Kamis, 30 November 2023

Jadwal Puasa Intermiten Mingguan

0 opini

Total intermittent fasting (IF) saya per minggu adalah 116 jam (rincian ada di gambar). Setiap hari, saya mulai puasa dari pukul 9 malam. Senin dan Kamis saat  puasa sunnah, sahur hanya minum air putih. Alhasil IF saya di 2 hari itu bisa sampai 21 jam.

IF di hari kerja lain saya batasi 16 jam, yaitu dari pukul 9 malam hari sebelumnya sampai pukul 1 siang. Saat itu saya mulai makan siang. Sisanya, yaitu Sabtu dan Minggu, saya kurangi menjadi 14 dan 12 jam karena saya perlu menyesuaikan diri dengan waktu ngemil keluarga.

IF saya lakukan bukan lagi untuk mengelola berat badan, tapi untuk mengambil manfaat kesehatannya. Terus terang saya tidak lagi berminat menurunkan berat badan. Berat badan berkutat di 58-60 kg sudah cukup. Saat ini saya hanya berusaha untuk menjaga badan agar tidak jadi "bulat".

Untuk menjaga kestabilan berat badan juga tidak cukup dengan IF. Kuantitas makanan yang masuk di waktu makan juga harus dikendalikan. Satu hal yang paling berpengaruh untuk badan saya adalah nasi. Saya bertahan hanya makan nasi 1 kali sehari walaupun waktu makan tetap 2 kali.

Hal yang belum jalan secara konsisten adalah olahraga ringan, khususnya saat puasa. Dokter Andi Pratama Dharma menyarankan agar IF dibarengi olahraga setelah puasa minimal 10 jam. Pola itu dinyatakan efektif membakar lemak, tapi saya belum bisa menemukan waktu dan tempatnya.

Terlepas dari nasi dan olahraga ringan, IF memang berdampak positif bagi saya, terutama pada lambung. Sejak IF saya lakukan secara konsisten, kondisi lambung saya membaik karena GERD saya tidak sering kambuh seperti sebelum IF. Selain itu, dompet juga lebih sehat. 

Kamis, 14 September 2023

Pengalaman Jual Laptop di Kampanyelaptop-dot-com

0 opini

Genap 10 tahun usia laptop Samsung saya. Saya membelinya saat saya akan memulai kuliah S2. Saat itu saya merasa membutuhkan laptop baru yang dapat digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Laptop dengan spesifikasi RAM 4 GB dan storage 100 GB itu cukup membantu.

Saat ini laptop itu tidak lagi terpakai karena spesifikasinya sudah tertinggal dan saya sudah punya laptop lain dengan spesifikasi yang lebih baik. Laptop itu masih dapat dipakai untuk aplikasi Office atau Web browser, tapi responsnya lambat. Dia memang sudah layak pensiun.



Berhubung saya sudah beberapa kali jual handphone lewat Maujual-dot-com, saya coba cari layanan serupa untuk laptop. Dari hasil pencarian di Google Search, pilihan saya jatuh ke jualinlaptop-dot-id dan kampanyelaptop-dot-com. Dari situsnya, kedua layanan itu terlihat bonafide.

Singkat cerita, jualinlaptop menolak laptop jadul seperti laptop saya karena mereka tidak bisa menentukan harga jual kembali laptop itu. Sebaliknya kampanyelaptop masih mau membelinya dengan harga 3 ... juta? Bukan. Harga yang mereka tawarkan hanya 3 ... ratus ... ribu rupiah.

Saya jalani saja demi mendapatkan pengalaman.

Proses awalnya sederhana baik di jualinlaptop maupun di kampanyelaptop. Saya hanya berkomunikasi dengan customer service (CS) via WA. Di situ saya mengirim foto fisik laptop dan screenshot dxdiag sambil menjelaskan kekurangan laptop saya. Caranya serupa di kedua layanan itu.



Seperti saya sebutkan tadi, hanya kampanyelaptop yang bersedia membeli laptop saya. Harga penawaran awal hanya Rp350.000. Saya terima dan kami atur waktu bertemu untuk memeriksa laptop saya. Harga Rp300.000 yang tadi saya sebutkan adalah harga setelah laptop saya diperiksa.

Saat pemeriksaan diketahui kalau kondisi baterai hanya sekitar 80%, kondisi display tidak optimal, dan klik kanan di touchpad tidak berfungsi. Untungnya Kondisi fisik, keyboard, dan touch screen masih baik. Walaupun begitu, penawaran harga tetap turun menjadi Rp300.000.

Setelah sepakat dengan harga, saya diminta mengisi surat pernyataan telah menjual laptop sambil menunggu dana saya diproses. Walaupun jumlahnya kecil, kampanyelaptop tetap mengirim dana via transfer, tidak tunai. Dalam hitungan menit, dana itu sudah saya terima di e-wallet saya.

Secara keseluruhan, prosesnya berjalan sat set tanpa kendala yang signifikan. Komunikasi dengan CS tidak sulit, pemeriksaan barang juga tidak merepotkan. Negosiasi harga tidak terlalu alot, pengiriman dana juga tidak menyulitkan. Layanannya benar-benar nyaman.

Senin, 21 Agustus 2023

Meruntuhkan Tembok Pemisah Anak dan Orang Tua

0 opini

Meruntuhkan tembok yang sudah terlanjur berdiri membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Hal yang sama berlaku untuk "tembok" antara saya dan kedua anak laki-laki saya. Butuh lebih dari ngobrol santai sambil jalan ke masjid untuk benar-benar merobohkan tembok itu.

Jalan panjang untuk merobohkan tembok itu saya mulai sejak tahun 2018. Saat itu, setelah bertahun-tahun berkutat dengan Agile, saya mulai menerapkan hal-hal positif dalam Agile ke dalam cara saya mendidik anak. Penerapannya mencakup teori (fondasi) sampai praktik yang relevan.

Sebagai fondasinya, saya menyusun Agile Parenting Manifesto saya sendiri. Manifesto itu menyontek isi Manifesto Agile yang asli, yaitu Manifesto for Agile Software Development. Saya ubah isinya agar Manifesto yang saya buat sesuai dengan konteks mendidik dan membesarkan anak.

Manifesto untuk Agile Parenting yang saya susun dapat dibaca di sini: https://asyafrudin.blogspot.com/2018/07/mendidik-anak-dengan-agileparenting.html

Inti dari Manifesto itu adalah mengutamakan kebahagiaan semua anggota keluarga, baik anak-anak maupun orang tua. Kebahagiaan didefinisikan bersama-sama melalui komunikasi yang positif dan terbuka. Untuk memaksimalkan keterbukaan, pastikan ada toleransi dan fleksibilitas.

Sejak saat itu, setiap praktik parenting yang saya lakukan terus mengacu ke Manifesto itu. Mulai dari membiasakan family meeting, lebih toleran terhadap masalah, sampai membuat kesepakatan internal rumah tangga, dasarnya adalah Manifesto itu. Pola parenting saya berubah drastis.

Perlahan-lahan kedua anak laki-laki saya lebih berani membuka diri. Frekuensi mereka bercerita, termasuk bercerita soal masalah, ikut meningkat. Masalah tetap ada, tapi lebih sedikit yang disembunyikan. Akibatnya kuantitas kebohongan dan silat lidah mereka juga menurun.

Upaya saya untuk menahan diri dari marah juga memberikan hasil positif. Semakin sedikit kebohongan, semakin mudah bagi saya untuk fokus pada masalah yang ada. Dengan begitu, saya bisa lebih bijak menghadapi masalah di tengah keluarga, khususnya yang terkait dengan anak-anak.

Setelah 5 tahun lebih menerapkan Agile Parenting, hasilnya memang positif. Anak-anak saya sendiri bahkan mengaku, lewat obrolan kami, bahwa mereka berdua merasa lebih nyaman berinteraksi dengan saya. Saya juga merasa lebih nyaman berinteraksi dengan mereka berdua.

Sayangnya sisa-sisa tembok yang runtuh itu masih ada. Kebohongan masih terdeteksi sesekali waktu. "Pemberontakan" yang tersembunyi juga masih saya pergoki walaupun saya berkali-kali minta mereka untuk menjadi diri mereka sendiri. Namun, trennya tetap ke arah yang lebih baik.

Hal yang menarik adalah kecepatan runtuhnya tembok itu berbeda di antara kedua anak laki-laki saya. Salah satu dari mereka kelihatannya memiliki luka yang lebih dalam di masa kecilnya. Alhasil proses untuk menjadi lebih terbuka juga membutuhkan waktu yang lebih lama.

Hal itu membuat saya menyadari bahwa anak-anak butuh pendekatan yang personal dan privat. Setiap anak butuh komunikasi dan interaksi yang sesuai dengan kondisi masing-masing dan saya harus merespons hal itu. Mungkin saya bisa bagikan juga ceritanya, tapi tidak di sini.

Satu hal yang pasti, obrolan yang terjadi saat kami bersama-sama pergi shalat berjamaah adalah hasil dari perbaikan komunikasi dan interaksi. Obrolan itu menjadi bagian dari keterbukaan yang kami butuhkan di tengah keluarga kami. Semoga saja hal ini bisa kami pertahankan. Aamiin.

***

Sumber: https://twitter.com/asyafrudin/status/1690932699408814080