Minggu, 01 Mei 2016

Beradaptasi di Canberra

Judul asli: Minggu II di Canberra: Adaptasi dan ANZAC
-- 
Minggu kedua di Canberra pun berakhir. Cerita utama di minggu kedua ini adalah tentang adaptasi, tapi sebelumnya saya mulai dulu dengan berbagi cerita tentangan peringatan hari ANZAC. Hari ANZAC, yang diperingati setiap tanggal 25 April di Australia dan Selandia Baru, dapat disamakan dengan hari Pahlawan yang diperingati setiap tanggal 10 November di Indonesia. Saya beruntung dapat melihat langsung (melalui monitor super besar) parade para veteran perang Australia di Australian War Memorial.

Barisan Parade Pembuka Upacara ANZAC
Beberapa Saat Sebelum Barisan Parade Bergerak
Monitor Super Besar untuk Mereka yang Terlambat Datang
Parade berjalan agak lama karena memang ada banyak veteran perang yang ikut menghadiri parade tersebut. Saya pribadi salut dengan antusiasme warga Canberra untuk menghadiri parade tersebut. Tidak hanya para orang tua yang hadir di situ. Saya melihat banyak anak-anak dan remaja-remaja yang ikut hadir mengikuti parade tersebut. Mereka rela berpanas-panasan untuk memperingati perjuangan para tentara mereka di berbagai medan perang. Australia definitely remembers.

Beralih ke cerita utama, adaptasi di Canberra tidak bisa dibilang mudah, tapi untungnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Masjid dan musala bukanlah hal yang lazim di Canberra, tapi saya beruntung karena kantor Australian Taxation Office (ATO) tempat saya bekerja masih menyediakan sebuah prayer room yang dapat digunakan untuk shalat. Sebuah wash room pun disediakan sehingga saya (dan pegawai muslim lainnya) tidak perlu menggunakan wastafel di toilet untuk berwudhu.

Bagaimana dengan shalat Jumat? Masjid Canberra letaknya cukup jauh dari kantor ATO tersebut, tapi saya beruntung karena salah satu komunitas Islam di Canberra menyelenggarakan shalat Jumat di sebuah aula yang letaknya tidak jauh dari kantor ATO tempat saya bekerja. Jumat di minggu pertama, saya melaksanakan shalat Jumat di aula itu. Jumat minggu kedua, saya menebeng kendaraan salah satu pegawai muslim ATO untuk shalat di Masjid Canberra. Pada intinya, saya mendapatkan kemudahan dalam hal melaksanakan shalat. Akan tetapi, berhubung adzan jarang (atau hampir tidak pernah) terdengar, saya harus mengandalkan aplikasi untuk mengingatkan saya akan waktu shalat.

Tempat Bermain Di Pekarangan Masjid Canberra
Tantangan adaptasi yang lebih besar justru muncul saat mencari makanan halal. Menemukan makanan halal di Canberra tidak semudah membalik bungkus makanan dan menemukan sertifikat halal. Saya harus mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, baik dari teman-teman yang pernah tinggal di Australia, pegawai-pegawai muslim di kantor ATO, atau sekedar googling ke situs-situs yang dapat dipercaya. Produk-produk yang kemasannya mencantumkan sertifikat halal memang ada, tapi kabarnya ada sejenis gerakan boikot yang membuat sebagian produsen memilih untuk tidak mencantumkan sertifikat tersebut di kemasan produk mereka. Kondisi yang sama sepertinya juga berlaku untuk restoran-restoran yang tersebar di berbagai penjuru Canberra. Untungnya masih ada toko seperti Jabal Halal Market dan restoran seperti PappaRich yang menjual bahan makanan dan makanan halal sehingga mencari makanan halal di Canberra tidak perlu dianalogikan dengan mencari jarum di tumpukan jerami.

Contoh Produk dengan Sertifikat Halal di Kemasannya
Selain soal shalat dan makanan, masih ada beberapa hal lain yang melengkapi "indahnya" proses adaptasi di Canberra, seperti toilet yang hanya dilengkapi tisu (tanpa air untuk cebok) atau cuaca musim gugur yang terasa dingin saat matahari ada di atas kepala kita. Akan tetapi, belum ada satu pun yang dapat dikatakan sebagai penghalang. Semua tantangan beradaptasi bisa teratasi dengan baik. Semoga saja kondisi seperti ini terus bertahan hingga waktunya saya pulang kembali ke Indonesia pertengahan Juli nanti. Aamiin.

Sebelum saya tutup tulisan ini, saya ceritakan dulu soal saya "ditodong" A$ 5 oleh seorang wanita. Saat itu pukul 6 sore. Saya dalam perjalanan pulang sehabis belanja bersama teman-teman saya. Berhubung apartemen kami tidak jauh dari pusat perbelanjaan, kami hanya perlu jalan kaki untuk belanja kebutuhan-kebutuhan harian. Di sebuah perempatan jalan, saat kami sedang menunggu lampu hijau untuk menyeberang jalan, tiba-tiba seorang wanita menghampiri saya. Tanpa basa-basi, dia langsung meminta A$ 5 dari saya untuk "get a drink". Saya spontan menolak, tapi, karena lampu hijau itu tak kunjung menyala, wanita itu terus saja meminta uang dari saya. Seiring penolakan dari saya, alasannya berubah dari "get a drink" menjadi "find something to eat" dan dari tidak punya uang menjadi punya A$ 4. Di dalam hati saya hanya berpikir, "Ini lampu kapan hijaunya siiih?"

Teman-teman saya sengaja tidak menggubris wanita itu. Saya pribadi mencoba untuk tidak menggubris. Beberapa warga lokal yang juga menunggu untuk menyeberang pun tidak menggubris wanita itu. Sayangnya determinasi wanita itu untuk mendapatkan A$ 5 cukup kuat untuk terus-menerus memborbardir saya dengan "I only need 5 dollars," atau "Why can't you help me, mate." Sampai akhirnya lampu hijau untuk menyeberang itu menyala dan wanita itu langsung berbalik sambil berkata "Okay." Waktu yang tadinya terasa berjalan lambat berubah menjadi normal kembali saat lampu hijau itu menyala. Dan saya pun berjalan menuju kebebasan. Fiuh!

Sebenarnya ada insiden serupa tapi tak sama dengan insiden di atas, yaitu saat seorang wanita mendekati saya, istri saya, dan si Kecil, lalu tiba-tiba berkata, "This is my family!" Saat itu, saya langsung teringat dengan si Wanita 5 Dolar. Saya dan keluarga saya segera berjalan menjauh. Wanita itu sempat mengikuti kami sambil berteriak, "... my family," berkali-kali. Untungnya tidak ada lampu hijau penyeberangan jalan yang harus kami tunggu sehingga wanita itu tidak memiliki kesempatan untuk mengakui kami sebagai keluarganya.

Itu saja yang bisa saya ceritakan kali ini. Bila kondisinya memungkinkan, saya akan kembali berbagi cerita tentang Canberra di waktu dan tempat yang sama. Untuk mengakses foto-foto yang saya ambil selama saya di Canberra, silakan cek album online ini: https://goo.gl/photos/AB7nnRW6Fbkpeav98.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar