Tulisan ke-201 yang dipublikasikan di blog ini pun dimulai dengan senyuman. Ada rasa bangga dalam hati kecil saya karena saya berhasil mempertahankan blog ini hingga jumlah publikasinya menembus angka 200. Kenapa pencapaian ini menjadi sesuatu yang istimewa? Karena biasanya saya sudah terlanjur bosan dan memutuskan untuk menghapus blog-blog yang pernah saya buat.
Di tahun 2013 ini, saya memutuskan untuk merubah orientasi tulisan-tulisan di blog ini ke arah motivasi. Ini alasannya kenapa sejak Tersambar Petir, tulisan-tulisan di sini selalu saya beri label Motivasi. Tema motivasi yang sangat luas pun saya coba kerucutkan ke tema yang lebih spesifik, yaitu Be the Best of Yourself. Kenapa saya memilih "Be the Best of Yourself"? Selain sebagai pengingat bagi diri saya sendiri, saya menganggap slogan ini catchy dan bahasa Inggrisnya termasuk mudah dimengerti. Kalau saya bisa memulai perbaikan dari diri sendiri, saya berharap bisa menularkan hal-hal positif yang saya miliki kepada orang lain.
Kembali ke "Senyuman". Senyuman adalah cara praktis untuk menunjukan bahwa hati kita sedang bahagia. Senyuman adalah cara praktis untuk menyampaikan kepada orang lain bahwa kita menerima kehadiran mereka dengan sikap yang positif. Senyuman adalah cara praktis untuk menunjukan bahwa kita datang dengan aura yang positif. Dan masih banyak lagi efek positif dari mengumbar senyuman. Hanya saja kita perlu ingat bahwa terlalu banyak senyuman merupakan cara yang praktis untuk mengatakan kepada orang lain bahwa kita sudah gila.
"Cara praktis"; inilah kata kuncinya. Senyuman adalah cara yang praktis untuk menanamkan sikap positif ke dalam hati kita. Sikap positif ini akan membantu kita untuk senantiasa bersikap ramah kepada orang lain, baik orang lain itu bersikap ramah kepada kita atau sebaliknya. Dengan begitu akan memungkinkan bagi kita untuk membalas air tuba dengan air susu.
Senyuman ini menjadi instrumen ampuh untuk senantiasa bersikap positif dalam segala kondisi. Saat anak-anak sedang rewel tak menentu, saat lalu-lintas penuh pengendara berkepala batu, saat atasan request ini-itu, dan berbagai kondisi lain yang membuat saya "gerah", saya coba untuk tersenyum. Bila saya bisa tersenyum di hadapan berbagai kondisi menyebalkan, maka saya dapat menyikapi setiap kondisi menyebalkan itu dengan sikap yang menyenangkan.
Sederhana, bukan? Sederhana, tapi tidak mudah.
Senyuman yang saya maksud bukan sekedar senyuman di wajah saja. Untuk bisa menjadikan senyuman sebagai instrumen untuk bersikap positif, senyuman itu memang harus datang dari hati. Kesulitannya ada pada bagaimana membuat hati kita untuk tetap bersikap positif; di sinilah tantangannya. Saat anak-anak sedang rewel, kita bisa bersikap positif dengan menganggapnya sebagai hiburan. Saat ada pengendara egois, kita bisa mengatakan bahwa dia sedang kebelet pipis. Saat atasan penuh demands, kita bisa menganggapnya sebagai peluang untuk belajar dan berkarya.
Jadi yang lebih penting untuk kita perhatikan adalah proses memunculkan senyuman itu; bukan pada senyumannya. Seperti yang saya ceritakan di atas, secara kasat mata memang senyuman itu yang membuat kita terlihat ramah dan senantiasa bersikap positif. Akan tetapi, justru suasana hati yang kita bentuk untuk memunculkan senyuman itu yang menjadi modal dasar untuk tetap ramah dan bersikap positif. Saat suasana hati kita tetap positif, kebiasaan untuk tetap tersenyum akan datang dengan mudah.
Saat kebiasaan untuk tetap tersenyum itu sudah terbentuk, kita akan melihat peningkatan kebahagiaan hidup dan kemampuan kita untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan kebiasaan untuk tetap tersenyum ini, kita bisa bersikap positif saat rekan kerja sedang bad mood, kita bisa bersikap positif saat atasan terus-menerus meminta kita memperbaiki hasil kerja kita, kita bisa bersikap positif mendengar nada suara ketus, kita bisa bersikap positif di tengah kemacetan, kita bisa bersikap positif anak-anak di rumah tidak mau membiarkan kita beristirahat sejenak, dan kita bisa bersikap positif untuk berbagai masalah yang kita hadapi.
*Gambar ditemukan lewat Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar