Sambungan dari: http://asyafrudin.blogspot.com/2010/05/tiga-tahap-pertumbuhan-anak-laki-laki.html
Untuk tahap selanjutnya, dari usia enam tahun sampai tiga belas tahun, peran ayah menjadi signifikan. Steve Biddulph menyebutkan bahwa pada usia enam tahun itu seolah-olah “tombol” untuk menjadi laki-laki dalam diri anak laki-laki ini dihidupkan. Pada usia ini, anak laki-laki semakin mendekat kepada pria-pria yang ada di dekatnya. Entah itu ayahnya, pamannya, atau sosok pria lain di dekatnya, anak laki-laki itu akan mendekat karena mereka ingin “belajar menjadi laki-laki”.
Akan tetapi, menurut saya, tombol kelaki-lakian itu belum tentu selalu dihidupkan di usia enam tahun. Saya rasa waktu untuk menghidupkan tombol ini kembali kepada kedekatan seorang anak laki-laki dengan para pria di sekitarnya. Seorang anak bisa saja menghidupkan tombol kelaki-lakian ini sebelum usia enam tahun kalau dia cukup dekat dengan ayahnya. Sebaliknya seorang anak bisa jadi menghidupkan tombol kelaki-lakian ini setelah melewati usia enam tahun karena dia terlalu bergantung pada ibunya.
Intinya pada tahap kedua dalam hidup anak laki-laki ini, mereka sedang belajar untuk menjadi laki-laki. Seorang anak perlu mengunduh perangkat lunak -meminjam istilah Steve Biddulph- kelaki-lakian dari pria terdekat di sekitarnya. Peran ayah di sini tentunya sangat besar karena seharusnya sosok pria terdekat dengan seorang anak adalah ayahnya. Di tahap ini, seorang ayah HARUS berusaha menyediakan waktu (dan kadar pengertian yang memadai) bagi anak-anaknya sehingga anaknya pun tidak kebingungan menemukan sosok pria yang bisa dia tiru.
Peran ayah di tahap ini memang sangat besar, tapi bukan berarti peran ibu hilang sama sekali. Ibu dengan kelembutannya tetap diperlukan kehadirannya. Salah satu alasan penting kehadiran ibu adalah agar anak laki-laki ini tetap mempertahankan sikap lembut yang ada di dalam dirinya. Saat ayahnya menjadi terlalu tegas (atau bahkan kasar), sikap lembut dalam anak laki-laki akan timbul. Bila dia tidak menemukan tempat untuk menyalurkan kelembutannya, anak laki-laki ini akan menutup diri dari kelembutan dan akan tumbuh menjadi laki-laki yang tegang dan rapuh. Dengan adanya ibu, anak laki-laki tahu bahwa kelembutannya itu baik dan akan selalu disambut oleh ibu mereka.
Yang perlu dijaga dalam kaitannya dengan peran ibu adalah porsi. Seberapa sering anak laki-laki itu kembali kepada ibunya, seberapa banyak perhatian ibu yang mereka butuhkan, seberapa dekat mereka dengan ibunya. Pertanyaan-pertanyaan itu yang perlu diperhatikan. Jangan sampai niat baik untuk mempertahankan kelembutan yang dimiliki anak laki-laki malah menjadi bumerang yang membuat mereka malah berbalik tidak bisa lepas dari pelukan ibu. Kondisi ini malah bersifat kontraproduktif karena akan berlawanan dengan tujuan “belajar menjadi laki-laki” itu sendiri.
Bersambung ...
--
Versi PDF: http://www.4shared.com/document/ez1IdbOm/TigaTahapPertumbuhanAnakLakiLa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar