Rabu, 26 Agustus 2009

Menjelajahi Internet dengan OpenID

2 opini
OpenID menyediakan fasilitas untuk mengelola satu identitas yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai situs di Internet. Dengan OpenID, kita dapat login ke berbagai situs Internet tanpa perlu melakukan registrasi berulang-ulang. Bagi mereka yang mengenal istilah "Single Sign-on", OpenID dapat diibaratkan sebagai fasilitas Single Sign-On di Internet.

Sayangnya kondisi ideal itu, yang memungkinkan kita untuk login ke SEMUA situs tanpa registrasi, hanya dapat tercapai bila SEMUA situs mendukung fitur OpenID ini. Sayangnya belum semua situs menyediakan fasilitas untuk login menggunakan OpenID dan masih menggunakan mekanisme login yang umum.

Seandainya dukungan terhadap OpenID ini disediakan oleh semua situs di Internet, baik pengelola situs maupun pengguna Internet dapat merasakan manfaatnya. Contoh sederhananya seperti ini. Saat kita sedang berselancar di Internet, kita menemukan sebuah situs menarik. Kita ingin berinteraksi lebih lanjut lewat situs tersebut, seperti meninggalkan komentar, ikut serta dalam survei, atau aktifitas lainnya yang memerlukan login.

Kita pun wajib registrasi dengan mengisi sekumpulan form, memikirkan username, memilih password, dan embel-embel lainnya. Padahal kita belum tentu akan sering mengakses situs itu. Niat kita saat ini sebenarnya hanya sekedar meninggalkan komentar; bahkan mungkin hanya sekali ini saja. Pada akhirnya kita membatalkan niat kita dan urung melakukan registrasi.

Dengan OpenID, semua kesulitan itu dapat diatasi. Seandainya situs tersebut mendukung OpenID, kita dapat langsung login dan melakukan apa yang kita inginkan. Hal ini jauh lebih sederhana bagi kita ketimbang harus registrasi terlebih dahulu. Situs yang kita akses itu pun pada dasarnya mendapatkan manfaat karena interaksi pengguna Internet secara tidak langsung akan meningkat.

Kondisi di atas mungkin tidak terlihat signifikan bagi banyak orang, tapi saya melihatnya sebagai langkah strategis menuju kesederhanaan dan peningkatan kualitas penggunaan Internet. Jadi saya pribadi mendukung penuh penyediaan dukungan oleh semua situs di Internet; terutama situs-situs yang banyak diakses orang.

Beberapa contoh nyata yang mudah ditemukan saat ini antara lain:
  • Kita dapat meninggalkan komentar di semua blog yang ada di Blogger (blog dengan domain *.blogspot.com) menggunakan OpenID.
  • Kita dapat berbagi file lewat 4shared menggunakan OpenID.
Tentunya masih banyak situs lain yang juga mendukung OpenID. Daftar situs yang sudah mendukung OpenID dapat ditemukan di sini: www.myopenid.com/directory.

Informasi lebih lanjut mengenai OpenID dapat ditemukan lewat openid.net. Daftar situs penyedia jasa OpenID dapat ditemukan di openid.net/get-an-openid/. Bukan tidak mungkin Anda sebenarnya sudah memiliki OpenID tanpa Anda sadari.

Cara penggunaan OpenID dapat ditemukan di openid.net/get-an-openid/start-using-your-openid/. Pada dasarnya OpenID berbentuk URL yang menjadi penunjuk lokasi identitas Anda di Internet. URL itu yang akan digunakan untuk login di situs-situs yang mendukung fasilitas login dengan OpenID.

Selamat menggunakan OpenID!

--
Versi PDF: http://www.4shared.com/file/135017557/5a462e13/MenjelajahiInternetDenganOpenID.html

Selasa, 25 Agustus 2009

Mengemis Bukan Sekedar Masalah Halal Haram

1 opini
Qabishah bin Mukhariq al Hilat ra berkata:

“Aku pernah memikul tanggungan berat (diluar kemampuan), lalu aku datang kepada Rasulullah saw untuk mengadukan hal itu. Kemudian beliau bersabda: Tunggulah sampai ada sedekah yang datang kepada kami lalu kami perintahkan agar sedekah itu diberikan kepadamu.

Setelah itu beliau bersabda: Hai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta itu tidak boleh kecuali bagi salah satu dari tiga golongan, yaitu:
  1. Orang yang memikul beban tanggungan yang berat (diluar kemampuannya), maka dia boleh meminta-minta sehingga setelah cukup lalu berhenti, tidak meminta-minta lagi.
  2. Orang yang yang tertimpa musibah yang menghabiskan hartanya, maka dia boleh meminta sampai dia mendapatkan sekadar kebutuhan hidupnya.
  3. Orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga orang yang sehat pikirannya dari kaumnya menganggapnya benar-benar miskin, maka dia boleh meminta sampai dia memperoleh sekadar kebutuhan hidupnya.
Sedangkan selain dari tiga golongan tersebut hai Qabishah, maka meminta-minta itu haram yang hasilnya bila dimakan juga haram” (HR. Muslim).

Hadits yang saya cantumkan di atas terbilang mudah dimengerti. Inti hadits tersebut adalah penegasan dari Rasulullah bahwa mengemis itu haram kecuali untuk tiga golongan yang Rasulullah sebutkan di atas. Dari ciri-ciri tiga golongan itu, tersirat pesan bahwa mengemis menjadi tidak haram dalam keadaan terpaksa dengan kondisi keterpaksaan yang sangat ketat.

Sayangnya realita di masyarakat saat ini justru seperti mengacuhkan kondisi keterpaksaan itu. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan pengemis di kota Jakarta ini. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan mengemis sebagai profesi dan bukan lagi sebagai akibat dari keterpaksaan. Kalaupun ada orang-orang yang memang mengemis karena terpaksa, mungkin orang-orang ini termasuk minoritas dalam kelompok besar pengemis Ibukota.

MUI (Majelis Ulama Indonesia) Sumenep sudah mengeluarkan fatwa mengharamkan aktifitas mengemis. MUI Pusat pun sudah menyetujui fatwa tersebut walau ditegaskan bahwa pemberlakuan fatwa hanya pada daerah setempat. Orang-orang yang tidak perlu mengemis, atau muak-benci-jijik melihat pengemis, sepertinya akan dengan mudah mengiyakan fatwa ini. Walaupun begitu, apakah para pengemis peduli akan fatwa ini? Kalaupun ada, saya rasa tidak akan banyak pengemis yang berhenti mengemis karena munculnya fatwa ini.

Faktanya kebutuhan paling dasar manusia hampir sama dengan hewan. Kebutuhan untuk bertahan hidup tentu lebih mendasar ketimbang kebutuhan untuk mematuhi aturan Allah; apalagi aturan MUI. Ini alasannya kenapa saya pesimis terhadap efek baik yang akan ditimbulkan fatwa haram mengemis ini.

Kita semua tahu mengemis memang bukan sekedar masalah halal atau haram. Mengemis pada dasarnya adalah bagian dari masalah kemiskinan. Mengemis adalah masalah sosial yang hanya dapat diberantas lewat kerja sama dari berbagai pihak yang terkait; termasuk saya dan Anda yang sedang membaca tulisan ini.

Pemerintah atau instansi non-pemerintah punya andil untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, mengelola arus transmigrasi, dan berbagai hal lain yang dapat membantu menekan angka pengangguran. Kita yang berkecukupan punya andil untuk membantu mewujudkan langkah-langkah tersebut dengan membayar pajak atau menyalurkan zakat. Selain itu kita semua juga perlu menahan diri dari memberi uang -sekecil apa pun nominalnya- kepada pengemis.

Kalau memang kondisi tersebut dapat diwujudkan, para pengemis tidak punya lagi alasan untuk mengemis. Mereka dapat menemukan tempat-tempat untuk mengasah keahlian mereka. Mereka pun memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. Kalau pun semua itu tidak berujung pada pekerjaan, paling tidak mereka tidak akan lagi turun ke jalan karena mereka tahu tidak akan ada lagi orang yang akan memberi mereka uang sepeser pun.

Saya masih ingat keputusan saya untuk berhenti mengasihani pengemis beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu saya baru menyadari keberadaan orang-orang yang mengemis walau tidak terpaksa; bahkan ada juga yang berani menipu untuk mengeluarkan rasa iba dari orang lain. Ada pengemis yang badannya jauh lebih gemuk dari diri saya. Ada pengemis yang sebenarnya sehat, tapi saat mengemis tiba-tiba penuh dengan luka dan perban. Ada pengemis yang sangat kurang ajar sampai berani merokok saat mengemis.

Sejak saat itu saya tidak pernah lagi memberikan uang kepada pengemis. Entah itu pengemis di pinggir jalan, di jembatan penyeberangan, di angkutan umum, atau di mana pun, saya tetap katakan tidak. Saya lebih memilih menyalurkan zakat dan shadaqah saya kepada lembaga-lembaga sosial yang berwenang dengan harapan zakat dan shadaqah saya akan sampai pada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.

Referensi:

Kamis, 20 Agustus 2009

Mawar

0 opini
Terlepas dari banyaknya duri di tangkainya, mawar akan tetap terlihat indah. Begitu juga dengan pernikahan. Terlepas dari banyaknya masalah yang timbul, hubungan pernikahan pun akan tetap terlihat indah. Ini hal yang saya rasakan sendiri, tapi bukan berarti hal ini berlaku umum.

Setelah 4 (empat) tahun mengarungi bahtera pernikahan bersama seorang wanita cantik bernama Ratna Aditia, saya masih dapat merasakan nikmatnya memiliki seorang pendamping. Kami masih bisa tertawa bersama, masih bisa menikmati hobi kami bersama, masih bisa saling memperhatikan satu sama lain, masih bisa bertukar canda romantis bersama, dan banyak hal lain yang kami harap dapat senantiasa kami pertahankan.

Walaupun Raito dan Aidan sudah semakin sering mengambil waktu kami, hal itu tidak mengurangi kuantitas dan kualitas hubungan kami secara signifikan. Terlalu naif kalau saya katakan kehadiran Raito dan Aidan sama sekali tidak mempengaruhi hubungan kami. Apalagi melihat fakta mereka berdua termasuk anak lelaki yang tidak mau diam di tempat dan senantiasa mencari perhatian Abi dan Bunda mereka.

Menjaga hubungan yang baik dalam pernikahan memang tidak mudah. Baik suami maupun istri pasti harus berjuang dan berkorban untuk menjaga keutuhan hubungan mereka. Tanpa perjuangan dan pengorbanan itu, sepertinya keindahan pernikahan itu tidak akan tercapai.

maafkanlah bila ku selalu
membuatmu marah dan benci padaku
ku lakukan itu semua
hanya tuk buatmu bahagia

mungkin ku cuma tak bisa pahami
bagaimana cara tunjukkan maksudku
aku cuma ingin jadi terbaik untukmu

- Terbaik Untukmu - Tangga

Selamat ulang tahun pernikahan yang ke-4, Cinta.

--
* Image downloaded from http://www.fundraw.com/clipart/clip-art/00002141/Rose/

Minggu, 16 Agustus 2009

Seminggu Tidak Online

0 opini
Hampir seminggu lebih saya tidak mengakses Internet seperti biasanya. Ratusan email baru sudah bertumpuk di Inbox. Feed Reader sudah mengumpulkan lebih dari 2000 entri baru. Situs jejaring sosial juga sudah mengumpulkan banyak notifikasi baru. Alhasil saya harus menelusuri satu per satu kabar-kabar baru tersebut supaya tidak ada yang terlewat.

Untungnya saya tidak saklek mengharuskan diriku untuk memperhatikan semuanya satu per satu. Saya lebih suka memilah yang tidak perlu dibaca dan menandainya sebagai pesan yang sudah dibaca. Pada akhirnya Inbox tidak lagi menampilkan email baru, Feed Reader tidak lagi menampilkan entri baru, situs jejaring sosial tidak lagi menampilkan notifikasi baru.

Yang paling penting untuk diikuti adalah informasi tentang gaji dan rapelan yang konon akan digelontorkan di awal September. Memilahnya dari tumpukan email baru sebenarnya tidak terlalu mudah, tapi sepertinya kabar tersebut akan terwujud. Semoga saja hal ini benar-benar menjadi kenyataan. Saya pribadi masih belum yakin dengan informasi yang saya pilah karena khawatir ada informasi yang terlewat.

Bicara soal gaji dan rapelan ...

Saya harus berterima kasih kepada rekan-rekan sesama Calon CPNS (CCPNS) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang sudah berkenan membantu memperjuangkan nasib 1263 orang CCPNS dengan mengorbankan uang, waktu, dan tenaga mereka. Saya tidak bisa menyebut nama mereka satu per satu. Terus terang saya tidak ingat siapa saja yang terlibat.

Berbagai perbedaan, yang kadang menimbulkan konflik, pada akhirnya dapat disatukan dengan sebuah tujuan, yaitu uang. Apapun yang telah terjadi selama hampir 8 bulan terakhir ini pada akhirnya tidak membuat 1263 orang tersebut cerai-berai. Mereka masih bersatu untuk memperjuangkan gaji dan rapelan. Semoga saja di kemudian hari mereka masih bisa bersatu walaupun harus dengan sebuah tujuan yang baru.

Bicara soal uang ...

Gaji dan rapelan itu ibarat hujan di tengah kemarau panjang. Kita semua bisa bayangkan sorak-sorai orang-orang yang menyambut hujan dalam kondisi itu. Sorak-sorai CCPNS DJP pun sepertinya tidak akan kalah meriahnya saat mereka resmi menerima gaji dan rapelan nanti.

Selama 8 (delapan) bulan ini para CCPNS DJP tersebut hanya menerima 900 ribu Rupiah setiap bulannya. Hal ini tetap patut disyukuri bila dibandingkan tidak menerima uang sama sekali. Akan tetapi 900 ribu Rupiah itu seringkali tidak cukup dan sepertinya tidak sedikit CCPNS DJP yang kehabisan simpanan untuk menutupi kekurangannya; bahkan mungkin tidak sedikit yang harus rela berhutang.

Bicara soal hidup sulit ...

Kondisi keuangan saya sendiri juga terancam. Biaya hidup kedua anak saya sangat tinggi. Mereka baru genap berusia 1 (satu) tahun pada tanggal 17 Juli 2009. Jadi kebutuhan hidup mereka masih mahal. Biaya susu formula, bubur bayi, biskuit, popok, dan berbagai biaya lainnya jauh di atas biaya kebutuhan hidup saya dan istri. Kondisi ini semakin dipersulit karena jumlah simpanan saya saat saya bergabung dengan DJP juga sudah terbilang tipis.

Saat salah satu anakku sakit flu, biasanya yang lain akan tertular. Biaya berobat pun menjadi dua kali lipat. Alhamdulillah Raito dan Aidan termasuk anak yang tahan banting. Mereka, menurut saya, jarang sakit. Sepertinya kegemaran mereka untuk makan -dengan kuantitas yang juga tidak sedikit- benar-benar membantu menjaga kondisi tubuh mereka.

Memang benar hidup sebagai CCPNS itu butuh modal. Kalau saya ceritakan kesulitan finansial yang saya alami tentu tidak ada habisnya. Bayangkan kalau 1263 orang menceritakan kesulitan hidup mereka masing-masing.

Terlepas dari itu semua, hidup saya tetap saja senantiasa baik. Raito dan Aidan senantiasa menghibur saya dengan polah mereka. Istri pun senantiasa mendukung saya dengan berbagai cara yang bisa dia lakukan. Setiap bagian dari hidup saya senantiasa perlu disyukuri.

Jumat, 07 Agustus 2009

Danau Beratan dan Ngurah Rai

2 opini
Ada hubungan apa antara Danau Beratan dan Ngurah Rai? Keduanya terpampang di salah satu sisi lembaran uang 50.000 Rupiah. Gambar I Gusti Ngurah Rai terpampang di sisi depan lembaran uang 50.000 Rupiah, sementara gambar Danau Beratan, Bedugul terpampang di sisi belakang lembarang uang tersebut.

Setiap lembaran uang memiliki dua sisi, yaitu depan dan belakang. Entah itu uang kertas maupun uang logam, kedua sisi itu selalu ada. Entah itu di Indonesia atau di belahan dunia manapun, uang itu akan selalu memiliki dua sisi. Kalau sampai ada uang yang hanya memiliki satu sisi, kemungkinan uang tersebut akan berbentuk bola.

Uang itu dapat kita analogikan dengan masalah kita sehari-hari. Masalah yang kita hadapi sehari-hari dapat dilihat dari dua sisi; atau bahkan lebih. Apapun itu masalahnya, saya rasa paling tidak dua sisi tersebut senantiasa ada. Hanya saja terkadang memang sulit mengidentifikasi sisi-sisi tersebut. Tidak banyak orang yang bisa melihat sebuah masalah dari berbagai sisi yang berbeda. Apalagi kalau masalah yang timbul terkait erat dengan kepentingan pribadi orang yang menghadapi masalah itu.

Saya coba berikan contoh. Misalkan ada 100 orang yang sedang menunggu penempatan kerja. 100 orang itu mungkin saja ditempatkan di berbagai daerah mulai dari perkotaan, pedesaan, sampai ke daerah yang tidak dikenal (hanya diketahui oleh segelintir orang). 100 orang itu tentu punya kecenderungan masing-masing yang erat kaitannya dengan kondisi internal dan eksternal masing-masing orang.

Walaupun 100 orang tersebut sudah bersumpah bersedia ditempatkan di mana saja, hati kecil mereka senantiasa menyimpan harapan tersendiri. Sebagian orang mungkin berkenan dengan ditempatkan di mana saja, tapi sebagian lainnya mungkin menambahkan embel-embel di belakang "di mana saja" itu. Di mana saja asalkan di pusat kota, di mana saja asalkan di kampung halaman saya, di mana saja asalkan di daerah A dan B, di mana saja ini, di mana saja itu, dan berbagai versi di mana saja lainnya.

Kenyataannya penempatan kerja itu ditentukan oleh hasil sebuah tes XYZ dengan kondisi 10 orang dengan nilai terbaik akan ditempatkan sesuai keinginan orang tersebut. 100 orang itu akan berlomba-lomba menggapai posisi 1 s.d. 10. Saat hasil tes XYZ keluar, 50 orang dinyatakan lulus dan 50 orang lainnya dinyatakan harus mengulang. Terlepas dari kenyataan ini, 10 orang dengan nilai terbaik sudah terlihat. Mereka yang termasuk 10 orang itu tentu sudah senang mendapatkan kesempatan untuk memilih sendiri lokasi penempatan kerja.

Tiba-tiba timbul kabar elang -lebih spesifik dari sekedar kabar burung- bahwa ada kemungkinan 50 orang yang mengulang itu dapat menggeser posisi mereka yang lulus. Itu artinya 10 orang dengan nilai terbaik dapat berubah formasinya. Mendengar kabar ini tentu memberikan dampak yang berbeda kepada mereka yang lulus dan mereka yang mengulang.

Yang sebelumnya sudah dinyatakan lulus merasakan ketidakadilan seandainya kabar elang itu benar. Sementara yang mengulang menerima kabar elang itu secara positif. Pertentangan pendapat pun tidak dapat dihindarkan yang pada akhirnya berujung pada masalah penempatan.

Kabar elang itu akhirnya tidak lagi digubris digantikan dengan harapan penempatan masing-masing orang. Sebagian orang semakin terang-terangan dengan keinginannya, sebagian orang mempertahankan idealisme dengan mengacu pada sumpah kesediaan untuk ditempatkan di mana saja (tanpa embel-embel). Pada akhirnya seolah-olah terbentuk dua kubu, yaitu kubu pragmatis dan kubu idealis, yang sejatinya mencibir satu sama lain walaupun cibirannya tidak disampaikan secara terang-terangan.

Sebenarnya cibiran itu tidak perlu ada, kubu-kubu itu tidak perlu terbentuk, pertentangan pun tidak perlu ada seandainya masing-masing pihak tidak hanya melihat masalah tersebut dari sudut pandangnya masing-masing. Pada dasarnya mereka yang menggebu-gebu dengan masalah penempatan punya alasan tersendiri, misalnya kondisi keluarga atau alasan penting lainnya. Mereka yang mengutamakan sumpah pun punya alasan tersendiri yang mereka yakini dalam hati masing-masing.

Seandainya masing-masing orang mau melihat kondisi tersebut dengan pandangan yang lebih komprehensif, mereka dapat sepakat untuk tidak sepakat tanpa perlu menimbulkan perselisihan. Jadi tidak perlu ada orang yang merasa dimenangkan atau merasa dikecewakan.

Sebuah contoh yang panjang. Semoga saja panjangnya contoh tersebut tidak justru berbalik membuat bingung pembacanya. Sebenarnya ada banyak contoh yang lebih sederhana yang bisa saya berikan, tapi entah kenapa contoh di atas yang terbersit dalam pikiran di awal tulisan ini.

Contoh lain yang lebih sederhana adalah kesalahan konyol. Saya rasa semua orang pernah mendengar istilah ini. Yang perlu kita pahami bersama adalah kata konyol itu tidak serta merta ada mendampingi kata kesalahan. Kesalahan pada dasarnya adalah kesalahan; konyol itu muncul karena ada orang yang menganggap kesalahan itu sesuatu yang konyol.

Kondisi itu hampir mirip dengan kenyataan bahwa di dunia ini ada orang bodoh karena ada orang pintar, ada orang jahat karena ada orang baik, ada kesalahan karena ada kebenaran, ada kesengsaraan karena ada kebahagiaan, dan berbagai pasangan kata lainnya.

Kita mungkin dapat berlaku bijaksana dengan mengemukakan hal-hal yang baik dan benar, tapi kebijaksanaan ini pada dasarnya semu kalau kita melihat segala sesuatu hanya dari kaca mata kita sendiri.

--
* Gambar diambil dari http://home.att.net/~fukuoka/coins-1.htm dan http://www.coin-collecting-guide-for-beginners.com/ancient-coins.html

Kamis, 06 Agustus 2009

Selamat Tinggal Adsense

0 opini
Saat ini saya mengelola 6 blog. Saya pasang Adsense lokal (Indonesia), yaitu AdsenseCamp, di 5 dari 6 blog tersebut. Selain itu saya juga pasang Google Adsense di 2 dari 6 blog tersebut. 2 blog dengan Google Adsense beririsan dengan 5 blog dengan Adsense lokal tersebut.

Alasan saya memasang Adsense pada blog-blog yang saya kelola pada dasarnya bukan untuk mencari uang; bukan pula untuk mencari recehan. Saya menganggap Adsense sebagai salah satu corong informasi sebagaimana halnya iklan pada umumnya. Hal ini saya alami sendiri. Saya pernah menemukan beberapa link yang menarik pada iklan-iklan yang ditampilkan pada program Adsense tersebut.

Sayangnya sekarang ini iklan-iklan yang tampil tidak lagi menarik bagi saya. Bahkan beberapa materi iklan yang ditampilkan itu saya anggap berbahaya karena berpotensi menjebak orang. Contoh yang paling umum adalah iklan mengenai bisnis sederhana di Internet. Hal ini memang menimbulkan pro dan kontra, tapi saat ini saya berada di pihak kontra.

Kondisi ini kerap saya temukan pada Adsense lokal. Sebaliknya saya masih merasa nyaman melihat iklan-iklan yang tampil pada Google Adsense. Sepertinya hal ini disebabkan karena program Google Adsense untuk blog/website masih berbasis Bahasa Inggris sehingga jarang menampilkan iklan-iklan berbahasa Indonesia.

Sebenarnya keinginan untuk mencabut program Adsense, terutama Adsense lokal, dari blog-blog saya sudah ada sejak lama. Akan tetapi saya masih berharap akan ada perubahan pada isi iklan-iklan yang ditampilkan. Sayangnya harapan itu senantiasa terlihat tipis hingga saat ini.

Mungkin lebih baik kalau para penyedia jasa publikasi iklan melakukan penyaringan terhadap iklan-iklan seperti yang saya maksud di atas. Sayangnya saya pribadi menganggap hal ini tidak mungkin. Iklan bisnis sederhana di Internet ini bahkan muncul di situs berita seperti Detik.


Menulis lebih panjang tentang hal ini juga belum tentu memberikan nilai tambah. Walau bagaimana pun, inti dari tulisan ini adalah membenahi materi iklan yang ada di blog. Jadi sebaiknya saya segera benahi blog-blog saya.