30 hari dari sekarang, Raito dan Aidan akan berumur 3 tahun. Keduanya lahir pada tanggal 17 Juli 2008. Mereka adalah anak kembar dari saya dan istri saya yang pertama --dan insya Allah yang terakhir. Alhamdulillah mereka berdua lahir dalam keadaan sehat. Kehadiran mereka berdua telah menambah berkah ke dalam keluarga saya.
Walaupun kembar, Raito dan Aidan tidak pernah terlihat mirip. Mereka lahir dengan kondisi fisik yang berbeda. Aidan memiliki berat dan tinggi badan lebih dibandingkan Raito --yang saat ini dipanggil Abang karena keluar lebih dulu. Warna kulit Raito lebih putih dari Aidan. Wajah mereka pun sama sekali tidak terlihat mirip.
Membedakan Raito dan Aidan itu sangat mudah, walaupun mereka masih berumur 1 hari di dunia ini. Baik saya maupun istri saya tidak mengalami kesulitan membedakan mereka. Kita tidak perlu repot-repot mencari tanda seperti tahi lalat atau sejenisnya untuk membedakan mereka. Yang repot justru menegaskan perbedaan ini kepada orang-orang yang menganggap mereka sulit dibedakan.
Seiring waktu mereka bertambah besar, perbedaan mereka pun semakin menonjol. Perbedaan mereka terlihat mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Model rambut, bentuk wajah, mata, alis, hidung, mulut, postur tubuh, berat badan, tinggi badan, dan berbagai aspek fisik lainnya dari Raito dan Aidan itu tidak terlihat sama. Satu-satunya yang sama dari mereka mungkin hanya pakaian.
Pakaian yang sama pun sebenarnya bukan kehendak saya dan istri. Kami tidak keberatan membelikan baju yang berbeda untuk mereka. Kami pun membiasakan memakaikan baju yang berbeda untuk mereka. Hanya saja mereka sering minta dipakaikan baju yang sama. Sepertinya faktor iri berperan di sini. Akan tetapi, mereka lebih sering tidak keberatan menggunakan baju yang berbeda. Jadi semakin mudah membedakan mereka.
Raito dan Aidan itu benar-benar berbeda. Saya yakin bila mereka dikumpulkan dengan anak-anak sebaya mereka tanpa menggunakan pakaian yang sama, tidak akan ada orang yang mengira bahwa mereka bersaudara. Lain cerita kalau Aidan keceplosan memanggil Raito dengan panggilan "Abang". Kalau ini terjadi, mungkin orang-orang akan sadar kalau mereka bersaudara.
Perbedaan mereka tidak terbatas pada fisik. Minat, kecerdasan, dan sifat mereka secara garis besar pun berbeda. Raito, misalnya, lebih suka duduk diam dan bermain mainan seperti mobil-mobilan, balok-balok, atau sejenisnya. Sementara Aidan lebih suka permainan yang melibatkan gerakan besar seperti sepakbola. Ada kalanya Aidan pun bermain mobil-mobilan atau balok-balok. Ada kalanya pun Raito ikut bermain bola. Akan tetapi, minat mereka terlihat jelas berbeda.
Pertumbuhan mereka pun berbeda. Mungkin ini ada korelasinya dengan minat di atas. Perkembangan motorik kasar Aidan lebih menonjol daripada Raito. Sementara perkembangan motorik halus Raito lebih menonjol daripada Aidan. Aidan terlihat lebih luwes saat berlari, menendang bola, atau gerakan-gerakan besar lainnya. Sementara Raito terlihat lebih luwes saat menulis, memasang balok-balok, atau gerakan-gerakan kecil lainnya.
Sifat Raito dan Aidan pun berbeda. Raito dan Aidan sama-sama berwatak keras, tapi cara mereka menunjukan ngeyel itu berbeda. Watak keras Raito sering keluar dalam bentuk marah seperti menangis dengan volume suara yang menusuk telinga. Sementara watak keras Aidan keluar dalam bentuk merajuk tanpa meraung-raung. Sama-sama keras kepala, tapi bentuk penyalurannya berbeda. Masih banyak perbedaan sifat yang dapat saya tunjukan di sini, tapi saya rasa inti tulisan ini sudah tersampaikan dengan contoh-contoh di atas.
Satu hal yang ingin saya tegaskan, berbeda atau tidaknya mereka bukan masalah. Justru kenyataan bahwa mereka berbeda itu yang membuat saya tertarik menulis di sini. Kedua anak itu begitu berbeda seolah-olah mereka adalah kakak-adik yang kebetulan hadir di janin yang sama dalam rentang waktu yang sama. Mereka menjadi kembar karena waktu dan tempat. Seolah-olah tidak ada faktor lain yang membuat mereka menjadi kembar. Nenek (dari ibu) mereka kadang bercanda, "Mereka ini kembar apanya. Kembar kok beda."
Kembar tapi tidak sama. Raito dan Aidan memang bukan kembar identik. Saya dan istri saya berpikir bahwa mereka tumbuh dari dua sel telur yang berbeda, bukan hasil pembelahan. Bahkan sejak umur mereka 7 minggu, mereka sudah terlihat terpisah. Yang satu menempel di rahim bagian atas. Yang lainnya menempel di rahim bagian bawah. Sayangnya saya tidak bertanya lebih lanjut ke dokter yang memeriksa.
Walaupun begitu, saya yakin Raito dan Aidan hidup dari dua sel telur yang berbeda. Berdasarkan informasi yang saya temukan di Internet, Raito dan Aidan termasuk jenis kembar Fraternal. Saya tidak tahu padanan istilah ini dalam Bahasa Indonesia. Kembar Fraternal ini terjadi karena ada lebih dari 1 sel telur yang dibuahi. Hal ini menjelaskan perbedaan yang ada pada diri Raito dan Aidan. Bahkan golongan darah Raito dan Aidan pun berbeda.
Mengenal perbedaan-perbedaan ini termasuk salah satu unsur menyenangkan dalam hidup saya sebagai orang tua. Bukan saya bermaksud untuk membeda-bedakan anak, tapi saya justru merasa diberi kesempatan menyikapi dua anak yang berbeda. Sesuatu yang sangat sulit walaupun saya sudah menjalaninya selama 2 tahun 11 bulan. Mendidik mereka menjadi sulit karena idealnya masing-masing dididik dan dibesarkan dengan cara yang tidak sama.
Terlepas dari itu, pengalaman mendidik Raito dan Aidan adalah pengalaman yang mengesankan. Sebenarnya ada lebih banyak hal yang dapat saya ceritakan terkait pengalaman saya mendidik mereka berdua, tapi saya rasa lebih baik segera mengakhiri tulisan yang sudah terlalu panjang ini. Semoga saya masih memiliki kesempatan untuk mempublikasikan tulisan-tulisan lain seputar mendidik anak kembar di lain waktu.
--
Foto-foto Raito dan Aidan dapat dilihat dalam Picasa Web Album saya di sini:
http://picasaweb.google.com/amir.syafrudin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar