Selasa, 12 Maret 2013

Belajar Lagi, Belajar Terus

Hidup adalah rangkaian proses belajar. Kita suka atau tidak, kita tidak pernah berhenti belajar di setiap hari yang kita lalui dalam hidup kita. Ada proses belajar yang kita sadari, seperti SD, SMP, SMA, dan perkuliahan. Ada juga proses belajar yang tidak kita sadari, misalnya memperhatikan waktu yang tepat untuk menerobos lampu merah tanpa mengganggu lalu-lintas dari arah yang lain. Suka atau tidak, kita memang tidak pernah berhenti belajar. Saat kita berhenti belajar, itu tandanya kita berhenti berpikir. Saat kita berhenti berpikir, itu tandanya kita mati.

Proses belajar dalam hidup itu tentu saja naik-turun. Turunnya intensitas proses belajar mulai terjadi saat kita sudah menyelesaikan pendidikan formal. Saya sendiri merasa bahwa pasca kehidupan kuliah jenjang S1, intensitas belajar dalam hidup saya mulai menurun. Ini terjadi karena pasca kuliah S1 itu saya langsung terjun ke dunia kerja yang menuntut saya untuk hidup pragmatis, yaitu belajar sesuai kebutuhan pekerjaan saja. Untuk pekerjaan-pekerjaan baru, saya memang perlu belajar lagi. Akan tetapi, pekerjaan-pekerjaan baru pun seiring waktu akan berubah menjadi pekerjaan-pekerjaan rutin dan intensitas belajar pun menurun. Selain minimnya kebutuhan, turunnya intensitas belajar ini juga disebabkan karena waktu saya pun habis untuk memenuhi tuntutan pekerjaan-pekerjaan rutin tersebut.

Bagaimana dengan waktu luang di luar waktu kerja? No hope; apalagi bila kita sudah menikah dan memiliki anak. Jangankan untuk mengasah keterampilan tertentu, kadang waktu untuk membaca buku saja sudah tidak ada. Inilah alasannya mengapa kita perlu bersyukur bila tuntutan kerja kita tidak terlalu tinggi karena kita bisa memanfaatkan waktu kerjanya untuk terus mengasah ilmu mereka. Dengan begitu, kita tidak perlu mengorbankan waktu luang yang dapat kita manfaatkan untuk berhibur dan berinteraksi dengan keluarga kita.

Sayangnya kesempatan untuk memanfaatkan waktu kerja kita itu tidak banyak. Entitas tempat kita bekerja tentu mengharapkan kita bekerja dengan efektif. Ini artinya setiap waktu yang kita miliki di tempat kerja itu harus dimanfaatkan untuk bekerja; bukan "leha-leha" mengasah ilmu. Seolah-olah instansi atau perusahaan tempat kita bekerja itu mengharapkan kita untuk memanfaatkan waktu kerja kita semaksimal mungkin. Saat kita sudah selesai mengerjakan satu hal, maka lakukan pekerjaan yang lain. Bila tidak ada pekerjaan yang bisa kita lakukan, maka lakukan pekerjaan yang lain. Kita dituntut untuk selalu bekerja.

Untuk break away dari belenggu pekerjaan itu memang tidak mudah. Untungnya bagi pegawai negeri sipil seperti saya ini terbuka kesempatan untuk meneruskan pendidikan formal lewat berbagai program beasiswa. Program beasiswa ini adalah salah satu pilihan yang efektif untuk memanfaatkan waktu kerja demi mengasah ilmu dan keterampilan, apalagi kalau kita bisa memilih program beasiswa yang sesuai minat kita. Pertama kali saya mencoba untuk ikut program beasiswa ini adalah pada tahun 2011. Saat itu saya mendaftarkan diri untuk ikut program beasiswa S2 di Korea yang ditawarkan oleh lembaga KOICA. Singkat cerita, saya gagal. Di tahun 2013 ini, saya mencoba lagi peluang saya di program beasiswa dalam negeri yang ditawarkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Belajar lagi, belajar terus. Suka atau tidak, kita tidak akan pernah berhenti belajar sampai akhir hayat kita kelak. Hidup kita tidak akan pernah luput dari proses belajar, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pendidikan formal yang kita jalani. Tanpa belajar, keterampilan dan wawasan kita tidak akan bertambah. Bila keterampilan dan wawasan kita tidak bertambah, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Kalau memang kita sudah dipastikan akan belajar setiap hari, maka sudah selayaknya kita senantiasa memaksimalkan proses belajar kita ini. Beasiswa? Sikat!

*Gambar ditemukan lewat Google

2 komentar: