan yang berbeda bagi pewawancara. Hal ini akan membantu kita untuk lebih rileks dan pada akhirnya, lebih percaya diri saat wawancara.
Penjelasan yang serupa dengan daftar di atas dapat ditonton di video di bawah ini.


Beberapa tip dalam pembahasan rencana studi:

  1. Rencana Studi yang Terarah: Memiliki rencana studi yang jelas dan terarah adalah kunci. Pastikan kita bisa menjelaskan dengan rinci, tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu, tentang tujuan dan langkah-langkah yang akan kita ambil dalam studi kita.
  2. Letter of Acceptance (LoA) Bukan Faktor Kunci: LoA bukan, saya ulangi, bukan faktor kunci yang menentukan keberhasilan dalam seleksi. Fokus pada komitmen kita terhadap studi dan dampak studi kita kelak juga penting. Bagi calon mahasiswa S3, kekuatan proposal riset juga memiliki peran yang signifikan.
  3. Perkembangan Positif: Kalau memungkinkan, sampaikan perkembangan positif yang terjadi dalam proses mencari kampus, misalnya respons dari staf akademik di kampus tujuan atau lulus dari proses administrasi pendaftaran di kampus itu. Perkembangan positif itu dapat menunjukkan kemajuan nyata dalam rencana studi kita.
  4. Keaslian dan Kesiapan: Pewawancara memperhatikan keaslian dan kesiapan kita dalam melanjutkan studi kita. Semua itu akan terlihat dari jawaban kita saat wawancara, termasuk sinkron atau tidaknya jawaban kita dengan isi esai yang kita unggah sebelumnya. Ceritakan pengalaman dan rencana studi dengan jelas dan meyakinkan.

Penjelasan senada dapat ditonton di video di bawah ini.



Beberapa tip dalam pembahasan proposal riset, khususnya bagi calon mahasiswa S3:
  1. Proposal Riset yang Kuat: Proposal riset harus didukung referensi akademik yang kuat dan relevan. Referensi yang lemah dapat menurunkan nilai tambah proposal kita karena dianggap tidak dibangun di atas riset yang telah ada. Dampak riset kita untuk dunia akademik akan muncul dengan sendirinya bila proposal riset kita memiliki fondasi yang kuat.
  2. Dampak Riset yang Jelas: Proposal riset harus memiliki dampak positif yang jelas di luar dunia akademik. Dampak riset itu dapat mencakup nilai tambah terhadap diri kita sendiri, khususnya karir kita, organisasi tempat kita kembali bekerja, atau masyarakat. Semakin luas dampak riset kita, semakin baik.
  3. Selaras dengan Rencana Studi: Riset kita harus terlihat menjadi bagian dari rencana kontribusi kita di masa depan. Di balik proposal riset yang kuat dengan dampak yang jelas, keselarasan itu harus jelas, yaitu apa dan bagaimana peran riset kita dalam rencana kita ke depan.
Penjelasan lebih lanjut dapat ditonton di video di bawah ini.



Untuk cerita lain terkait pengalaman saya mengikuti seleksi LPDP, termasuk IELTS, esai, dan tes bakat skolastik, cek di sini.

Selasa, 01 Agustus 2023

Pengalaman Mengikuti Tes Bakat Skolastik Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Rupanya Tes Bakat Skolastik (TBS) Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2023 sudah dekat. Pertama kali saya mengikutinya, TBS itu ibarat sebuah tembok yang sangat tinggi. Saya kuatir karena saya sudah lama tidak berurusan dengan perhitungan Matematika yang rumit, saya akan gagal.

Kecemasan saya sebenarnya tidak beralasan karena keterampilan Matematika bisa disegarkan kembali dengan latihan. Hal yang penting adalah tahu bagian mana yang harus dilatih. Bagi saya, bagian itu adalah deret bertingkat. Di bagian itu saya perbanyak latihan soal.

Deret bertingkat itu menghabiskan waktu karena kita perlu mengenal pola di balik pola. Risiko salahnya cukup tinggi, apalagi kalau kita terburu-buru. Beruntung contoh-contoh soal deret bertingkat itu mudah ditemukan. Jadi, saya punya cukup banyak materi untuk berlatih.

Selain deret bertingkat, soal-soal Matematika yang saya ingat di TBS adalah aritmatika, aljabar, dan analisis terhadap kecukupan data. Aritmatika dan aljabar itu biasa saya temui di tes-tes Matematika, salah satunya saat mengikuti Ujian Masuk UI. Kecukupan data itu yang unik.

Walaupun begitu, saya lebih banyak berlatih dengan soal deret bertingkat. Aritmatika, aljabar, dan kecukupan data tetap saya perhitungkan, tapi kemampuan mengenali pola bilangan yang saya utamakan. Hasilnya, di percobaan pertama dan kedua, saya bisa lulus TBS. Alhamdulillaah.

Contoh soal untuk semua itu mudah ditemukan di Internet. Apalagi untuk LPDP, banyak kanal yang berkenan berbagi langsung sampai pembahasan soalnya. Berlatih menjadi mudah. Akan tetapi, hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh peserta tes adalah kondisi mental.

Bagi yang belum terbiasa, soal-soal TBS bisa terasa sulit dan membuat kewalahan. Hal itu harus dihindari karena bersama soal-soal yang susah, ada soal-soal yang mudah. Jangan berhenti di 1 soal yang sulit. Ingat terus bahwa waktu tes terbatas. Jadi, kalau mentok, ganti soal.

Teman saya yang dulu ikut TBS juga mengakui bahwa ego kadang muncul dan membuat waktu kita habis di 1 soal tertentu. Hal itu jelas keliru karena kita tidak diminta untuk menjawab semua soal, tapi mendapat nilai setinggi mungkin. Kalau ada yang tidak bisa kita jawab, no problem!

Hal itu bukan berarti soal-soal kita lewati begitu saja. Semua soal sebaiknya diisi karena tidak ada penalti. Jadi, saat membaca dan mencoba menjawab soal, kalau kita tidak bisa menemukan jawabannya, paling tidak kita bisa membuat tebakan yang terarah. Siapa tahu benar, kan?

Selain keterampilan Matematika, TBS juga menguji keterampilan Bahasa Indonesia dan logika berpikir kita. Soal-soal keterampilan Bahasa Indonesia seperti padanan kata termasuk mudah. Akan tetapi, soal-soal yang menguji logika berpikir bisa sekaligus menguji kesabaran kita.

Saya ingat di percobaan kedua, ada soal yang meminta saya menyusun belasan pot dan guci ke sebuah lemari. Nantinya saya harus memilih kondisi mana yang benar dalam pilihan yang tersedia. Soal itu terasa begitu rumit sampai rasanya saya ingin membanting guci. Wild, right?

Untuk model soal seperti itu, opsi terbaik adalah mulai dari pilihan yang tersedia, lalu cari pilihan yang benar. Sebaliknya juga bisa dilakukan, kita lihat semua pilihan yang ada, coret yang salah sampai tersisa yang benar. Kalau tidak seperti itu, waktu akan banyak terbuang.

Intinya, sebaik apa pun keterampilan kita, sebanyak apa pun latihan kita, kita harus ingat bahwa tujuan mengikuti TBS adalah mendapatkan nilai semaksimal mungkin. Kalau ada soal yang tidak bisa kita jawab, tidak masalah. Kalau SEMUA soal tidak bisa kita jawab, itu baru masalah.

Lewati soal yang susah, fokus ke soal yang mudah. Setelah semua soal yang mudah dapat kita jawab, waktu yang tersisa kita alihkan untuk mencoba menjawab semua soal yang kita lewati. Kalau rasa panik sudah muncul, mulailah menebak sebaik mungkin agar semua soal terisi jawaban.

Jumat, 07 Juli 2023

Esensi Esai untuk Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Keberuntungan saya dalam esai untuk Seleksi Beasiswa LPDP belum tentu dirasakan banyak orang. Tidak semua orang "kebetulan" memiliki tulisan yang siap untuk dijadikan esai, kan? Bukan tidak mungkin banyak orang di luar sana yang mengalami kesulitan ekstra dalam penyusunan esai.

Beberapa orang yang lulus Seleksi Beasiswa LPDP mengakui urusan esai itu menantang. Setiap orang, sesuai cerita mereka, memiliki tantangan masing-masing saat menyusun komitmen dan rencana pasca studi mereka. Namun, semuanya terlihat memiliki keaslian dan kematangan yang sama.

Keaslian dan kematangan itu akan digali saat wawancara, tapi esai menjadi titik awal yang penting. Esai itu membentuk cerita yang akan disajikan kepada para pewawancara. Esai itu tentunya berisi perjalanan yang telah dilakukan dan "itinerary" untuk perjalanan di masa depan.

Ceritanya juga harus diarahkan ke hal-hal yang berdampak positif bagi banyak pihak. Saya, misalnya, bercerita mengenai workshop Agile untuk rekan-rekan ASN dan menulis buku ASN Juga Bisa Agile. Walaupun sifatnya terbatas, banyak pihak yang ikut merasakan manfaatnya.

Kalau esai bisa diarahkan seperti itu, penyusunannya akan lebih mudah. Bagian "komitmen" dapat diisi dengan komitmen untuk meneruskan apa yang sudah dibangun lewat kontribusi yang lampau. Di situ, rencana pasca studi atau kontribusi seharusnya akan keluar dengan sendirinya.

Peran studi kita kelak juga akan lebih mudah untuk dijelaskan. Saya, misalnya, berkomitmen untuk terus menjaga agar Rinkas tetap hidup. Topik riset yang saya pilih adalah Agile. Riset itu berperan besar untuk memperkuat kompetensi saya sebagai praktisi Agile dalam Rinkas.

Benang merahnya terlihat, kan?

Pada intinya, esai itu dimulai dari diri penulisnya. Jelaskan siapa dirinya, kompetensinya, lalu kontribusinya. Selanjutnya jelaskan visinya yang selaras dengan kontribusinya. Di tengah-tengah, sisipkan peran studi yang ingin diambil dalam rencananya di masa depan. Itu saja.

Sederhana, tapi tidak mudah.

Senin, 03 Juli 2023

Pengalaman Membuat Proposal Riset untuk Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Dari semua persyaratan yang perlu disiapkan untuk Seleksi Beasiswa LPDP, proposal riset adalah hal yang paling menantang. Tidak seperti esai yang hakikatnya "hanya" bercerita, uraian di dalam proposal riset harus ilmiah. Alur ceritanya harus ditunjang referensi yang kuat.

Untuk S3, tantangannya lebih berat lagi karena topik riset kita harus lebih luas dari riset S2. Selain itu, kita dituntut untuk menemukan sesuatu yang baru lewat riset S3. Definisi "baru" itu, berdasarkan pemahaman saya saat ini, dinilai dari referensi yang kita gunakan.

Referensi dalam proposal riset bisa diibaratkan sebagai pijakan untuk melompat ke depan. Kalau pijakan yang kita gunakan tidak kuat, lompatan kita tidak akan jauh. Bukan hanya itu, pijakan yang rapuh mungkin saja membuat kita GAGAL melompat karena pijakannya ambruk lebih dulu.

Pijakan yang rapuh itu membuat saya gagal di Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2022. Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, referensi di dalam proposal pertama saya memang lemah. Saya hanya mencantumkan 1 jurnal sehingga pijakan riset saya benar-benar terlihat lemah.

Rasanya ingin menertawakan diri sendiri.

Dari kejadian itu saya belajar. Tidak lama setelah wawancara di Tahap 2 Tahun 2022, saya perbanyak referensi. Kajian pustaka untuk proposal riset saya perdalam. Satu per satu publikasi ilmiah internasional saya tambahkan. Referensi non-publikasi juga saya buat seminimal mungkin.

Waktu saya terbatas karena saya harus segera menyelesaikan proposal riset saya untuk mendaftar di Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 1 Tahun 2023. Walaupun begitu, hasilnya cukup baik. Referensi berupa publikasi di dalam proposal riset saya meningkat drastis dari 1 menjadi belasan.

Seiring dengan bertambahnya referensi, isi proposal saya juga berubah. Analisis dalam proposal terasa lebih "nendang". Hal "baru" yang ingin saya temukan lewat riset semakin terlihat. Dapat dikatakan bahwa proposal riset saya mengalami peningkatan kualitas yang signifikan.

Walaupun proposal itu saya susun untuk Seleksi Beasiswa LPDP, dampak positifnya saya rasakan juga dalam mencari prospek kuliah S3. Saya menjadi lebih percaya diri saat mengontak para profesor di kampus-kampus yang saya minati. Saya memang merasa isi proposal saya lebih berbobot.

Dalam proses memperbaiki proposal itu, saya juga menggunakan publikasi yang penulisnya ada di salah satu kampus incaran saya. Saat saya menghubungi profesor itu, saya sebutkan juga publikasinya. Isi email yang saya kirim menjadi lebih spesifik karena menyebut hasil karyanya.

Dibandingkan sebelumnya, proposal saya menarik lebih banyak respons. Responsnya bervariasi dari yang berminat, tapi tidak bisa menampung PhD student baru, sampai yang berminat dan mengajak diskusi lebih lanjut. Yang mengajak diskusi adalah profesor yang publikasinya saya kutip.

Dari profesor itu, prosesnya diarahkan ke kampus. Beliau meminta saya tetap mendaftar dulu di kampus tujuan agar kelayakan saya dinilai langsung oleh bagian administrasi kampus. Saya menerima lampu hijau dan diskusi saya bersama profesor dapat diteruskan lebih dalam lagi.

Kondisi itu benar-benar menguntungkan bagi saya karena semua itu terwujud sebelum wawancara di Seleksi Substansi (Beasiswa LPDP). Wawancara itu lebih lancar dari tahap sebelumnya. Perbaikan di sisi proposal dan respons dari profesor itu membuat wawancara saya "lebih meyakinkan".

Ada satu hal yang membuat saya tetap waswas. Salah seorang pewawancara mengatakan bahwa mayoritas referensi saya berisi fringe journal. Untungnya saya bisa menjelaskan bahwa hal itu akan saya perbaiki karena saya mendapat akses ke berbagai publikasi yang kredibel dari kampus.

Singkat cerita (di tulisan yang ekstra panjang ini), saya lulus seleksi. Seleksi Substansi yang terlihat sulit itu berhasil saya lewati. Upaya memperbanyak literatur untuk saya kutip membuahkan hasil positif. Kampus yang saya kejar juga memberikan respons positif. Alhamdulillah.

Soal wawancara, sebenarnya masih ada hal menarik lain karena isinya bukan hanya soal proposal riset. Di tengah proses seleksi juga ada Seleksi Bakat Skolastik yang juga tidak kalah menantang. Saya coba ceritakan di tulisan berikutnya, ya. Insyaa Allaah.

Sabtu, 01 Juli 2023

Pengalaman Membuat Esai Untuk Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Setelah IELTS, ada esai. Setiap orang yang mendaftar Seleksi Beasiswa LPDP, termasuk saya, harus membuat esai yang berisi rencana studi dan kontribusi di masa depan. Semua itu perlu kita jelaskan dalam konteks berkomitmen untuk kembali ke Indonesia dan terus berkontribusi.

Sebenarnya, dibandingkan dengan IELTS, membuat esai ini justru lebih sulit. Namun, lagi-lagi saya beruntung karena pernah membuat tulisan yang panjang mengenai kontribusi dan mimpi saya dalam penerapan Agile di pemerintahan. Kata kuncinya adalah Pemerintah Tangkas.

Target 1.500-2.000 untuk esai dapat saya penuhi dengan mudah karena tulisan saya mengenai Pemerintah Tangkas (Rinkas) memang sepanjang itu. Saya hanya perlu mengubah sudut pandang tulisan dari komunitas ke pribadi. Struktur dan isinya secara fundamental tidak perlu saya ubah.

Struktur esai yang saya buat cukup sederhana. Saya buka dengan menceritakan berbagai pengalaman saya menerapkan Agile sejak tahun 2015. Saya lanjutkan dengan menjelaskan apa itu Rinkas dan apa visinya. Saya juga ceritakan peran dan pencapaian Rinkas di dalam esai itu.

Berhubung saya aktif di Rinkas, mudah bagi saya untuk memposisikan diri saya di setiap bagian dalam cerita Rinkas. Saya juga tambahkan cerita tentang komunitas praktisi/peminat Agile di pemerintahan dan gambaran Agile yang Agnostik. Tujuannya agar ceritanya menjadi lebih utuh.

Esai saya tutup dengan komitmen untuk meneruskan apa yang sudah saya mulai. Saya juga tekankan bahwa topik riset saya juga selaras dengan cita-cita itu. Esai itu saya tutup dengan menunjukkan keselarasan antara kontribusi yang telah lalu dengan rencana saya di masa depan.

Saya sendiri tidak tahu seberapa besar pengaruh esai itu terhadap hasil akhir Seleksi Substansi. Namun, kalau memang keaslian yang dicari, sepertinya praktisi Agile di pemerintahan memang belum banyak. Peran saya yang cukup signifikan di Rinkas ikut memperkuat keaslian itu.

Kalau dilihat dari kaitannya dengan bangsa dan negara, isi esai saya sudah terkait cukup erat. Peran saya dalam penerapan Agile adalah sebagai ASN. Tujuannya untuk membangun layanan yang berkualitas di instansi tempat saya bekerja. Dampak positifnya akan dirasakan masyarakat.

Rinkas, dengan konteks yang lebih luas dari tempat kerja saya, juga tidak jauh dari pemerintahan. Lewat Rinkas, saya juga ingin melihat peningkatan kualitas layanan di instansi lain di luar tempat saya bekerja. Dampak positifnya tentu akan dirasakan oleh lebih banyak pihak.

Mungkin esai seperti itu yang perlu disiapkan para pemburu Beasiswa LPDP. Esai itu perlu diisi dengan riwayat kontribusi yang relevan dengan rencana di masa depan. Dengan begitu, esainya akan berisi cerita yang berkelanjutan dengan studi S2/S3 sebagai salah satu katalisatornya.

Oleh karena itu, menurut saya, akan lebih baik kalau proposal riset yang dibuat juga selaras dengan esai. Keselarasan itu menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan memang memiliki visi yang jelas terkait studinya. Bukan hanya studi yang dipikirkan, tapi juga manfaat studi itu.

Proposal riset adalah salah satu persyaratan untuk melanjutkan studi S3 dengan Beasiswa LPDP. Seluk-beluk mempersiapkan proposal juga menarik untuk dibahas, tapi tentu saja terlalu panjang untuk diteruskan di sini. Saya ceritakan di tulisan selanjutnya saja, ya. Insyaa Allaah.

Kamis, 29 Juni 2023

Pengalaman Tes IELTS Untuk Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Ada 3 hal besar yang perlu saya siapkan sewaktu mendaftar Beasiswa LPDP. Ketiga hal itu adalah IELTS, Esai, dan Proposal Riset. Proposal Riset hanya diminta dari para pendaftar jenjang studi S3, sementara IELTS dan Esai harus dipenuhi pendaftar dari jenjang studi S2 dan S3.

Dari semua itu, bagian yang paling berat adalah IELTS. Sebenarnya LPDP membuka beberapa opsi, tapi saya memilih yang paling feasible: IELTS. Saat itu saya benar-benar mengejar waktu dan hanya IELTS yang dapat saya peroleh hasilnya sebelum pendaftaran Beasiswa LPDP ditutup.

Seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, saya mencoba LPDP pertama kali di Tahap 2 Tahun 2022. Saat itu, waktu yang tersisa untuk mendaftar agak mepet. Di waktu yang terbatas itu, saya mencari tempat untuk mendapatkan skor tes Bahasa Inggris sesuai kriteria LPDP.

Setelah browsing sana-sini, saya menemukan slot kosong untuk tes IELTS berbasis komputer di IALF Gading Serpong. Biaya tesnya cukup mengguncang cashflow, yaitu Rp3.000.000, tapi tetap saya jalani. Saya pikir, walaupun mahal, hasil tesnya bisa saya pakai selama 2 tahun ke depan.

Pendaftaran dan pembayaran saya lakukan pada tanggal 24 Juli 2022. Jadwal tes saya tanggal 28 Juli 2022. Saya hanya punya waktu 4 hari untuk mempersiapkan diri. Semua itu saya lakukan karena saya ingin mengejar pendaftaran Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2022 saat itu.

Saya beruntung karena sejak kecil saya tidak pernah mengalami kesulitan dengan Bahasa Inggris. Namun, tes IETLS itu menjadi tes Bahasa Inggris pertama saya yang mencakup speaking skill. Jadi, perasaan saya campur aduk antara rasa senang mencoba hal baru dan rasa takut gagal.

Dalam waktu 4 hari itu, saya browsing mencari contoh atau simulasi tes IELTS. Beruntung informasi seperti itu sudah sangat mudah ditemukan di YouTube. Saya pelajari mekanisme tes yang akan saya jalani nanti, baik listening, reading, writing, maupun speaking.

Satu hal yang meleset dari perhatian saya adalah bahwa tes IELTS ini menggunakan UK English. Isunya adalah selama ini saya lebih banyak bermain dengan US English. Hal itu menjadi tantangan tersendiri di bagian listening karena pengucapan UK English berbeda dengan US English.

Ada 1 cerita konyol saat saya tes, khususnya di bagian listening. Setiap sesi, peserta diberi kesempatan untuk membaca pertanyaan yang ada sebelum audio diputar agar peserta tahu informasi apa yang harus mereka cari. Di salah satu sesi listening, saya seperti kehilangan fokus.

Di sesi konyol itu, saya lupa membaca pertanyaan yang ada di waktu yang disediakan. Saya santai saja mendengarkan obrolan antara 2 orang yang sedang diputar. Saat audio selesai, saya kaget. Untungnya obrolan mereka nyangkut dan saya bisa menjawab pertanyaan di sesi itu.

Reading dan writing dapat saya jalani dengan baik. Materinya bukan sesuatu yang bisa saya temukan dalam hidup saya sehari-hari. Saya masih bisa mencernanya, tapi di bagian writing, hal itu menjadi menantang karena kosakata saya masih terbatas.

Di bagian Speaking, saya juga terhambat di kosakata. Walaupun topik yang dibahas sangat erat dengan hidup sehari-hari seperti kota kelahiran atau akun favorit di Twitter, saya masih tidak terlalu lancar berbicara. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya kurang latihan.

Walaupun begitu, secara umum, saya masih bisa melewati semua bagian tes itu dengan baik. Sesuai dugaan, speaking dan writing saya ada di band 7. Tidak tinggi, tapi cukup baik. Untungnya listening dan reading saya ada di band 8,5 sehingga hasil akhir tes IELTS saya adalah band 8.

Hasil tes saya keluar dalam hitungan hari, yaitu tanggal 2 Agustus 2022. Sesuai harapan saya, saya bisa menggunakan tes IELTS itu untuk mendaftar di Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2022. Semua waktu, tenaga, dan uang yang keluar untuk tes bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Rabu, 28 Juni 2023

Gagal Sebelum Lulus Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Seleksi Beasiswa LPDP yang pertama kali saya ikuti adalah Tahap 2 Tahun 2022. Saat itu, saya gagal di Seleksi Substansi. Kegagalan itu sebenarnya sulit saya terima, tapi bisa saya maklumi, karena saya berada di tengah-tengah antara siap dan tidak siap melanjutkan studi S3.

Bagian wawancara (dalam Seleksi Substansi) yang membekas adalah pembahasan proposal riset. Proposal saya tidak didukung oleh referensi yang kuat. Saya hanya mencantumkan 1 jurnal dalam referensi, sementara sisanya berisi peraturan dan dokumen non-jurnal, termasuk riset internal.

Saya juga terbilang masih hijau dalam urusan prospek kuliah S3. Saat itu, walaupun saya sudah mengontak banyak akademisi di berbagai universitas, belum ada yang memberikan respons. Jadi, dalam wawancara itu, saya tidak bisa bercerita banyak tentang rencana studi S3 saya.

Saya hanya bisa bercerita panjang-lebar tentang nilai tambah riset saya, baik terhadap diri saya, karir saya, instansi tempat saya bekerja, atau masyarakat secara umum. Akan tetapi, begitu saya ditanya nilai tambah riset itu di sisi akademis, saya tidak bisa berkomentar banyak.

Hal itu sepertinya sangat diperhatikan para pewawancara dan "kegagapan" saya sepertinya membuat saya dinilai tidak siap melanjutkan studi S3. Saya menyadari hal itu, tapi kenapa saya sulit menerimanya? Karena menurut saya kesiapan itu bisa saya wujudkan di masa depan.

Referensi bisa saya perkuat. Saya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kuat terkait riset yang saya ingin lakukan. Supervisor bisa saya cari karena masih ada banyak universitas yang belum saya jajaki. Mungkin para pewawancara tidak mau mengambil risiko, tapi saya maklum.

Maju ke Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 1 Tahun 2023, semua itu teratasi. Alhamdulillaah. Referensi dalam proposal, walaupun tidak terlalu kredibel, dapat saya perkaya dengan banyak jurnal. Saya juga sudah terhubung dengan seorang profesor yang mau menerima saya sebagai PhD student.

Semua keberhasilan itu bisa saya ceritakan dalam wawancara di Seleksi Tahap 1 Tahun 2023. Jalannya wawancara di tahap ini menjadi lebih meyakinkan bagi saya dibandingkan tahap sebelumnya. Paling tidak saya tidak lagi mengalami momen speechless seperti di tahap sebelumnya.

Walaupun lebih meyakinkan, saya tetap waswas. Penilaian tetap ada di tangan para pewawancara yang, tentu saja, subjektif. Saya berdoa kepada Allah Swt. agar saya tidak perlu mengikuti seleksi lagi untuk yang ketiga kalinya. Doa saya ternyata dikabulkan. Alhamdulillaah.

Dari pengalaman gagal dan akhirnya lulus seleksi itu akhirnya saya tegaskan, "Kuncinya ada di Seleksi Substansi". Akan tetapi, semua tetap dimulai dari Seleksi Administrasi, bahkan sebelum itu. Semua persiapan saya untuk mencapai kondisi saat diwawancarai itu yang menjadi kunci.

Bagaimana persiapannya? Tentu saja terlalu panjang untuk diceritakan di sini. Niat saya memang membahasnya satu per satu, sedikit demi sedikit, supaya tidak terlalu banyak informasi yang harus dibahas dalam 1 waktu. Saya akan bercerita lagi di tulisan berikutnya. Insyaa Allaah.

Selasa, 27 Juni 2023

Lulus Seleksi Beasiswa LPDP

0 opini

Kabar yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Hari Kamis, 8 Juni 2023, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengumumkan hasil seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP Tahap 1 Tahun 2023. Dengan izin Allah Swt., saya dinyatakan lulus. Alhamdulillaah.

Saya mengikuti seleksi beasiswa itu untuk melanjutkan studi S3. Saya berniat untuk melanjutkan studi S3 itu di luar negeri. Negara tujuan saya adalah Selandia Baru. Beasiswa itu dapat mengakomodir semua kebutuhan itu. Jadi, saat pendaftarannya dibuka, saya langsung daftar. 

Berhubung saya bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN), saya pilih program yang bersifat targeted untuk PNS, TNI, dan Polri. Bagian kepegawaian di kantor saya juga mendukung penuh dari sisi administrasi sehingga prosesnya lebih mudah. Persiapannya juga berjalan lancar.

Seleksi itu sendiri terdiri dari 3 tahap, yaitu Administrasi, Bakat Skolastik, dan Substansi. Berdasarkan pengalaman saya, Seleksi Administrasi hanya memeriksa kelengkapan data dan dokumen. Potensi akademik diukur di Seleksi Bakat Skolastik. Seleksi Substansi, ya, substansial.

Data yang harus disiapkan cukup banyak. Data yang diminta mencakup data diri, data keluarga, riwayat pekerjaan, riwayat pendidikan, pengalaman riset, prestasi, karya ilmiah, konferensi/seminar, dll. Yang paling menonjol adalah Bahasa Inggris, Esai, dan Proposal Riset.

Semua persyaratan yang diminta dapat saya siapkan dengan baik sehingga Seleksi Administrasi dapat saya lewati tanpa kendala berarti. Tes-tes di dalam Seleksi Bakat Skolastik juga dapat saya selesaikan dengan baik. Soal-soalnya memang menantang, tapi saya tetap bisa lulus.

Kuncinya ada di Seleksi Substansi. Seleksi Substansi itu dilakukan melalui wawancara. Semua berkas yang saya serahkan saat Seleksi Administrasi menjadi bahan wawancara. Kabarnya yang digali pewawancara adalah keaslian dan kesiapan. Itu juga dapat saya lewati dengan baik.

Skor Seleksi Bakat Skolastik saya adalah 220. Skor yang cukup baik untuk potensi akademik orang yang usianya berkepala 4. Skor Seleksi Substansi saya adalah 958. Skor itu sepertinya terbilang tinggi, tapi saya tidak tahu apa sebenarnya yang membuat skor saya setinggi itu.

Saya bermaksud membahas semuanya satu per satu. Siapa tahu ada yang bisa mengambil manfaat dari pengalaman saya lulus seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia dari LPDP ini. Supaya tulisan ini tidak terlalu panjang, saya akan lanjutkan di tulisan berikutnya. Insyaa Allaah.