Piano (Gambar oleh surang) |
Berat ya? Tidak juga. Cara saya menyampaikannya mungkin saja memberikan kesan bahwa pesan moral yang saya bicarakan adalah hal-hal yang berat, tapi kenyataannya film-film Pixar menyampaikannya secara ringan dan menghibur. Ada banyak hal yang bisa dibahas dari alur film-film Pixar, tapi dalam tulisan kali ini, saya ingin membahas 2 film saja, yaitu Soul dan Inside Out.
Sebelum saya lanjutkan, saya perlu ingatkan bahwa tulisan selanjutnya akan berisi spoiler untuk kedua film tersebut. Saya memang tidak akan membahas alurnya karena saya ingin fokus pada pesan moralnya. Walaupun begitu, risikonya cukup tinggi bahwa alurnya akan terkuak saat saya membahas pesan moralnya. Jadi, kalau Anda tidak ingin mengambil risiko itu, silakan berhenti di sini.
Kembali ke pesan moral. Pertama, Soul. Soul menyampaikan pesan penting tentang cara menikmati hidup. Di satu sisi, ada karakter yang tidak siap untuk hidup karena tidak memiliki tujuan hidup. Di sisi lain, ada karakter yang tidak siap mati karena tujuan hidupnya belum tercapai. Ternyata kedua karakter itu memiliki kesamaan, yaitu mereka sama-sama tidak (belum) mampu melihat hidup kita apa adanya.
Kita seringkali terobsesi dengan tujuan sehingga kita merasa hidup tidak bisa dimulai tanpa tujuan. Kalau kita sudah terlanjur menjalani hidup, hidup kita akan terasa tidak berarti karena kita tidak pernah mencapai tujuan itu. Pada kenyataannya hidup adalah proses dan dalam prosesnya, hidup kita memiliki makna yang lebih asalkan perhatian kita tidak hanya tertuju pada sebuah tujuan. Hidup kita juga akan lebih bermakna kalau kita mau membangun hubungan dengan orang lain.
Kedua, Inside Out. Film ini punya memiliki pesan yang kuat tentang cara kita menyikapi kehidupan, khususnya tentang sikap positif. Sikap positif dianggap sebagai hal yang krusial dalam menjalani hidup. Sikap positif dianggap benar-benar penting sampai ke tingkat yang menganggap sikap negatif sebagai sesuatu yang buruk. Menempatkan sikap positif dalam posisi yang sangat tinggi seperti itu justru berisiko merusak. Hal itu yang umumnya kita kenal dengan istilah toxic positivity.
Pada kenyataannya, menjalani hidup tidak cukup dengan modal kebahagiaan. Setiap manusia butuh merasa sedih. Setiap manusia perlu menyalurkan kesedihan. Dengan penyaluran yang tepat, kesedihan akan berangsur pudar seiring dengan datangnya rasa tenang. Pada akhirnya, kebahagiaan akan kembali mengisi hati, tapi bukan karena dipaksakan untuk bahagia seperti halnya toxic positivity. Kebahagiaan yang datang setelah redanya kesedihan biasanya akan lebih kuat dan langgeng.
Bayangkan kalau kedua pesan di atas dapat kita resapi dan terapkan dalam hidup kita. Saya yakin kita akan lebih mampu menerima kenyataan dan lebih mampu menikmati setiap langkah yang kita ambil dalam hidup kita. Kalaupun ada hal buruk yang terjadi dalam hidup kita, kita dapat menerima kesedihan yang muncul, mencoba mengutarakannya, lalu menemukan kembali hal-hal positif dalam hidup kita. Bayangkan betapa bahagianya hidup kita kalau kita bisa melakukan semua itu. Bayangkan juga betapa bahagianya hidup anak-anak kita kalau kita mampu menularkan semua pelajaran penting itu ke dalam diri mereka agar hidup mereka juga dapat diisi dengan berbagai kebahagiaan.
Seru, bukan? Yuk!