Minggu, 24 April 2016

Tentramnya Hidup di Canberra

Judul asli: Minggu I di Canberra: Tentram
--
Akhirnya blog ini pun di-update kembali.

Seminggu sudah berlalu sejak saya menginjakkan kaki di Canberra. Walaupun Canberra merupakan ibu kota negara Australia, kota ini jauh dari kesan semrawut. Jalan raya terasa lengang bahkan saat jam sibuk. Jarang sekali saya melihat kemacetan di jalan-jalan Canberra. Orang-orang yang lalu-lalang memang terbilang banyak, tapi trotoarnya begitu luas sehingga jalan kaki pun tetap terasa nyaman.

Jalan di Canberra
Angkutan umum di sini terbilang handal. Bus di sini termasuk alat transportasi utama. Rute-rutenya jelas dan waktu kedatangannya pun masih bisa diprediksi. Akan tetapi, masih banyak mobil pribadi yang berseliweran di jalan-jalan Canberra. Satu hal yang sangat kontras dengan Jakarta adalah motor. Jarang sekali saya melihat orang yang mengendarai motor di sini. Justru jumlah pengendara sepeda jauh lebih banyak dari jumlah pengendara motor. Tidak terlalu mengherankan melihat kota ini menyediakan begitu banyak tempat parkir sepeda. Selain itu, bus-bus pun dilengkapi rak sepeda di bagian depannya untuk mengakomodir para pengendara sepeda yang harus menggunakan bus dalam perjalanannya.

Tempat Perhentian Bus
Bagian Dalam Bus
Semua yang sudah saya ceritakan di atas mampu memberikan rasa tentram tersendiri bagi pendatang seperti saya, apalagi kalau saya membandingkannya dengan hiruk pikuk Jakarta. Akan tetapi, bagian yang paling saya suka dari suasana kota ini adalah sisi "hijau"-nya. Hampir di setiap ruas jalan, saya bisa melihat pohon yang rindang di sisi kanan dan sisi kiri jalan. Bagian tengah jalan (yang berfungsi sebagai pemisah jalur) pun dihiasi dengan pepohonan. Ditambah lagi dengan taman-taman yang tersebar di berbagai penjuru kota, Canberra menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali.

Pepohonan di Area Pertokoan
Tempat Bersantai di Siang Hari
Di rentang waktu tertentu, rasa tentram yang ditawarkan kota ini bisa berubah menjadi rasa sepi. Kenapa begitu? Karena aktivitas di kota ini sudah mulai redup di sore hari. Mayoritas toko sudah tutup pada jam 5 sore; penanda redupnya aktivitas yang signifikan. Jam 7 malam pun jalan-jalan sudah sepi. Bagi pendatang yang belum kenal medan seperti saya, tidak banyak yang bisa saya lakukan di malam hari selain menghabiskan waktu di apartemen.

Walaupun begitu, satu minggu terakhir di Canberra tetap terasa menyenangkan. Sayangnya hanya itu saja yang bisa saya ceritakan lewat tulisan ini. Masih ada banyak hal lain yang ingin saya ceritakan melalui blog ini, seperti mencari makanan halal, mencari tempat shalat Jumat, jalan kaki ke bandara, atau "ditodong" $5 oleh seorang wanita. Biar waktu yang menentukan kapan cerita-cerita itu akan tertuang ke dalam blog ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar