Motivasi yang Hilang* |
Sebelum saya menulis lebih lanjut tentang
Satu hal yang saya rasa bisa kita sepakati bersama adalah bahwa motivasi itu kita perlukan untuk senantiasa bergerak ke depan. Umumnya hidup dengan motivasi itu berarti hidup dengan tujuan dan hidup dengan tujuan itu berarti hidup dengan harapan. Dengan kehidupan yang penuh harapan, akan semakin mudah bagi kita untuk melangkah ke depan demi menggapai harapan-harapan kita. Dalam proses ini, hidup kita akan lebih bermakna dan tidak hambar. Itulah kenapa kita butuh motivasi. Tanpa ada motivasi, kita bisa melihat sendiri diri kita terdiam dan pada akhirnya tertinggal oleh orang-orang yang hidupnya dipenuhi energi bernama motivasi itu.
Contohnya tidak usah muluk-muluk. Hal kecil seperti bermain game saja sudah bisa menggambarkan pentingnya motivasi. Saat kita memiliki motivasi untuk bermain sebuah game, saat itu juga kita memiliki tujuan di dalam game tersebut. Dapat dipastikan akan ada prestasi-prestasi yang ingin kita capai dalam bermain game. Dengan begitu, game yang kita mainkan akan terasa seru dan menarik. Simple, bukan? Bisa bayangkan bermain game tanpa motivasi dan tujuan. Cap-pek-deh!
Kalau kita bawa analogi game itu ke dalam kehidupan, maka semakin jelas bahwa motivasi itu penting (untuk memainkan game bernama kehidupan nyata). Selain penting, kita juga dapat melihat bahwa motivasi masing-masing orang akan berbeda. Seperti banyaknya pilihan genre dalam game, kehidupan pun memberikan banyak pilihan tujuan hidup. Masing-masing orang diperbolehkan memilih tujuan hidupnya sendiri sesuai dengan karakternya, pekerjaannya, hobinya, status perkawinannya, jumlah dan usia anak-anaknya, dan berbagai faktor lainnya.
Dengan demikian, salah satu prinsip utama saya dalam urusan motivasi adalah Be the Best of Yourself. Saat kita ingin menjadi lebih baik, pada dasarnya kita hanya meningkatkan potensi kita, mengambil peluang yang ada dalam jangkauan kita, dan meminimalisir kekurangan/kelemahan kita. Fokusnya ada pada diri kita; bukan pada orang lain. Dalam proses perbaikan diri ini tentu saja kita akan belajar dari orang lain, tapi kita tidak perlu menjadi "orang lain" itu. Yang perlu kita lakukan adalah memaksimalkan berbagai kelebihan kita sehingga kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri; bukan menjadi diri orang lain.
Jangan sampai kita berperilaku seperti ABG jaman sekarang yang seringkali ingin menjadi orang lain. Mereka ingin sekali terlihat seperti para artis idola mereka sampai ada yang mengikuti model pakaiannya, model rambutnya, gaya bicaranya, produk-produk pilihannya, dan lain-lain. Mereka rela melakukan apa saja untuk menjadi seperti orang terkenal. Mungkin mereka pikir dengan meniru orang terkenal itu mereka pun akan ikut tenar --minimal di lingkungan RT. Padahal yang mereka lakukan justru membuang-buang waktu berharga mereka yang seharusnya bisa mereka manfaatkan untuk menggali dan memaksimalkan minat dan bakat mereka sendiri. Pada akhirnya mereka tumbuh menjadi orang yang biasa saja. Mereka tidak berhasil menjadi orang terkenal dan potensi mereka pun terpendam begitu dalam sampai tidak lagi bisa dipancing keluar. Bukan tidak mungkin pada titik ini hidup mereka akan dipenuhi penyesalan dan mereka pun kehilangan suntikan energi berharga yang kita sebut MO-TI-VA-SI.
Dengan mencoba Menjadi yang Terbaik dari Diri Kita Sendiri, kita tidak akan memanggul beban yang berlebihan karena perbaikan yang kita lakukan memang sesuai dengan karakteristik dan kapasitas kita sendiri. Kalau kita terus mencoba menjadi diri orang lain, ada kemungkinan kita akan memaksakan diri kita sendiri melebihi kemampuan kita atau merasa gagal karena kita merasa tidak mampu menjadi lebih baik. Kalaupun akhirnya kita berhasil, ada kemungkinan kita tidak merasa puas karena kita sudah bukan diri kita lagi --kita merasa kehilangan identitas kita sendiri.
Yang menjadi masalah dengan prinsip ini adalah kita punya kecenderungan puas dengan keadaan kita. Ada kemungkinan kita sudah merasa maksimal dalam proses pengembangan diri kita, padahal kita justru stuck pada menerima diri kita apa adanya --tanpa ada perkembangan sama sekali. Oleh karena itu, kita tetap perlu membuka wawasan kita dan berkaca pada orang lain; orang lain yang hebat dan sukses tentunya. Kita tetap perlu melihat prestasi-prestasi yang dicapai orang lain. Kita harus terus bertanya kepada diri kita sendiri, "kalau dia bisa begitu, saya bisa atau tidak?" Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang akan terus memancing kita untuk melihat kembali potensi yang kita miliki dan mencoba untuk terus memaksimalkannya. Bila proses sederhana ini dilakukan secara berulang dan terus-menerus, Menjadi yang Terbaik dari Diri Kita Sendiri akan datang dengan sendirinya.
*Gambar ditemukan lewat Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar