ASN Juga Bisa Agile |
Ternyata menulis buku dalam waktu yang lama itu bukanlah hal yang unik. Kalau penulis kelas kakap seperti John Leland saja butuh waktu 3 tahun untuk menulis tentang happiness, wajar saja kalau saya butuh waktu 5 tahun untuk menulis ASN Juga Bisa Agile. Saya memang tidak mewawancarai dan mengikuti hidup beberapa orang narasumber seperti yang dilakukan John, tapi saya tetap berusaha untuk menulis buku yang sarat dengan hal-hal praktis, bukan hanya teori. Itu alasannya kenapa saya butuh waktu 5 tahun untuk menulis buku saya itu.
Akan tetapi, bukan itu alasan utama saya membuat post ini. Di post ini, saya ingin menegaskan bahwa waktu bukanlah faktor kunci dalam keberhasilan membuat buku. Selama 5 tahun itu, saya tidak banyak menulis. Waktu saya lebih banyak saya luangkan untuk mempelajari, mengamati, dan menjalani sendiri apa itu Agile dan bagaimana caranya menjadi Agile. Saya lakukan itu sambil menjalankan peran saya sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN). Itu yang menjadi alasan kenapa saya butuh waktu begitu lama untuk menerbitkan buku tentang ASN dan Agile.
Saya teringat pernyataan seorang rekan ASN yang mengatakan bahwa tidak semua bisa menulis buku seperti saya, apalagi bagi para ASN yang harus memikirkan code dari pagi sampai malam (baca: ASN programmer). Menurut rekan saya itu, menulis buku membutuhkan waktu yang tidak sedikit dan modal berupa waktu itu yang tidak dimiliki para programmer. Saat ini, walaupun saya berlatar belakang pendidikan di bidang TI dan bekerja di unit TI, porsi kerja saya memang lebih banyak berkutat di analisis dan perancangan, bukan ngoding. Saat itu, saya mengiyakan saja pernyataan rekan saya itu karena saya sendiri menyadari bahwa menulis itu butuh waktu. Belakangan ini saya sadar bahwa "iya" yang saya sampaikan itu terus mengganjal karena saya sendiri sadar keberhasilan saya menulis buku tidak bergantung pada faktor waktu.
Coba kita hitung bersama. Tebal buku ASN Juga Bisa Agile hanya xiv + 134 halaman. Jumlah halaman yang benar-benar "berisi" hanya sekitar 120 halaman. Dari durasi 5 tahun itu, saya baru benar-benar menulis di akhir tahun 2016. Jadi, berhubung ASN Juga Bisa Agile terbit di akhir tahun 2020, kita anggap saja saya "hanya" butuh waktu 4 tahun untuk menulis buku itu. Jadi, 120 halaman dibagi 4 tahun sama dengan 30 halaman per tahun atau kira-kira 3 halaman per bulan. Apakah menulis 3 halaman A5 per bulan itu sulit? Sepertinya mudah, bukan? Sepertinya tidak sulit bagi seseorang untuk meluangkan waktu menulis 3 halaman A5 setiap bulan.
Apa mungkin maksud rekan saya itu adalah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi yang cukup untuk dituangkan ke dalam 3 halaman A5? Waktu untuk mempelajari, mengamati, dan mengalami seperti yang saya sebutkan di atas? Waktu untuk semua itu yang sulit diluangkan setiap bulan? Jadi, walaupun menulis 3 halaman A5 setiap bulan itu mudah, tetap saja sulit meluangkan waktu untuk mendapatkan ide dan bahan tulisan. Benarkah seperti itu kondisinya? Belum tentu.
Kuncinya ...
Saya sepakat bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menulis juga perlu memperhitungkan waktu untuk mengumpulkan informasi, tapi saya tetap yakin bahwa waktu bukanlah faktor kunci. Apalagi kalau tidak ada deadline, kita punya waktu sebanyak yang kita mau. Hal itu yang saya rasakan. Saya hanya ingin menulis tentang ASN dan Agile tanpa ada tekanan apa pun. Saya bahkan baru mulai mencari penerbit setelah saya benar-benar merasa puas dengan apa yang saya tulis. Semuanya "dibawa santai".
Hal yang membuat saya bertahan untuk tidak berhenti menulis selama bertahun-tahun itu hanyalah niat. Saya sudah tegaskan bahwa saya tidak memiliki tekanan apa pun. Modal saya hanya niat. Saya memiliki niat yang cukup kuat untuk terus menulis tanpa terlalu peduli berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk menghasilkan sebuah buku. Saya memiliki niat yang kuat untuk mengorbankan waktu ekstra yang saya miliki untuk menulis (dan mengumpulkan informasi). Pada akhirnya, saya berhasil menulis buku bukan karena saya punya waktu untuk menulis, tapi karena saya mau meluangkan waktu untuk menulis.
Jadi, waktu bukanlah isu utama. Determinasi dan kegigihan yang menjadi faktor utama keberhasilan saya menulis buku. Seandainya saya bekerja sebagai programmer, bukan tidak mungkin saya akan tetap menulis buku, tapi waktu yang saya butuhkan mungkin akan lebih panjang. Seandainya pekerjaan saya berbeda juga tetap ada kemungkinan saya akan menulis buku, baik dengan waktu yang lebih panjang atau lebih pendek. Ada juga kemungkinan bahwa apa pun profesi saya, saya tidak akan pernah menulis buku hingga akhir hayat, tapi saya yakin, seandainya saya tidak menulis buku, waktu tetap saja bukanlah isu utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar