Menjadi dewasa adalah sebuah proses berkesinambungan yang membutuhkan waktu lama. Saya bahkan berani mengatakan bahwa proses untuk menjadi dewasa ini adalah proses sepanjang masa. Proses menjadi dewasa yang dilalui seseorang hanya akan berhenti saat orang tersebut meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena grafik kedewasaan seseorang tidak stabil begitu saja. Setiap orang yang BERUBAH menjadi dewasa harus tetap berusaha untuk MEMPERTAHANKAN kedewasaannya. Proses mempertahankan kedewasaan ini yang menjadi tugas seumur hidup setiap orang.
Istilah “terlambat dewasa” yang menjadi judul tulisan ini lebih banyak berkaitan dengan bagian pertama dari proses menjadi dewasa yaitu BERUBAH. Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti mengalami perubahan ini. Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti mengalami proses untuk menjadi dewasa. Hanya saja kecepatan proses menjadi dewasa untuk masing-masing individu itu tidak sama.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang. Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu faktor yang signifikan. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin terbuka pikirannya. Alhasil semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin matang pola pikirnya. Kematangan pola pikir ini menentukan tingkat kedewasaan seseorang.
Kondisi ekonomi seseorang pun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan. Orang yang hidup dengan berbagai keterbatasan umumnya lebih mandiri ketimbang orang yang terbiasa hidup mewah. Hal ini dikarenakan orang yang terbiasa hidup mewah itu juga terbiasa dilayani. Pada umumnya sulit bagi seseorang yang terbiasa dilayani untuk tidak bergantung pada orang lain.
Pernikahan pun merupakan salah satu gerbang menuju tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. Dengan menikah, setiap orang diharuskan bergerak ke arah keselerasan dengan pasangannya. Untuk melakukan hal ini tentunya diperlukan pengorbanan. Sifat egois harus dikendalikan dengan baik untuk menjaga keutuhan pernikahan dan sifat mengalah pun perlu dilestarikan. Proses mengendalikan sifat egois dan melestarikan sifat mengalah itu sendiri merupakan langkah-langkah menuju kedewasaan.
Ada banyak hal lain yang dapat mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang. Bila ada sesuatu yang dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, cara seseorang bersikap, dan cara seseorang bertingkah, maka sesuatu itu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan orang itu. Faktor-faktor ini tentunya tidak sama bagi setiap orang. Kalaupun ada yang sama, besaran pengaruhnya akan berbeda untuk masing-masing individu.
Kadang ada orang lulusan S1 yang tidak lebih dewasa dibandingkan orang lulusan SMU. Kadang ada orang yang hidup mewah namun tetap bisa mengendalikan dirinya untuk menjadi mandiri. Kadang ada orang yang menikah tapi pernikahannya tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap sikap dan tingkah lakunya.
Kecepatan seseorang untuk menjadi dewasa memang berbeda-beda. Ini yang menjadi dasar mengapa ada istilah "terlambat dewasa". Perbedaan kecepatan ini yang membuat pencapaian kedewasaan setiap orang berbeda bila diukur pada usia yang sama. Ada orang yang di usia 22 tahun sudah berani mengemban tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Ada orang yang di usia 28 tahun masih saja ingin hidup sebebas-bebasnya tanpa ada tanggung jawab.
Orang berusia 28 tahun pada ilustrasi di atas merupakan salah satu contoh orang yang terlambat dewasa. Akan tetapi, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa 28 tahun itu sebagai tolok ukur keterlambatan. Definisi "terlambat" itu sendiri sangat bergantung pada definisi "tepat waktu". Kita perlu menentukan terlebih dahulu batas waktu untuk menjadi dewasa sebelum mengatakan bahwa seseorang terlambat dewasa.
Bersambung ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar