Sabtu, 20 September 2014

Bermain Di Khan Academy

Selagi sempat...

Kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya menggunakan Khan Academy. Bagi yang belum tahu, Khan Academy adalah sebuah situs belajar online (daring) yang menyediakan materi dari berbagai subyek seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Computing (Pemrograman). Situs tersebut dapat diakses di www.khanacademy.org. Saat ini, situs tersebut memungkinkan penggunanya untuk login dengan membuat akun baru atau menggunakan akun Facebook atau akun Google yang sudah dibuat sebelumnya. Saya sendiri memilih untuk menggunakan akun Google (tidak membuat akun baru) agar inventaris akun saya tidak semakin menumpuk.

Kembali ke Khan Academy.

Logo Khan Academy*
Yang membuat saya tertarik untuk menggunakan Khan Academy adalah metode belajarnya yang interaktif; tidak hanya bersifat satu arah. Khan Academy tidak hanya menyediakan video-video yang dapat diakses penggunanya kapan pun dan di mana pun (asalkan terhubung ke Internet), tapi juga memungkinkan penggunanya untuk mencoba sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari melalui sistemnya. Metode belajar interaktif ini memang merupakan salah satu kelebihan sistem belajar daring sebagaimana saya paparkan sebelumnya di dalam tulisan saya Potensi Besar Sistem Belajar Online.

Yang disayangkan adalah metode belajar interaktif tersebut belum (atau memang "tidak") mencakup semua subyek yang ditawarkan Khan Academy. Saat ini, metode belajar interaktif ini hanya diterapkan untuk 2 (dua) subyek, yaitu Matematika dan Pemrograman. Saya sudah mencoba menjelajahi kedua subyek tersebut di Khan Academy dan proses belajarnya memang menyenangkan. Keseluruhan prosesnya yang saya maksud "menyenangkan"; bukan karena banyaknya badge (lencana) yang berhasil saya raih.

Yang lebih menarik lagi adalah fitur mastery challenge di subyek Matematika. Tidak seperti di subyek Pemrograman yang konsepnya masih diatur secara sequential (berurutan), fitur mastery challenge di subyek Matematika memungkinkan saya untuk menguji pengetahuan Matematika saya saat ini sehingga Khan Academy bisa merekomendasikan topik yang tepat untuk saya pelajari. Semakin sering saya menggunakan fitur tersebut, semakin akurat topik yang direkomendasikan untuk saya.

Cuplikan Mastery Challenge
Masih banyak hal menarik lainnya di dalam Khan Academy, tapi lebih baik tidak saya beberkan di sini. Untuk sebuah pengalaman yang menarik, akan lebih baik bila dicoba sendiri ketimbang diceritakan oleh orang lain. Saya yakin masing-masing orang akan menemukan pengalaman uniknya sendiri dalam menggunakan salah satu situs belajar daring yang menyenangkan itu.

Tapi ceritanya belum selesai.

Satu hal unik lagi di Khan Academy yang ingin saya bagi lewat tulisan ini adalah fitur coaching (bimbingan) yang ditujukan bagi para pendidik (baca: guru) dan para orang tua. Saat saya mengetahui ada fitur tersebut (seingat saya sekitar pertengahan Juli), waktunya bertepatan dengan masuknya 2 (dua) anak pertama saya ke kelas 1 SD. Saya pun segera membuatkan akun-akun baru untuk kedua anak saya agar mereka bisa segera mulai mengakses dan menggunakan Khan Academy.

Hingga saat ini, kedua anak saya masih antusias untuk "bermain" di Khan Academy. Awalnya saya mengajak mereka sesekali waktu saat the one and only laptop di rumah saya sedang tidak saya gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah atau menonton film. Saat ini, saat intensitas kuliah saya sedang turun, saya mencoba jadwal rutin bermain di Khan Academy untuk kedua anak-anak saya: 30-60 menit setiap 2 (dua) hari. Alhamdulillah mereka tidak bosan dan senantiasa bersemangat untuk bermain di Khan Academy.

Saat ini, kedua anak saya masih berkutat di bagian Early Math, yaitu bagian dari subyek Matematika yang ditujukan untuk anak kelas 1 SD. Ada beberapa konsep yang bisa mereka pahami dengan mudah, sementara beberapa konsep lainnya butuh waktu lebih lama untuk mereka pahami. Untuk konsep-konsep yang bisa mereka pahami dengan mudah, anak-anak saya bisa belajar secara mandiri. Hanya saja untuk menerjemahkan bahasa Inggris yang menjadi bahasa utama di Khan Academy itu mereka masih harus dibantu. Sementara untuk konsep-konsep yang tidak mudah mereka pahami, peran saya atau istri saya menjadi lebih besar. Selain membantu menerjemahkan bahasa Inggris, kami harus turun tangan membantu mereka memahami konsep-konsepnya. Hal ini memang agak merepotkan, tapi saat mereka sudah mulai paham, mereka bisa kembali mencoba belajar secara mandiri.

