Tulisan ini terinspirasi oleh sebuah diskusi dengan seorang kenalan. Diskusi dilakukan secara virtual di sebuah jejaring sosial yang namanya diawali dengan huruf F dan diakhiri dengan huruf K. Diskusi yang dimaksud lebih tepat dikatakan berbalas komentar. Lebih tepat lagi kalau dikatakan komentar satu arah, bukan diskusi, karena panjangnya komentar saya benar-benar mendominasi.
Dalam obrolan virtual itu kami membicarakan makanan pokok dan makanan sampingan. Untuk selanjutnya, makanan pokok akan saya sebut nasi dan makanan sampingan akan saya sebut lauk. Saat itu kami membicarakan posisi nasi dan lauk dalam hubungan suami istri. Tentu saja yang dimaksud dengan nasi dan lauk di sini bukan nasi dan lauk dalam arti sebenarnya, tapi nasi dan lauk ini adalah perumpamaan. Sesuatu yang sifatnya pokok dalam hubungan suami istri, kami umpamakan nasi. Sesuatu yang sifatnya sampingan dalam hubungan suami istri, kami umpamakan lauk.
Untuk menjaga hubungan rumah tangga yang baik, nasi dan lauk memiliki peranan yang sama-sama penting. Keduanya diperlukan untuk membentuk hubungan suami istri yang kuat, harmonis, dan penuh kemesraan. Di awal pernikahan, nasi dan lauk akan terlihat begitu menggiurkan dan memuaskan untuk dihabiskan. Lambat laun rasa bosan pun datang. Bila makanan yang tersedia tidak bervariasi, suami atau istri mungkin akan berpikiran mencari variasi di luar rumah masing-masing.
Kalau lauk saja yang bermasalah, hubungan suami istri mungkin saja tetap bertahan. Sayangnya kemesraan yang ada di awal pernikahan dapat dipastikan akan memudar dengan segera karena suami atau istri sibuk mencari lauk di luar rumah masing-masing. Kondisi yang sama akan terjadi bila nasi yang tersedia pun bermasalah. Suami atau istri pun akan sibuk mencari nasi di tempat yang lain.
Walaupun begitu, nasi yang bermasalah akan memberi dampak negatif yang lebih besar lagi. Kalau yang pokok saja tidak tersedia sesuai harapan, kemungkinannya sangat besar seseorang akan memilih untuk meninggalkan tempat tinggalnya. Jadi dengan nasi yang bermasalah ini, kemungkinan terjadinya perceraian akan bertambah besar secara signifikan. Kalau pun tidak terjadi perceraian, suami dan istri yang terkait akan kesulitan menemukan alasan untuk mempertahankan pernikahan mereka.
Oleh karena itu, nasi dan lauk itu harus diperhatikan oleh orang-orang yang menginginkan hubungan pernikahan yang kuat, harmonis, dan senantiasa mesra. Untuk hubungan pernikahan seperti ini diperlukan nasi dengan kualitas yang baik dan lauk dengan variasi yang tepat. Jangan karena sudah menikah, suami atau istri serta-merta memaksakan slogan "terima apa adanya" ke pasangan mereka. Slogan ini seharusnya digunakan sebagai pilihan terakhir. Yang perlu kita pikirkan terlebih dahulu adalah bagaimana membuat nasi dan lauk dalam pernikahan ini senantiasa menggiurkan dan memuaskan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai nasi dan lauk itu tertukar. Jangan sampai makanan pokok dan makanan sampingan itu tertukar karena keduanya memiliki peranan yang berbeda. Nasi itu berfungsi sebagai sumber energi utama. Sementara lauk memiliki fungsi sebagai pelengkap atau penyedap rasa. Keduanya sama-sama penting, tapi masing-masing memiliki derajat urgensi yang berbeda.
Contoh kongkrit dari nasi dan lauk ini antara lain akhlak dan kecantikan. Akhlak adalah pokok dan kecantikan adalah sampingan. Akhlak yang baik itu penting. Tampil cantik di depan suami pun tak kalah pentingnya. Walaupun begitu, akhlak yang baik tetap lebih diutamakan daripada kecantikan yang berfungsi sebagai pelengkap.
Kalau seorang istri hanya mengandalkan akhlak yang baik, suami akan mencari kecantikan di luar rumah. Pada kenyataannya, kecantikan ini dapat dengan mudah ditemukan tanpa dicari. Kalau kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, kemesraan dalam hubungan pernikahan antara suami dan istri akan segera memudar. Ini alasannya kenapa setiap istri perlu berusaha untuk terlihat cantik di depan suaminya.
Kalau sampai akhlak yang baik pun tidak ada dalam diri istri, suami akan lebih mudah lagi meninggalkan rumah. Kali ini yang dicari bukan sekedar kecantikan, tapi justru pengganti istri. Saat seseorang kehilangan hal yang pokok dalam hidupnya, pelengkap sebanyak apa pun tak akan pernah cukup. Dalam kondisi ini, kecantikan istri tidak lagi penting. Suami akan mencari wanita dengan akhlak yang lebih baik dengan kecantikan yang tidak jauh berbeda dengan istrinya. Bukan hanya kemesraan yang akan memudar di sini, tapi hubungan suami istri yang terjalin pun kemungkinan besar akan retak atau bahkan putus.
Yang pokok dan yang sampingan harus sama-sama dijaga sesuai dengan porsi dan prioritasnya. Porsi dan prioritas di sini mungkin berbeda untuk masing-masing pasangan. Bisa jadi hal-hal yang termasuk pokok dan hal-hal yang termasuk sampingan pun berbeda untuk masing-masing pasangan. Akhlak dan kecantikan di atas adalah contoh dari sudut pandang saya sendiri. Jangan sampai kita terpaku pada dua hal itu saja.
Saya mengambil kecantikan sebagai contoh pelengkap pun tanpa maksud tertentu. Kita bisa mengambil ketampanan sebagai contoh pelengkap dari sudut pandang seorang wanita. Ini pun sifatnya masih subjektif. Mungkin menjadi tampan bukan hal yang penting bagi para istri, tapi saya yakin suami yang berpenampilan menarik di depan istri dapat menjadi penyedap dalam hubungan suami istri.
Masih ada banyak contoh lain yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kesabaran istri dalam merawat anak-anak atau kemampuan suami menghidupi keluarga adalah contoh hal-hal pokok. Paras yang cantik atau kulit yang putih adalah contoh hal-hal sampingan. Semuanya perlu dijaga sesuai porsi dan prioritasnya dalam hubungan suami istri masing-masing pasangan. Tujuan akhirnya tentu saja demi mencapai hubungan pernikahan yang kuat, harmonis, dan senantiasa penuh kemesraan.
Ah, tulisan yang bagus banget!!
BalasHapusKadangkala istri beranggapan ga perlu dandan cantik lagi, karena merasa udah memiliki hati suaminya. Padahal, dalamnya hati manusia siapa yang tahu yaaa... :D
Untungnya istri saya bersikap sebaliknya. Istri saya merasa perlu tetap terlihat menarik di depan saya. Saya bersyukur akan hal ini. Walau bagaimana pun, godaan di luar rumah itu besar. Usaha istri saya untuk tetap terlihat menarik sangat membantu menahan godaan. :)
BalasHapuslagi bayangin nasi ama lauk diatas piring... hm.. laper...
BalasHapushehe ga nyambung.com