Rabu, 08 Februari 2012

Belajar Dari Film

Saya yakin yang namanya sumber inspirasi itu ada banyak sekali. Untuk penggemar channel hiburan seperti saya, film tidak pelak lagi menjadi salah satu sumber inspirasi yang signifikan. Ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari film-film yang sudah saya tonton. Kali ini saya ingin berbagi tentang film-film yang memberikan inspirasi terhadap peran saya sebagai seorang suami dan sebagai seorang ayah.

Film pertama yang terbayang di benak saya adalah Up. Film ini adalah film yang mengharukan. Entah kenapa saat menonton film ini saya merasakan hubungan yang kuat dengan tokoh utama film ini, Carl Fredricksen. Adegan singkat hidupnya mulai dari menikah, istrinya hamil, istrinya keguguran, dan pada akhirnya mereka mencoba menikmati hidup berdua saja adalah adegan yang sulit saya lupakan. Saat istri Carl meninggal dunia, hati saya sempat terasa hampa karena saya pun terbayang bagaimana perasaan saya bila istri saya "pergi".

Inspirasi dari film ini tentu saja dedikasi Carl untuk mewujudkan impian istrinya memiliki rumah kecil di sebuah bukit yang dilengkapi dengan air terjun (koreksi saya bila saya salah di bagian ini). Cara Carl mewujudkan impian istrinya ini mungkin tidak masuk akal. Saya sendiri tidak bisa membayangkan seseorang mengangkat rumahnya dengan ratusan balon berisi helium (koreksi saya lagi bila saya salah di bagian ini). Hanya saja determinasi Carl ini patut diacungi jempol. Dia terus berusaha untuk membahagiakan istrinya walaupun istrinya tidak perlu lagi dibuat bahagia.

Film kedua adalah Take Shelter. Film ini bercerita tentang seorang pria bernama Curtis yang dihantui oleh mimpi dan bayangan akan datangnya sebuah badai besar yang akan melanda kotanya. Pengaruh mimpi dan bayangan ini sangat kuat sampai Curtis pun memutuskan untuk memperbaiki dan mengembangkan storm shelter yang ada di belakang rumahnya. Keputusan ini pada awalnya baik-baik saja tapi pada akhirnya masalah-masalah pun menumpuk. Curtis kehilangan pekerjaannya karena dia menggunakan alat berat dari kantornya tanpa izin. Istrinya marah besar saat mengetahui Curtis menggadaikan rumahnya demi mengumpulkan dana untuk memperbaiki storm shelter tersebut. Seluruh kota pun sudah mendengar kabar kegilaan Curtis.

Modal Curtis hanya satu. Keyakinannya yang kuat terhadap mimpi-mimpinya. Dia yakin badai besar itu akan datang dan storm shelter itu dia bangun dan perbaiki untuk menyelamatkan istri dan anaknya. Di balik semua tumpukan masalah itu, Curtis akhirnya berjalan sendirian. Hal yang paling menyentuh di bagian ini adalah saat istrinya (yang sangat mungkin memutuskan untuk meninggalkan suaminya yang gila ini) akhirnya memutuskan untuk tetap bersama Curtis dan melihat mimpi Curtis menjadi kenyataan. Istri Curtis tidak hanya memberi kesempatan bagi Curtis untuk membuktikan mimpinya, tapi dia juga memberi dukungan moral bagi Curtis untuk terus mencapai tujuannya. Melihat ikatan suami-istri yang kuat seperti ini sudah pasti memberikan inspirasi bagi saya untuk membentuk ikatan yang sama dengan istri saya sendiri.

Film ketiga adalah How to Train Your Dragon. Kalau Anda tidak suka film tentang Viking, saya jamin Anda akan menyukai film ini; atau sebaliknya. Entahlah. Satu hal yang pasti, film ini termasuk film favorit saya. Bagian yang paling saya suka dalam film ini tentu saja hubungan anak-ayah antara Hiccup Horrendous Haddock III (anak) dengan Stoick the Vast (ayah). Hubungan di antara keduanya adalah hubungan yang sesekali waktu kita temui di dunia nyata, yaitu antara seorang anak yang mati-matian membuktikan bahwa dirinya itu "layak" dengan seorang ayah yang tidak pernah merasa bahwa anaknya itu "layak".

Jangan sampai saya menjadi orang yang menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon.
Perkembangan hubungan antara keduanya pun terbilang predictable. Hiccup berhasil melakukan sesuatu yang dapat membuat dirinya diakui oleh ayahnya, tapi sulit bagi ayahnya untuk mempercayai anaknya. Dalam film ini digambarkan bahwa Stoick lebih sibuk dengan harapannya terhadap Hiccup ketimbang berusaha menerima Hiccup apa adanya. Fase ini terjadi terus dan terus dan terus hingga tiba waktunya saat Hiccup berhasil menunjukan kemampuannya dan mendapatkan kepercayaan ayahnya ... dengan sebuah pengorbanan. Film ini berhasil membuka mata saya dan mengingatkan saya untuk tidak menaruh harapan yang tidak mungkin digapai anak saya. Jangan sampai saya menjadi orang yang menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon.

Film keempat (dan terakhir dalam tulisan ini) adalah Finding Nemu ... maksud saya, Finding Nemo. Terus terang film ini baru beberapa waktu yang lalu saya tonton ulang; kali ini saya tonton bersama anak-anak saya. Cerita dalam film ini menjadi sumber inspirasi yang "menyegarkan" bagi saya yang sedang penat mengurus anak-anak. Satu hal yang saya rasakan betul adalah kadang kita lupa diri dan terlalu kaku dalam mengatur anak-anak sampai anak-anak kita pun tidak bisa menikmati hidupnya. Sampai akhirnya anak-anak kita pun menjauh dari kita sampai ke sebuah titik yang membuat kita menyesali keputusan-keputusan kita.

Dalam film Finding Nemo, ceritanya memang tidak setragis itu. Ceritanya justru lebih tragis lagi karena anak yang dimaksud malah hilang "diculik" orang. Untungnya film ini berakhir baik karena Nemo (anak) dan Marlin (ayah) berhasil bertemu kembali dan hidup bahagia selamanya. Yang menarik dari film ini justru petualangan Marlin menyeberang lautan yang luas untuk menemukan Nemo. Kata "luas" ini menjadi signifikan karena Marlin sendiri hanya seekor ikan badut kecil yang tidak berdaya. Dibalik semua keberuntungan yang dialami Marlin, dedikasi Marlin untuk menemukan anaknya yang (pada saat pencarian) belum tentu masih hidup itu menjadi inspirasi yang luar biasa bagi saya.

Masih banyak film lain yang menjadi inspirasi bagi saya sebagai seorang suami dan seorang ayah. Tentu saja semua itu tidak mungkin saya jabarkan dalam satu tulisan. Kalau satu film saja menghasilkan 2 paragraf, entah berapa panjang tulisan ini kalau saya pajang satu per satu film yang pernah saya tonton. Lagipula saya sendiri tidak ingat lagi film-film bertema keluarga yang saya pernah saya tonton.

Ada tulisan (blog post) tentang film lainnya yang menarik untuk saya baca? Silakan rekomendasikan di bagian komentar.

2 komentar:

  1. kalo film keluarga yg bercerita tentang peranan Ayah dalam keluarga mungkin bisa dilihat dalam Poppers Penguin, bagus banget

    Atau.. Flight Plan..

    ada ulasannya sedikit di label Movie saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Flightplan sih saya masih nyambung, tapi Popper's Penguin kok gak nyambung ya.

      _abis cek imdb_

      Hapus