Selasa, 19 April 2011

Pengalaman mengikuti TOEFL ITP

67 opini
Sebenarnya saya sudah beberapa kali mengikuti TOEFL ITP. Yang saya ingat betul adalah TOEFL ITP saat masuk kuliah untuk menentukan keikutsertaan dalam mata kuliah Bahasa Inggris. Mahasiswa dengan skor TOEFL ITP otomatis mendapat nilai A untuk kuliah Bahasa Inggris dan diperbolehkan tidak menghadiri sesi kuliahnya.

TOEFL ITP kedua yang saya ikuti adalah TOEFL ITP dalam rangka seleksi penerimaan calon pegawai Bank Indonesia (BI). Tes yang ini peruntukannya jelas. Peserta dengan skor TOEFL ITP yang bagus (saya agak lupa batas bawah skornya) akan diperbolehkan mengikuti seleksi tahap selanjutnya.

Selain dua tes tersebut, ada beberapa tes Bahasa Inggris lainnya yang pernah saya ikuti. Tes-tes Bahasa Inggris ini saya ikuti saat melamar pekerjaan. Tes-tes tersebut merupakan bagian dari rangkaian seleksi pelamar pekerjaan seperti halnya di seleksi penerimaan calon pegawai BI di atas. Hanya saja tes-tes Bahasa Inggris ini berbeda dengan TOEFL ITP.

TOEFL ITP itu khas. Lewat TOEFL ITP itu kemampuan Bahasa Inggris kita diuji dari sisi kemampuan mendengar dan mencerna percakapan dalam Bahasa Inggris (Listening Comprehension), pengetahuan akan struktur tulisan dalam Bahasa Inggris (Structure and Written Expression), dan kemampuan membaca dan mencerna artikel singkat dalam Bahasa Inggris (Reading Comprehension). Tes-tes bahasa Inggris lain umumnya hanya menguji pengetahuan vocabulary, grammar, dan kemampuan mencerna artikel dalam Bahasa Inggris.

TOEFL ITP kali ini saya ikuti dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengajukan beasiswa. Program beasiswa tersebut mengharuskan saya menyertakan bukti skor TOEFL ITP di atas 500. Alhamdulillah saya menemukan tempat pelaksanaan tes TOEFL ITP, yaitu di ILP Pancoran. Biaya untuk mengikuti TOEFL ITP di ILP Pancoran adalah Rp. 285.000. Kenapa harus di Pancoran? Menurut informasi dari ILP, ILP Pancoran (kantor pusat) adalah satu-satunya ILP yang menyelenggarakan TOEFL ITP.

Pelaksanaan tes TOEFL ITP di ILP Pancoran dilaksanakan bila memenuhi kuota peserta. Alhamdulillah kuota itu terpenuhi untuk pelaksanaan tes pada tanggal 2 April 2011 (Sabtu). Waktu pelaksanaan tes itu adalah waktu yang tepat bagi saya karena masih ada waktu 2 minggu sampai batas waktu penyerahan berkas persyaratan beasiswa. Kenapa 2 minggu? Karena skor TOEFL ITP hanya bisa diambil paling cepat 1 minggu (sepertinya 5 hari kerja) dari tanggal pelaksanaan tes. Jadi 2 minggu adalah waktu yang relatif aman bagi saya.

Pada kenyataannya, 2 minggu adalah pilihan yang tepat. Pertama, hasil tesnya tertunda. Saya baru bisa mengambil hasil tesnya pada hari Senin, 11 April 2011, padahal saya mengharapkan hasilnya bisa saya ambil pada hari Jumat, 8 April 2011. Kedua, proses "legalisir"-nya lebih lama dari yang saya bayangkan. Rupanya TOEFL ITP tidak mengenal istilah "legalisir". Kalau kita butuh tambahan laporan skor TOEFL ITP yang legal, maka kita harus mengajukan permohonan Additional Score Report. Setelah mengajukan permohonan ini, kita harus menunggu 2-3 hari sebelum hasilnya dapat kita ambil. Biayanya adalah Rp. 100.000.

Additional Score Report adalah laporan skor tes TOEFL ITP yang sama persis dengan laporan skor tes TOEFL ITP yang saya terima dari ILP Pancoran. Jadi istilah "legalisir" itu tidak ada untuk laporan skor TOEFL ITP. Kalau kita butuh tambahan laporan skor yang legal, Additional Score Report ini yang diakui; bukan fotokopi legalisir. Alhamdulillah tidak ada keterlambatan dalam mengurus Additional Score Report. Jadi saya masih sempat mengurus dan menyerahkan berkas persyaratan beasiswa dengan lengkap.

Versi ringkas dari bacaan melelahkan di atas adalah sebagai berikut:
  1. ILP Pancoran melaksanakan TOEFL ITP. Hubungi instansi terkait untuk waktu pelaksanaan.
  2. Biaya untuk mengikuti TOEFL ITP di ILP Pancoran adalah Rp. 285.000.
  3. Laporan skor TOEFL ITP dapat diambil paling cepat 1 minggu (atau mungkin 5 hari kerja) setelah pelaksanaan tes.
  4. Tambahan laporan skor TOEFL ITP dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan Additional Score Report. Permohonan dapat diajukan ke instansi pelaksana tes atau IIEF (www.iief.or.id).
  5. Biaya untuk mendapatkan Additional Score Report adalah Rp. 100.000.
  6. Additional Score Report dapat diambil paling cepat 2 hari kerja setelah mengajukan permohonan.

Kamis, 14 April 2011

Mengurangi Stres Negatif Saat Pulang-Pergi Kerja

0 opini
Senin sampai Jum'at adalah hari yang melelahkan. Bukan melelahkan karena kita harus bekerja, tapi melelahkan karena kita harus melewati hiruk-pikuk kemacetan di jalan raya menuju tempat kita bekerja. Rasa lelah itu yang saya -dan mungkin juga Anda- rasakan setiap pagi dan sore hari setiap hari kerja di belantara Jakarta ini.

Stres yang muncul akibat kemacetan itu mengakibatkan efek samping yang buruk bagi kehidupan. Saat berangkat kerja, perjalanan yang melelahkan dan menambah stres itu sudah pasti menguras energi yang seharusnya dapat kita manfaatkan untuk bekerja. Saat pulang kerja, perjalanan yang sama akan semakin menguras energi yang seharusnya dapat kita manfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga.

Belum lagi kalau kita mengalami masalah di tengah perjalanan, tingkat kesabaran kita akan menurun drastis. Rendahnya tingkat kesabaran kita tentu memberikan efek negatif tersendiri baik di lingkungan pekerjaan maupun di tengah-tengah keluarga kita. Sumbu amarah kita menjadi lebih pendek sehingga sedikit kesalahan saja akan membuat kita kesal bukan main.

Alhamdulillah sejak beberapa bulan yang lalu saya berhasil mengurangi stres negatif saat melakukan perjalanan pulang-pergi kerja ini. Tidak ada trik khusus yang saya lakukan dalam hal ini. Saya hanya beruntung menemukan rute pulang-pergi kantor dengan menggunakan sepeda motor yang terbilang nyaman. Bila dibandingkan dengan rute dan media transportasi lain yang pernah saya gunakan, rute terbaru ini adalah yang paling nyaman dan paling singkat waktu tempuhnya.

Awalnya rute sepeda motor yang terpikir oleh saya adalah melewati jalur Cipulir-Ciledug-Kebayoran Lama-Blok M-Senopati. Jalur ini adalah jalur neraka (karena melibatkan Cipulir, Ciledug, dan Kebayoran Lama), baik saat berangkat kerja maupun saat pulang kerja. Saya langsung beralih ke pilihan lain. Pilihan berikutnya adalah menggunakan transportasi umum melewati jalur Alam Sutera-Kebon Jeruk-Tomang-Semanggi. Bagian yang paling menyulitkan adalah waktu kedatangan bus yang tidak menentu. Resiko saya terlambat menjadi lebih besar, kecuali saya mau berangkat jam 05.30 pagi (atau lebih pagi lagi).

Alternatif lain yang saya coba adalah mobil pribadi. Jalur yang saya lewati adalah BSD City-Tol Serpong-Tol JORR-Citos-Antasari-Prapanca-Blok M-Senopati. Dibandingkan dengan transportasi umum, pilihan ini memungkinkan saya berangkat lebih siang (maksimal jam 6 pagi). Sayangnya menggunakan mobil pribadi memiliki dampak yang sangat besar terhadap jumlah pengeluaran saya. Saya bahkan sempat mengakali dengan menghindari Tol JORR, tapi penghematan yang didapat tidak terlalu signifikan.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada rute yang sudah saya gunakan selama berbulan-bulan ini, yaitu rute sepeda motor melewati Parigi Lama-Bintaro-Veteran-Pondok Indah-Radio Dalam-Panglima Polim-Senopati. Sampai saat ini, rute ini dapat dikatakan sebagai rute impian. Jarak tempuh paling dekat, waktu tempuh pun paling singkat, dan tentunya pengeluaran paling irit.

Kendaraan umum dan mobil pribadi memang memiliki kelebihannya sendiri-sendiri seperti kenyamanan dan akses jalan tol. Hanya saja urutan prioritas saya membuat saya bersyukur saya menemukan rute alternatif melewati Bintaro ini. Satu-satunya hal yang perlu saya pikirkan adalah bagaimana mengurangi bawaan di tas agar beban di punggung saat mengendarai motor bisa berkurang.

Walaupun begitu, kesabaran tetap merupakan hal yang krusial untuk bisa menekan stres negatif di jalan raya Ibukota. Pemicu emosi (atau stres negatif) itu senantiasa ada. Entah karena ada Metro Mini yang melaju kencang tanpa lihat kiri-kanan, pengendara lain yang tiba-tiba memotong jalan, atau kendaraan super pelan yang menghalangi jalan, atau angkutan umum yang berhenti mendadak. Berkendara tanpa kesabaran sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.