Jumat, 20 November 2009

Bakti Seorang Ibu

Khutbah Jumat hari ini mengingatkan saya pada besarnya pengorbanan seorang ibu dalam merawat anak-anaknya. Sejak Raito dan Aidan hadir di dunia ini, topik-topik yang terkait dengan keluarga menjadi topik yang menarik bagi saya. Mendengarkan penjelasan Sang Khatib, saya teringat akan segala hal yang sudah dicurahkan oleh istri saya demi menjaga Raito dan Aidan.

Sebenarnya topik utama khutbah hari ini tidak spesifik tentang ibu dan segala pengorbanannya. Beliau memulai khutbahnya dari kata silaturahmi. Pembahasan seputar isu keibuan masuk saat beliau menjelaskan bahwa kata silaturahmi itu dibentuk dari dua kata dan salah satunya adalah rahim.

Rahim adalah tempat yang sangat kokoh sehingga mampu menampung awal sebuah kehidupan. Lebih dari sebuah seandainya rahim tersebut menyimpan janin-janin kembar seperti Raito dan Aidan. Tempat yang kokoh ini dititipkan Allah kepada para wanita. Jelas tergambar peran besar wanita di dunia ini. Sayangnya peran besar ini sering dikalahkan oleh peran-peran yang ditawarkan dunia kerja.

Saat seorang ibu mengandung, dia memberikan segala yang bisa dia berikan demi pertumbuhan anaknya; sadar atau tidak sadar. Misalnya saat si Ibu makan, maka si Anak pun ikut makan. Bahkan kadang porsi yang diserap si Anak jauh lebih besar dari yang dimanfaatkan oleh si Ibu.

Bila terjadi benturan pada kandungannya, si Ibu lebih mengkhawatirkan nasib si Anak ketimbang rasa sakit yang dia rasakan. Seluruh badan terasa sakit pun tidak masalah asalkan tidak terjadi apa-apa pada si Anak. Begitu besar pengorbanan seorang ibu demi kenyamanan dan keamanan anak yang dikandungnya.

Kedekatan hubungan antara si Ibu dan si Anak begitu kuat. Ikatan emosional yang terbentuk antara si Ibu dengan anak di rahimnya begitu erat seolah-olah si Anak dapat merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang dialami si Ibu. Interaksi yang terjadi antara si Ibu dan si Anak pun terlihat erat. Tidak ada yang bisa mengetahui gerak-gerik anak di dalam rahim lebih baik dari ibu yang mengandungnya.

Masih banyak lagi hal yang dipaparkan dalam khutbah tersebut mengenai makna rahim. Pada intinya Sang Khatib ingin menggambarkan betapa kuatnya arti kasih sayang yang secara implisit dijelaskan lewat kata rahim. Oleh karena itu mereka yang memahami makna sebenarnya dari rahim tentu mampu membayangkan betapa kuatnya ikatan yang diharapkan dalam sebuah silaturahmi.

Dalam hati saya berpikir betapa besarnya jasa seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya. Sang Khatib menegaskan bahwa seorang ibu itu merawat anaknya di dalam rahim tanpa banyak perhitungan. Entah nanti si Anak akan berbakti, akan tumbuh menjadi orang hebat, atau tumbuh menjadi apa pun juga, si Ibu akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Semoga saja setiap anak menyadari jasa-jasa orang tuanya saat mereka besar nanti sehingga timbul keinginan untuk berbakti. Kenyataan yang ada sekarang ini memang berbanding terbalik dengan harapan ini, tapi hasil yang baik harus dimulai dari harapan -bukan sekedar mimpi- yang baik.

--
Versi PDF: http://www.4shared.com/file/179281740/f8e4a6b7/BaktiSeorangIbu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar