Baiklah. Saya tidak akan mempermasalahkan keinginan setiap wanita untuk bebas berekspresi, tapi apakah kebebasan berekspresi ini harus dibuktikan lewat rok mini? Ini yang sebenarnya ingin saya tanyakan pada para wanita yang mengenakan rok mini. Ini pula yang saya ingin tanyakan kepada para pria yang mendukung para wanita untuk mengenakan rok mini.
Kita ini hidup di dunia para pria, Kakak. Para pria ini memiliki syahwat yang tidak terbatas. Bagi para pria normal, wanita seksi yang mengenakan rok mini adalah pemandangan yang membangkitkan gairah. Kalau memang ada pria normal yang tidak "terangsang" melihat wanita seksi yang mengenakan rok mini, kemungkinan pria ini sudah terlalu sering melihatnya sehingga wanita dengan rok mini tidak lagi menarik.
Dalam dunia pria ini, para wanita adalah anggota masyarakat kelas dua. Kalau saja tidak ada yang turun tangan dan membela hak para wanita, maka sampai saat ini pun para wanita akan tetap tertindas. Bahkan saat pembelaan hak terhadap para wanita ini sudah sebegitu gencarnya, para wanita ini tetap saja dianggap anggota masyarakat kelas dua. Pelecehan seksual, pemerkosaan, dan berbagai perampasan hak para wanita masih terus berjalan. Dan tebak siapa yang menjadi mayoritas bintang utama dalam film-film porno? Pria atau wanita? Saya rasa cukup jelas untuk dikatakan bahwa kita ini memang hidup di dunia para pria, Kakak.
Satu hal yang tidak luput dari "peran" para wanita ini adalah sebagai objek syahwat pria, Kakak. Entah itu secara eksplisit lewat pornografi dan prostitusi atau secara implisit lewat siulan-siulan lelaki hidung hitam putih (baca: belang). Kalau seorang wanita mengenakan rok mini, bukankah itu sama saja menegaskan kalau wanita ini siap menjadi objek syahwat pria? Kalau seorang wanita mengenakan rok mini, bukankah itu sama saja membuka dirinya terhadap pelecehan para pria (baik implisit maupun eksplisit)?
Di tengah-tengah perjuangan para wanita untuk mendapatkan kesetaraan hak terhadap para pria, bukankah mengenakan rok mini justru bersifat kontraproduktif? Saat para wanita ingin dinilai dari kemampuannya, bukankah mengenakan rok mini justru membuat para pria menilai wanita dari banyaknya kulit yang diperlihatkan? Saat para wanita bersikeras untuk mendapatkan penghargaan yang sama dengan para pria, bukankah mengenakan rok mini jelas-jelas akan membuat wanita tetap dihargai dari sudut pandang syahwat semata?
Kenapa pakai rok mini, Kakak? Dengan penalaran yang saya lakukan di atas, sulit bagi saya untuk menerima alasan Kakak memakai rok mini. Dengan begitu, sulit pula bagi saya untuk mendukung Kakak saat Kakak ingin mengenakan rok mini. Walaupun Kakak bersikeras atas nama kebebasan, saya justru berpikir kebebasan yang Kakak inginkan ini salah arah.
Apakah Kakak hanya ingin mengikuti trend? Apakah Kakak terpengaruh opini para pembela kebebasan? Apakah Kakak terpengaruh media dengan berbagai iklan mode yang provokatif dan proaktif itu? Apakah Kakak rela menjadi objek syahwat pria demi trend, kebebasan, atau iklan mode itu?
Akhirnya saya harus bertanya kembali. Kenapa mau (dan masih) pakai rok mini, Kakak?
Update [29 Mei 2012]
Perihal otak kotor, jawaban saya selaras dengan apa yang saya kutip di bawah ini:
Otak kami yang kotor? Ayolah, jika saja para lelaki diciptakan tanpa nafsu, maka sudah lama manusia punah.. Sudah kodratnya laki-laki akan tergerak nafsunya jika melihat paha wanita.. Jika ada lelaki yang dengan gagah berani tepuk dada bilang: tidak tergerak nafsunya saat melihat paha wanita cantik, itu hanya omong kosong agar semakin banyak wanita yang memamerkan pahanya dengan senang hati.. Rok mini, memang diciptakan untuk memancing perhatian (dan nafsu) para lelaki.. Jika kami memang berfikiran kotor dan tak bisa menahan iman, tentu kami akan turun ke jalan mendukung semua wanita untuk memakai rok mini.. Agar makin banyak wanita yang bisa memuaskan nafsu kotor kami.. Jadi, siapakah yang berfikiran kotor dan tidak bisa menahan iman? Para lelaki yang menentang rok mini, atau pendukungnya? Para penentang seks bebas, atau pendukungnya?Sumber kutipan di atas: http://dinasulaeman.wordpress.com/2012/05/28/kata-kata-bijak-yang-koplak-dian-jatikusuma/