Ada 3 hal besar yang perlu saya siapkan sewaktu mendaftar Beasiswa LPDP. Ketiga hal itu adalah IELTS, Esai, dan Proposal Riset. Proposal Riset hanya diminta dari para pendaftar jenjang studi S3, sementara IELTS dan Esai harus dipenuhi pendaftar dari jenjang studi S2 dan S3.
Dari semua itu, bagian yang paling berat adalah IELTS. Sebenarnya LPDP membuka beberapa opsi, tapi saya memilih yang paling feasible: IELTS. Saat itu saya benar-benar mengejar waktu dan hanya IELTS yang dapat saya peroleh hasilnya sebelum pendaftaran Beasiswa LPDP ditutup.
Seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, saya mencoba LPDP pertama kali di Tahap 2 Tahun 2022. Saat itu, waktu yang tersisa untuk mendaftar agak mepet. Di waktu yang terbatas itu, saya mencari tempat untuk mendapatkan skor tes Bahasa Inggris sesuai kriteria LPDP.
Setelah browsing sana-sini, saya menemukan slot kosong untuk tes IELTS berbasis komputer di IALF Gading Serpong. Biaya tesnya cukup mengguncang cashflow, yaitu Rp3.000.000, tapi tetap saya jalani. Saya pikir, walaupun mahal, hasil tesnya bisa saya pakai selama 2 tahun ke depan.
Pendaftaran dan pembayaran saya lakukan pada tanggal 24 Juli 2022. Jadwal tes saya tanggal 28 Juli 2022. Saya hanya punya waktu 4 hari untuk mempersiapkan diri. Semua itu saya lakukan karena saya ingin mengejar pendaftaran Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2022 saat itu.
Saya beruntung karena sejak kecil saya tidak pernah mengalami kesulitan dengan Bahasa Inggris. Namun, tes IETLS itu menjadi tes Bahasa Inggris pertama saya yang mencakup speaking skill. Jadi, perasaan saya campur aduk antara rasa senang mencoba hal baru dan rasa takut gagal.
Dalam waktu 4 hari itu, saya browsing mencari contoh atau simulasi tes IELTS. Beruntung informasi seperti itu sudah sangat mudah ditemukan di YouTube. Saya pelajari mekanisme tes yang akan saya jalani nanti, baik listening, reading, writing, maupun speaking.
Satu hal yang meleset dari perhatian saya adalah bahwa tes IELTS ini menggunakan UK English. Isunya adalah selama ini saya lebih banyak bermain dengan US English. Hal itu menjadi tantangan tersendiri di bagian listening karena pengucapan UK English berbeda dengan US English.
Ada 1 cerita konyol saat saya tes, khususnya di bagian listening. Setiap sesi, peserta diberi kesempatan untuk membaca pertanyaan yang ada sebelum audio diputar agar peserta tahu informasi apa yang harus mereka cari. Di salah satu sesi listening, saya seperti kehilangan fokus.
Di sesi konyol itu, saya lupa membaca pertanyaan yang ada di waktu yang disediakan. Saya santai saja mendengarkan obrolan antara 2 orang yang sedang diputar. Saat audio selesai, saya kaget. Untungnya obrolan mereka nyangkut dan saya bisa menjawab pertanyaan di sesi itu.
Reading dan writing dapat saya jalani dengan baik. Materinya bukan sesuatu yang bisa saya temukan dalam hidup saya sehari-hari. Saya masih bisa mencernanya, tapi di bagian writing, hal itu menjadi menantang karena kosakata saya masih terbatas.
Di bagian Speaking, saya juga terhambat di kosakata. Walaupun topik yang dibahas sangat erat dengan hidup sehari-hari seperti kota kelahiran atau akun favorit di Twitter, saya masih tidak terlalu lancar berbicara. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya kurang latihan.
Walaupun begitu, secara umum, saya masih bisa melewati semua bagian tes itu dengan baik. Sesuai dugaan, speaking dan writing saya ada di band 7. Tidak tinggi, tapi cukup baik. Untungnya listening dan reading saya ada di band 8,5 sehingga hasil akhir tes IELTS saya adalah band 8.
Hasil tes saya keluar dalam hitungan hari, yaitu tanggal 2 Agustus 2022. Sesuai harapan saya, saya bisa menggunakan tes IELTS itu untuk mendaftar di Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2022. Semua waktu, tenaga, dan uang yang keluar untuk tes bisa dimanfaatkan secara maksimal.