Rabu, 28 April 2010

Tanggung Jawab Semu

Kata “tanggung jawab” tidak selalu memiliki makna yang sama bagi setiap orang. Bahkan bagi seseorang, definisi tanggung jawab itu bisa jadi berbeda dengan kenyataannya. Memang tidak mudah menjadi orang yang bertanggung jawab, karena tanggung jawab itu membutuhkan pengorbanan; baik dari sisi materi maupun moral.

Dalam prakteknya, banyak orang yang merasa dirinya bertanggung jawab. Sayangnya saat dilihat dari sudut pandang pihak ketiga, terlihat jelas bahwa orang itu tidak bisa bertanggung jawab dengan baik. Bentuk tanggung jawab seperti ini saya sebut “tanggung jawab semu”; disebut semu karena pada dasarnya tidak jelas.

Saya sendiri pernah -atau bahkan sering- berada dalam posisi saat saya merasa bertanggung jawab tapi kenyataannya saya malah sekedar mencari selamat. Saya teringat saat saya pernah mengundurkan diri dari sebuah proyek. Saya tidak kabur begitu saja. Saya bicara baik-baik dengan stakeholder saya. Saya minta maaf dan mengajukan permohonan untuk mengundurkan diri. Saya rela tidak dibayar sepeser pun walau saya sudah terlibat pekerjaan itu selama beberapa waktu. Pada saat itu kondisi ekonomi memaksa untuk bekerja di lebih dari satu tempat dan saya menilai proyek inilah yang resikonya paling rendah bila saya mundur.

Saya pikir saya bertanggung jawab karena memilih mundur karena saya merasa keterlibatan lebih jauh di proyek itu malah akan menghambat ketimbang membantu. Saya pikir saya bertanggung jawab karena saya tidak main kabur begitu saja. Saya sengaja menghadap stakeholder dan mengundurkan diri secara baik-baik. Saya pikir saya bertanggung jawab karena saya rela tidak dibayar sepeser pun.

Saat itu saya memang melihatnya sebagai bentuk tanggung jawab saya karena tidak lagi mampu meneruskan pekerjaan di proyek itu. Namun kenyataannya bentuk tanggung jawab saya itu adalah tanggung jawab semu. Saya justru merasa bahwa saya sekedar ingin mencari selamat, tidak mau repot, atau alasan-alasan egois lainnya.

Saya baru bisa dikatakan bertanggung jawab kalau saya mau meneruskan pekerjaan saya di proyek itu sambil menyelaraskannya dengan pekerjaan saya yang lain. Ini baru bisa dikatakan bertanggung jawab. Saya rasa saya akan lebih bertanggung jawab bila saya tidak mengundurkan diri dan tetap meneruskan setiap pekerjaan yang saya emban.

Kelihatannya memang lebih berat, atau bahkan terlalu berat, tapi justru disitulah keistimewaan orang yang bertanggung jawab. Orang yang benar-benar bertanggung jawab akan terus berjalan ke arah tujuannya terlepas dari berbagai rintangan yang menghadang. Orang seperti ini tidak akan pernah menjadikan lari sebagai pilihan; entah larinya itu dilakukan dengan cara terhormat atau memalukan.

Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang kuat. Walaupun begitu, melarikan diri tidak selalu menjadi simbol kelemahan. Lari dengan cara yang terhormat itu lebih baik ketimbang lari dengan cara yang memalukan. Dalam konteks pekerjaan, memberanikan diri untuk mengajukan pengunduran diri itu lebih baik ketimbang kabur begitu saja. Memiliki rasa tanggung jawab semu itu tetap lebih baik ketimbang tidak memiliki rasa tanggung jawab sama sekali.

Hanya saja kita perlu ingat bahwa tanggung jawab semu itu bukan tanggung jawab yang sebenarnya. Jangan sampai ilusi yang ditimbulkan dari tanggung jawab semu itu membuat kita menjadi lebih cepat memilih untuk melarikan diri -dengan cara yang bertanggung jawab- ketimbang memilih untuk bertahan. Jangan sampai ilusi yang sama justru membuat kita terbuai dengan predikat bertanggung jawab sampai-sampai kita sendiri tidak bisa melihat betapa lemahnya bentuk tanggung jawab kita.

Tanggung jawab semu itu ada di jiwa siapa saja. Tanggung jawab semu dapat muncul kapan saja dan di mana saja. Akan tetapi, semua itu kembali kepada kematangan orang yang terlibat. Semakin matang pemikiran seseorang, semakin kuat semangatnya, semakin sulit baginya untuk melarikan diri, semakin besar ketahanannya dalam setiap hal yang diemban di pundaknya, semakin kecil peluang munculnya tanggung jawab semu itu.

--
Versi PDF: http://www.4shared.com/document/whtbWEjO/TanggungJawabSemu.html

3 komentar:

  1. tergantung si mir.. mundur ketika kita memang tidak memiliki kemampuan di bidang itu *skill, waktu, tenaga* sebenarnya kadang lebih bertanggung jawab dari pada memaksakan terus terlibat sampai selesai yg efeknya menganggu kinerja yg laen ;)

    BalasHapus
  2. Saya setuju. Di paragraf ketiga dari bawah saya tegaskan kalau mundur itu sendiri tidak selalu menjadi simbol kelemahan. Mengundurkan diri itu tentu saja lebih baik daripada "memaksakan" diri. Tapi menurut saya itu tetap saja tanggung jawab semu apabila orang tersebut sengaja mengundurkan diri tanpa berusaha untuk bertahan. Di sini ilusi yang saya maksud. Merasa diri bertanggung jawab padahal sebenarnya hanya melarikan diri; walaupun dengan cara yang terhormat.

    Yang lebih parah lagi, ilusi ini kadang membuat orang jadi sembrono. Berhubung seseorang berpikir dapat melarikan diri dengan cara yang bertanggung jawab, mereka terjang saja semua yang "kira-kira" dapat diembannya. Padahal kenyataannya orang itu tidak siap sama sekali untuk menerjang. Efeknya malah merugikan orang lain yang terlibat dengan dirinya.

    Semoga maksud saya tersampaikan. :)

    BalasHapus