Setelah IELTS, ada esai. Setiap orang yang mendaftar Seleksi Beasiswa LPDP, termasuk saya, harus membuat esai yang berisi rencana studi dan kontribusi di masa depan. Semua itu perlu kita jelaskan dalam konteks berkomitmen untuk kembali ke Indonesia dan terus berkontribusi.
Sebenarnya, dibandingkan dengan IELTS, membuat esai ini justru lebih sulit. Namun, lagi-lagi saya beruntung karena pernah membuat tulisan yang panjang mengenai kontribusi dan mimpi saya dalam penerapan Agile di pemerintahan. Kata kuncinya adalah Pemerintah Tangkas.
Target 1.500-2.000 untuk esai dapat saya penuhi dengan mudah karena tulisan saya mengenai Pemerintah Tangkas (Rinkas) memang sepanjang itu. Saya hanya perlu mengubah sudut pandang tulisan dari komunitas ke pribadi. Struktur dan isinya secara fundamental tidak perlu saya ubah.
Struktur esai yang saya buat cukup sederhana. Saya buka dengan menceritakan berbagai pengalaman saya menerapkan Agile sejak tahun 2015. Saya lanjutkan dengan menjelaskan apa itu Rinkas dan apa visinya. Saya juga ceritakan peran dan pencapaian Rinkas di dalam esai itu.
Berhubung saya aktif di Rinkas, mudah bagi saya untuk memposisikan diri saya di setiap bagian dalam cerita Rinkas. Saya juga tambahkan cerita tentang komunitas praktisi/peminat Agile di pemerintahan dan gambaran Agile yang Agnostik. Tujuannya agar ceritanya menjadi lebih utuh.
Esai saya tutup dengan komitmen untuk meneruskan apa yang sudah saya mulai. Saya juga tekankan bahwa topik riset saya juga selaras dengan cita-cita itu. Esai itu saya tutup dengan menunjukkan keselarasan antara kontribusi yang telah lalu dengan rencana saya di masa depan.
Saya sendiri tidak tahu seberapa besar pengaruh esai itu terhadap hasil akhir Seleksi Substansi. Namun, kalau memang keaslian yang dicari, sepertinya praktisi Agile di pemerintahan memang belum banyak. Peran saya yang cukup signifikan di Rinkas ikut memperkuat keaslian itu.
Kalau dilihat dari kaitannya dengan bangsa dan negara, isi esai saya sudah terkait cukup erat. Peran saya dalam penerapan Agile adalah sebagai ASN. Tujuannya untuk membangun layanan yang berkualitas di instansi tempat saya bekerja. Dampak positifnya akan dirasakan masyarakat.
Rinkas, dengan konteks yang lebih luas dari tempat kerja saya, juga tidak jauh dari pemerintahan. Lewat Rinkas, saya juga ingin melihat peningkatan kualitas layanan di instansi lain di luar tempat saya bekerja. Dampak positifnya tentu akan dirasakan oleh lebih banyak pihak.
Mungkin esai seperti itu yang perlu disiapkan para pemburu Beasiswa LPDP. Esai itu perlu diisi dengan riwayat kontribusi yang relevan dengan rencana di masa depan. Dengan begitu, esainya akan berisi cerita yang berkelanjutan dengan studi S2/S3 sebagai salah satu katalisatornya.
Oleh karena itu, menurut saya, akan lebih baik kalau proposal riset yang dibuat juga selaras dengan esai. Keselarasan itu menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan memang memiliki visi yang jelas terkait studinya. Bukan hanya studi yang dipikirkan, tapi juga manfaat studi itu.
Proposal riset adalah salah satu persyaratan untuk melanjutkan studi S3 dengan Beasiswa LPDP. Seluk-beluk mempersiapkan proposal juga menarik untuk dibahas, tapi tentu saja terlalu panjang untuk diteruskan di sini. Saya ceritakan di tulisan selanjutnya saja, ya. Insyaa Allaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar