Senin, 04 Maret 2013

Gw Bisa Bantu Apa?

Dalam proses perbaikan diri, di balik berbagai idealisme yang saya tanamkan dalam diri saya, saya selalu mencoba untuk menemukan hal-hal yang praktis dalam pelaksanaannya. Saya selalu ingatkan kepada diri saya bahwa semua perubahan-perubahan besar itu selalu dimulai dari langkah-langkah yang kecil. Langsung mengejar hal-hal yang besar tidak hanya melelahkan, tapi juga memiliki resiko kegagalan yang sama besarnya. Inilah alasannya kenapa dalam proses memperbaiki dan mengembangkan diri ini, saya berusaha untuk berpikir pragmatis; tanpa mengorbankan idealisme, tentunya.

Salah satu prinsip yang perlu ditanam dalam diri kita untuk menjadi the best of ourselves adalah dengan mengumbar sikap positif. Walaupun hidup ini kadang diterpa musibah yang bertubi-tubi, sikap positif yang konsisten akan membuat hidup kita tetap bahagia. Cara praktis yang paling mendasar yang saya terapkan untuk memiliki sikap positif yang konsisten adalah dengan senantiasa tersenyum. Bukan hanya senyuman di wajah, tapi senyuman yang datang dari hati. Agak lebay ya?

Setelah senyuman yang datang dari hati, cara praktis yang berikutnya adalah lewat slogan "gw bisa bantu apa?" Penerapan slogan ini tentu saja sesederhana kata-katanya. Yang saya lakukan adalah mencari peluang untuk membantu orang-orang di sekitar saya seperti keluarga, teman, atau rekan kerja. It takes one simple line, "gw bisa bantu apa?" Bila kata-kata ini kita ucapkan dengan tulus, yang umumnya terpancar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh kita, maka tawaran bantuan kita akan segera diterima.

Saat saya meluangkan waktu dan energi saya untuk membantu orang lain, saya menemukan kepuasan tersendiri. Hidup saya terasa lebih bermanfaat saat saya membantu orang lain menyelesaikan masalahnya. Bahkan bantuan-bantuan yang terlihat kecil dan sepele pun terasa begitu besar dampaknya terhadap kepuasan batin saya. Dengan begitu, sikap positif yang saya miliki tidak hanya sikap yang pasif. Sikap positif yang ingin saya pancarkan pun berubah menjadi sikap yang aktif karena saya tidak hanya menunggu seseorang meminta bantuan saya, tapi juga mencari peluang untuk menawarkan bantuan.

Ada banyak dampak positif lainnya yang saya rasakan setelah saya perlahan-lahan menerapkan slogan "gw bisa bantu apa?" di dalam hidup saya. Salah satunya adalah munculnya sikap positif orang-orang di sekitar saya kepada diri saya. Seperti yang kita tahu, hubungan sosial itu pada umumnya berlaku timbal-balik. Bila kita berbuat jahat pada orang lain, orang lain akan berbuat jahat kepada kita. Sebaliknya bila kita berbuat baik pada orang lain, orang lain pun akan berbuat baik kepada kita. Walaupun niat saya memberikan bantuan bukanlah untuk mengharapkan bantuan yang sama, tetap saja orang-orang yang sudah saya bantu akan lebih tergerak untuk memberikan bantuannya kepada saya saat saya perlukan.

Terlepas dari berbagai kebaikan yang timbul lewat penerapan slogan "gw bisa bantu apa?" ini, tetap saja kita perlu berhati-hati. Pertama, don't get carried away. Kita perlu sadari bahwa waktu dan energi kita terbatas, apalagi kita sendiri memiliki tanggung jawab dan prioritas masing-masing. Jangan sampai kebiasaan membantu orang lain ini mengorbankan hal-hal yang penting dalam hidup kita. Kedua, jangan sampai diperdaya orang. Sebaik apa pun orang-orang di sekitar kita, jangan sampai niat baik kita justru dimanfaatkan untuk keuntungan orang lain. Membantu orang lain itu ibarat meminjamkan kail untuk memancing; bukan memberikan ikan. Yang kita lakukan adalah membantu orang yang sedang berusaha mencapai tujuannya; bukan sebaliknya menggotong orang itu untuk sampai ke tujuannya.

Demikian sekelumit kisah terkait cara praktis untuk menjadi yang terbaik dari diri kita sendiri. Sikap positif itu perlu ditunjukan, karena orang-orang di sekitar kita bukanlah pembaca pikiran. Untuk bisa tersenyum dan bersikap baik di hadapan berbagai sikap buruk itu baik, tapi akan lebih baik lagi kalau kita bisa aktif menawarkan bantuan bahkan kepada orang-orang yang bersikap buruk kepada kita. Tentu saja penerapannya kembali kepada diri kita sendiri; seberapa relakah kita memberikan waktu dan energi kita untuk orang lain?

*Gambar ditemukan lewat Google

2 komentar: