Seleksi Beasiswa LPDP yang pertama kali saya ikuti adalah Tahap 2 Tahun 2022. Saat itu, saya gagal di Seleksi Substansi. Kegagalan itu sebenarnya sulit saya terima, tapi bisa saya maklumi, karena saya berada di tengah-tengah antara siap dan tidak siap melanjutkan studi S3.
Bagian wawancara (dalam Seleksi Substansi) yang membekas adalah pembahasan proposal riset. Proposal saya tidak didukung oleh referensi yang kuat. Saya hanya mencantumkan 1 jurnal dalam referensi, sementara sisanya berisi peraturan dan dokumen non-jurnal, termasuk riset internal.
Saya juga terbilang masih hijau dalam urusan prospek kuliah S3. Saat itu, walaupun saya sudah mengontak banyak akademisi di berbagai universitas, belum ada yang memberikan respons. Jadi, dalam wawancara itu, saya tidak bisa bercerita banyak tentang rencana studi S3 saya.
Saya hanya bisa bercerita panjang-lebar tentang nilai tambah riset saya, baik terhadap diri saya, karir saya, instansi tempat saya bekerja, atau masyarakat secara umum. Akan tetapi, begitu saya ditanya nilai tambah riset itu di sisi akademis, saya tidak bisa berkomentar banyak.
Hal itu sepertinya sangat diperhatikan para pewawancara dan "kegagapan" saya sepertinya membuat saya dinilai tidak siap melanjutkan studi S3. Saya menyadari hal itu, tapi kenapa saya sulit menerimanya? Karena menurut saya kesiapan itu bisa saya wujudkan di masa depan.
Referensi bisa saya perkuat. Saya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kuat terkait riset yang saya ingin lakukan. Supervisor bisa saya cari karena masih ada banyak universitas yang belum saya jajaki. Mungkin para pewawancara tidak mau mengambil risiko, tapi saya maklum.
Maju ke Seleksi Beasiswa LPDP Tahap 1 Tahun 2023, semua itu teratasi. Alhamdulillaah. Referensi dalam proposal, walaupun tidak terlalu kredibel, dapat saya perkaya dengan banyak jurnal. Saya juga sudah terhubung dengan seorang profesor yang mau menerima saya sebagai PhD student.
Semua keberhasilan itu bisa saya ceritakan dalam wawancara di Seleksi Tahap 1 Tahun 2023. Jalannya wawancara di tahap ini menjadi lebih meyakinkan bagi saya dibandingkan tahap sebelumnya. Paling tidak saya tidak lagi mengalami momen speechless seperti di tahap sebelumnya.
Walaupun lebih meyakinkan, saya tetap waswas. Penilaian tetap ada di tangan para pewawancara yang, tentu saja, subjektif. Saya berdoa kepada Allah Swt. agar saya tidak perlu mengikuti seleksi lagi untuk yang ketiga kalinya. Doa saya ternyata dikabulkan. Alhamdulillaah.
Dari pengalaman gagal dan akhirnya lulus seleksi itu akhirnya saya tegaskan, "Kuncinya ada di Seleksi Substansi". Akan tetapi, semua tetap dimulai dari Seleksi Administrasi, bahkan sebelum itu. Semua persiapan saya untuk mencapai kondisi saat diwawancarai itu yang menjadi kunci.
Bagaimana persiapannya? Tentu saja terlalu panjang untuk diceritakan di sini. Niat saya memang membahasnya satu per satu, sedikit demi sedikit, supaya tidak terlalu banyak informasi yang harus dibahas dalam 1 waktu. Saya akan bercerita lagi di tulisan berikutnya. Insyaa Allaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar