Minggu, 20 Desember 2009

Karir dalam Keluarga

Jenjang karir yang kerap kali terlupakan oleh banyak orang adalah jenjang karir dalam keluarga. Padahal untuk mewujudkan keluarga yang tentram dan penuh kasih sayang pun dibutuhkan dedikasi dan kuantitas waktu yang tidak asal-asalan. Pengorbanan yang perlu dilakukan dalam hal ini pun seharusnya tidak kalah dengan pengorbanan untuk mencapai kesuksesan di jenjang karir lain pada umumnya.

Sayangnya banyak orang tidak menyadari hal ini. Banyak orang yang tidak memberikan waktu dan energi yang cukup untuk membentuk keluarga mereka. Sebagian dari mereka mungkin hanya memberikan sedikit waktu untuk keluarga. Sebagian yang lain bahkan dapat dikatakan tidak memiliki waktu sama sekali untuk keluarga.

Kurangnya waktu yang diberikan untuk keluarga ini seringkali disebabkan karena mereka sibuk dengan pekerjaan (karir). Ada yang melakukannya karena pilihan, ada yang melakukannya karena keterpaksaan. Mereka adalah orang-orang yang pergi bekerja pagi hari, pulang bekerja malam hari, dan menghabiskan akhir pekan untuk tidur atau bahkan bekerja lembur; baik karena pilihan atau keterpaksaan.

Quality time (waktu yang berkualitas) justru dijadikan dalih untuk menutupi kekurangan waktu yang diluangkan untuk keluarga. Padahal kenyataannya kualitas saja tidak akan cukup untuk membentuk keluarga yang tentram dan penuh kasih sayang. Kuantitas waktu yang diluangkan pun memiliki andil yang signifikan. Kuantitas waktu yang memadai (tidak berlebihan) dan interaksi yang berkualitas merupakan kombinasi yang tidak terpisahkan untuk mencapai kesuksesan dalam keluarga.

Menjadi pribadi yang sukses dalam membentuk keluarga memang bukan hal mudah. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merubah persepsi kita mengenai pentingnya keluarga. Kita tidak akan berhasil mencapai kombinasi kuantitas dan kualitas yang diperlukan bila derajat kepentingan meluangkan waktu untuk keluarga itu rendah.

Mereka yang terlalu banyak meluangkan waktu untuk pekerjaan sering beralasan kalau mereka mencari uang justru untuk menghidupi keluarga. Padahal keluarga kita, yaitu istri dan anak kita, tidak hanya butuh uang. Kebutuhan keluarga tidak terbatas pada hal-hal fisiologis (seperti makan dan minum), tapi juga meluas pada kebutuhan-kebutuhan yang bersifat psikologis. Kebutuhan psikologis ini tidak kalah penting dan tidak kalah banyak dengan kebutuhan fisiologis.

Pembantu rumah tangga atau baby-sitter juga tidak luput dijadikan alasan. Keberadaan para ajudan rumah tangga ini seolah-olah sudah cukup untuk menjaga perkembangan keluarga, terutama perkembangan anak-anak. Hal ini kerap menimbulkan krisis identitas bagi anak karena orang yang menyayangi mereka sejak kecil ternyata bukan orang yang seharusnya mereka hormati sepenuh hati (yaitu ayah dan ibu mereka). Anak-anak yang sudah terlanjur besar akhirnya kesulitan menentukan panutan. Orang yang dekat dengan mereka ternyata hanya pembantu/baby-sitter, sementara ayah dan ibu mereka tidak dekat sama sekali.

Masih banyak alasan lain yang bisa kita kemukakan, tapi contoh-contoh di atas cukup menggambarkan persepsi umum bahwa meluangkan waktu untuk keluarga itu bukan prioritas. Derajat kepentingan meluangkan waktu untuk keluarga tidak sepenting pekerjaan, bahkan kadang jauh tidak penting ketimbang pekerjaan yang digeluti setiap hari kerja.

Perubahan persepsi ini adalah langkah yang krusial untuk mencapai kesuksesan dalam berkeluarga. Prioritas mengurus keluarga harus ditingkatkan agar keinginan untuk meluangkan waktu bagi keluarga dapat terbentuk. Dengan begitu peluang untuk membentuk kombinasi kuantitas dan kualitas dalam berinteraksi dengan anggota keluarga akan meningkat. Peningkatan ini pada akhirnya akan mengarah kepada kesuksesan dalam membentuk keluarga yang tentram dan penuh kasih sayang.

Membentuk keluarga dengan sukses tidak hanya dengan modal uang. Kesuksesan ini pun tidak mungkin dicapai dengan menyerahkannya kepada ajudan rumah tangga. Untuk mencapai kesuksesan dalam keluarga itu diperlukan dedikasi dan waktu yang memadai agar kita dapat terlibat dalam setiap perkembangan yang dialami oleh keluarga kita. Kesuksesan yang berhasil kita raih dalam profesi yang kita geluti sehari-hari tidak akan ada artinya jika keluarga yang kita miliki berantakan.

--
Versi PDF: http://www.4shared.com/file/179404363/852565bd/KarirdalamKeluarga.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar