Rabu, 27 Oktober 2010

Sulitnya Bersyukur

0 opini
Mungkin tidak semua orang setuju bila saya katakan bersyukur itu sulit. Memang apa susahnya mengucapkan pujian kepada Allah SWT bila kita mendapat nikmat? Di mana sulitnya mengucapkan "alhamdulillah" saat kita diberikan keberkahan oleh Allah SWT?

Bersyukur di saat kita mendapat nikmat itu memang mudah, tapi hakikat bersyukur yang saya maksud adalah bersyukur di setiap kondisi. Hal ini termasuk bersyukur di saat kita mendapat musibah, baik kecil maupun besar. Saya yakin bahwa setiap orang akan mengalami kesulitan untuk tetap memuji Allah SWT di saat kita menerima musibah.

Tingkat kesulitan bersyukur itu semakin tinggi akibat sifat kita yang mudah mengeluh. Saat kita sedang menghadapi masalah, keluhan lebih mudah keluar ketimbang ucapan syukur. Kadang dalam kondisi hidup yang buruk, pikiran untuk bersyukur justru tidak datang sama sekali.

Tidak perlu heran bila orang-orang yang senantiasa bersyukur itu lebih mulia di hadapan Allah. Saya rasa kemuliaan itu adalah predikat yang layak diterima oleh orang-orang yang senantiasa memuji Allah SWT. Sangat jauh berbeda dengan kita yang lebih sering mewarnai hidup kita dengan keluhan atau bahkan makian.

Perlu kita ingat bahwa Allah tidak akan membebani kita dengan sesuatu yang melebihi kesanggupan kita [1] karena Allah itu Maha Penyayang. Sulit dibayangkan Allah yang menyayangi kita itu akan mempersulit hidup kita. Kalau pun memang ada sebuah masalah yang tidak bisa kita atasi, itu hanya berarti bahwa kita gagal menghadapi ujiannya. Dari kegagalan itu kita masih bisa mengambil pelajaran untuk bersiap menghadapi ujian berikutnya. Bila kita berhasil menghadapi ujiannya, maka kita sudah berhasil meraih kemuliaan yang lebih tinggi. Dan dengan kemuliaan yang lebih tinggi, kita harus siap menghadapi ujian yang lebih berat. Baik gagal maupun berhasil, kita bisa senantiasa bersyukur.

Musibah hanya akan berubah bentuk dari ujian menjadi peringatan bila musibah itu datang akibat perbuatan dosa kita. Musibah seperti ini datang untuk membantu kita kembali ke jalan hidup yang Allah ridhai. Kita patut mensyukuri datangnya peringatan ini walaupun kita harus kehilangan banyak hal. Ini pertanda bahwa kita masih memiliki kesempatan untuk bertaubat dan introspeksi diri.

Justru yang mengkhawatirkan adalah saat peringatan itu tidak lagi datang. Ini justru menandakan bahwa jalan hidup kita sudah melenceng terlalu jauh dan kita sudah terlalu cuek untuk melihat rambu-rambu yang ada. Dalam kondisi ini bukan tidak mungkin hidup kita akan penuh dengan kenikmatan dunia. Sayangnya kenikmatan dunia seperti ini hanya menunda datangnya siksa Allah yang pedih; entah di dunia, alam kubur, atau di neraka kelak.

Terlepas dari ujian dan peringatan, kita masih tetap bisa bersyukur. Saat kita mengeluh karena sering kehujanan saat mengendarai motor, ada orang yang kehilangan motornya. Saat kita mengeluhkan sulitnya mengelola pemasukan dan pengeluaran kita, ada orang yang harus dirawat di rumah sakit. Saat kita mengeluhkan sulitnya hidup kita, ada orang yang kehilangan nyawanya.

Saat kita mengeluh, ada nikmat yang kita lupakan. Saat kita mengeluh karena sering kehujanan, kita lupa bersyukur bahwa kita masih diberi nikmat sehat. Saat kita kesulitan mengelola pemasukan dan pengeluaran, kita lupa bersyukur bahwa kita masih memiliki pemasukan. Saat kita mengeluhkan hidup kita, kita lupa bersyukur bahwa kita masih hidup.

Ada beberapa hal yang dapat kita ambil dari paparan di atas agar kita bisa senantiasa bersyukur, yaitu:
  1. Bahwasanya setiap masalah yang kita hadapi adalah ujian.
  2. Bahwasanya setiap musibah yang kita hadapi adalah peringatan.
  3. Bahwasanya masih banyak orang lain yang nasibnya lebih buruk dari kita.
  4. Bahwasanya masih banyak nikmat yang patut kita syukuri.
Jadi pada dasarnya tidak ada yang menghalangi kita untuk senantiasa bersyukur dalam kondisi apa pun. Dengan senantiasa bersyukur, ketenangan hati dan pikiran akan lebih mudah dicapai. Pada akhirnya kebahagiaan yang hakiki akan dengan mudah terwujud dalam hidup kita.

--
[1] Al Quran Surat Al-Baqarah Ayat 286.

Kamis, 14 Oktober 2010

Geraham Bungsu, Bubur, dan Abon

10 opini
Akhirnya jahitan hasil operasi pencabutan gigi geraham bungsu saya pun dilepas. Hari-hari bersama bubur dan abon pun akhirnya secara resmi berlalu. Gigi geraham bungsu sebelah kiri bawah saya tidak lagi menjadi sumber masalah. Saat ini saya hanya perlu menunggu rasa tidak nyaman dalam mulut saya menghilang sedikit demi sedikit.

Saya memutuskan mencabut gigi geraham bungsu sebelah kiri saya karena gigi tersebut diduga menjadi penyebab rasa sakit gigi yang sesekali muncul belakangan ini. Gigi itu sebenarnya sudah lama tumbuh mendatar ke arah depan, tapi saya tidak menggubrisnya. Sebelumnya saya memang tidak mengalami masalah dengan gigi saya itu. Setelah saya mengambil rontgen panoramik untuk gigi saya. Terlihat bahwa gigi geraham bungsu sebelah kiri itu sudah mulai merusak gigi geraham di depannya.

Proses pencabutan gigi geraham bungsu itu saya lakukan di Poli Bedah Mulut Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang. Alasan utama saya memilih RSU Tangerang adalah biaya. Harapan saya dengan bermodal Askes, saya hanya perlu membayar biaya operasi sekitar 300 s.d. 500 ribu rupiah. Ternyata yang harus saya bayar adalah 550 ribu rupiah. Angka itu sudah bersih karena obat-obatan ditanggung penuh oleh Askes. Saya tetap bersyukur bahwa saya tidak perlu mengeluarkan uang sampai jutaan untuk operasi ini.

Persiapan sebelum operasi tidak ada sama sekali. Mungkin yang perlu dipersiapkan adalah mental kita sebelum operasi. Jangan sampai hati kita ciut di tengah jalan setelah melihat jarum suntik, bor, dan berbagai peralatan bedah mulut lainnya. Seorang teman yang pernah menjalani operasi yang sama sempat bercerita bahwa dia disarankan untuk makan terlebih dahulu sebelum operasi. Hal itu dilakukan agar pasien memiliki waktu toleransi yang lama untuk tidak makan/minum setelah operasi. Sayangnya teman saya ini bercerita setelah saya menjalani operasi itu.

Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Kendalanya hanya satu, yaitu saat saya merasa mual dan ingin muntah. Saya sendiri memang mudah mual dan membuka mulut dalam waktu yang lama serta rasa ngilu saat dibor benar-benar memicu rasa mual. Cara mengatasinya adalah dengan bernafas lewat hidung dan mencoba mengalihkan pikiran ke tempat lain. Salah satu dokter yang mengawasi sampai mengajak saya ngobrol untuk membantu mengalihkan pikiran saya.

Operasinya berlangsung cukup lama. Dokternya mengatakan hal itu disebabkan karena giginya terlalu besar sehingga tidak mudah diangkat. Giginya harus dipotong-potong dulu -ini alasannya kenapa perlu bor- sebelum dicabut. Jadi operasi saya yang lama itu masih wajar. Setelah gigi geraham bungsu saya berhasil dicabut, gusi saya pun dijahit. Setelah jahitan selesai, saya diminta menggigit kain kasa yang sudah dicelup bahan sejenis Betadine. Operasi pun selesai dan saya diperbolehkan pulang -untung tidak perlu rawat inap.

Yang kurang mulus dari keseluruhan proses operasi pencabutan geraham bungsu ini justru terjadi pada tahap penyembuhan. Dua hari setelah operasi, pendarahan kecil masih terjadi. Akhirnya saya kontrol kembali ke RSU Tangerang. Setelah konsultasi disimpulkan bahwa kemungkinan besar kelalaian ada pada pihak saya sendiri. Sepertinya saya terlalu sering berkumur sehingga luka pasca operasi itu sulit mengering. Dokter bedah mulut akhirnya memberikan resep obat untuk membantu menghentikan pendarahan.

Akhirnya semua beres dan saat ini jahitannya pun sudah dilepas. Setelah jahitan dilepas, perawat di Poli Bedah Mulut itu mengingatkan bahwa rasa tidak nyaman yang saya rasakan pasca operasi mungkin bertahan sampai satu bulan. Sepertinya saya akan menunggu rasa tidak nyaman itu hilang sebelum saya memutuskan untuk mencabut gigi geraham bungsu saya yang sebelah kanan.

--
Informasi lebih lanjut mengenai pencabutan gigi geraham bungsu: Gigi Geraham Bungsu, Perlukah Dicabut?