Secara garis besar, ada beberapa hal yang saya rasakan selama anak-anak menggunakan Khan Academy, yaitu:
  • Anak-anak saya masih butuh didampingi, tapi selama saya mendampingi mereka, saya harus hati-hati agar tidak memaksa mereka untuk menjawab dengan benar. Penting untuk saya ingat bahwa anak-anak harus terbiasa berbuat salah dan terus mencoba lagi agar kemandirian belajar mereka bisa terbentuk. Bila kemandirian belajar ini tidak tercapai, anak-anak saya tidak akan bisa menggunakan Khan Academy tanpa kehadiran saya. Kondisi ini justru meniadakan kelebihan sistem belajar daring yang ditawarkan Khan Academy.
  • Ada kalanya intervensi untuk menjawab soal yang sulit dijawab oleh anak-anak itu perlu saya lakukan. Hal ini saya lakukan dalam rangka mengajarkan cara menjawab soal yang mereka hadapi. Dalam kondisi seperti ini, mereka memang berhasil menjawab soal karena saya bantu, tapi Khan Academy hanya menganggap anak-anak sudah mulai memahami sebuah konsep kalau mereka berhasil menjawab  5 (lima) pertanyaan sejenis secara berturut-turut. Jadi, intervensi yang saya lakukan pada dasarnya tidak mengganggu proses belajar anak-anak saya.
  • Anak-anak perlu dibiasakan untuk memahami pertanyaan yang diberikan dan tidak menjawab hanya berdasarkan pola atau hafalan. Hal ini kerap terjadi saat anak-anak saya menggunakan Khan Academy dan menurut saya hal ini berbahaya karena berhasil menjawab pertanyaan tanpa pemahaman yang baik akan membuat fondasi belajar mereka keropos. Pada akhirnya, mereka sering kesulitan menjawab soal dengan pola yang berbeda walaupun konsepnya sama. Contohnya mereka bisa menjawab pertanyaan tentang penambahan yang soalnya dilengkai gambar/ilustrasi, tapi mereka kesulitan menjawab pertanyaan tentang penambahan yang soalnya hanya berisi teks.
  • Perhatian anak-anak pun perlu dialihkan dari pencapaian-pencapaian seperti lencana atau nilai yang umumnya didapat lewat mastery challenge. Mereka masih perlu diarahkan untuk mencoba konsep-konsep lain, misalnya yang direkomendasikan oleh Khan Academy itu sendiri. Kadang anak-anak saya malas mencoba yang lain karena dianggap terlalu sulit. Di sinilah salah satu peran penting saya sebagai orang tua, yaitu mendorong agar anak justru mau mencoba yang sulit dan berusaha memahaminya. "Kalau cuma ngerjain yang sudah ngerti sih bukan belajar dong namanya," begitu kira-kira kalimat yang sering saya lontarkan saat mereka menghindari konsep yang sulit di Khan Academy.
Masih banyak pengalaman menarik lain yang bisa saya bagi lewat tulisan ini, tapi saya rasa paparan di atas sudah cukup banyak. Intinya baik saya maupun anak-anak menikmati waktu yang kami habiskan di Khan Academy. Dalam konteks bimbingan, Khan Academy jelas membantu saya mengawasi perkembangan belajar anak-anak saya. Kalaupun saya tidak bisa terus-menerus menemani mereka bermain di Khan Academy, saya masih bisa memantau perkembangan anak-anak saya lewat sebuah dashboard yang dirancang khusus untuk para pendidik dan orang tua.

Dashboard yang berisi perkembangan belajar anak-anak
Lewat dashboard tersebut, saya bisa melihat apa saja yang sudah dikerjakan anak-anak saya, apa saja yang berhasil mereka kuasai, apa saja yang sulit mereka kuasai, dan berbagai informasi lainnya. Gambar di atas hanya menyediakan ringkasan perkembangan, tapi rinciannya tetap dapat diakses dengan mudah oleh saya. Tidak mungkin saya paparkan satu per satu informasi yang bisa saya dapatkan lewat dashboard tersebut. Yang pasti, dashboard tersebut sangat membantu saya dalam memahami perkembangan belajar anak-anak saya. Dashboard ini menjadi nilai tambah tak tergantikan yang saya dapatkan dari Khan Academy.

Ada begitu banyak pengalaman menarik selama saya menggunakan Khan Academy, baik untuk belajar sendiri maupun untuk membiasakan anak-anak saya belajar secara mandiri. Tulisan ini pada akhirnya hanya menggambarkan sedikit saja dari pengalaman menyenangkan tersebut. Satu hal yang pasti, Salman Khan sudah berhasil mendapatkan 3 (tiga) tambahan pengguna yang puas menggunakan sistem yang dikembangkannya.

--
*Gambar ditemukan lewat Google Image Search

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. terima kasih atas informasinya pak, saya masih bingung menggunakan khan academy, saya ingin belajar yang lain, tapi dalam dashboard saya hanya ada mapel matematika, kayaknya apa saya salah pilih ya?

    salam kenal dari cak puguh https://www.cakpuguh.my.id/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal, Mas. Di Khan Academy, antarmuka akun Mas Wicaksono pakai bahasa apa? Setahu saya kalau Mas set ke Bahasa Indonesia, isinya memang hanya Matematika. Coba Mas set ke Bahasa Inggris.

      Hapus