Rabu, 16 Maret 2011

Jepang dan Islam

Sifat-sifat buruk seseorang umumnya terkuak saat seseorang sedang dalam keadaan terjepit. Dalam kondisi kritis, seseorang bisa kehilangan kesabaran dan menjadi emosional. Dalam kondisi kritis, seseorang tidak lagi peduli pada orang lain dan menjadi pribadi yang egois. Bila ada orang yang dapat menahan sifat-sifat buruknya dalam kondisi terjepit, maka orang ini pantas diacungi jempol. Bila ada sebuah bangsa yang dapat menahan sifat-sifat buruk mereka dalam krisis, maka bangsa ini pantas diacungi jempol.

Berbagai media meliput kondisi keteraturan sosial yang terjadi di Jepang saat mereka harus menghadapi gempa, tsunami, dan nuklir. Setiap orang yang membaca berita ini tentu kagum dengan keteguhan karakter yang ditunjukan setiap masyarakat di Jepang. Terlihat jelas bahwa keegoisan dapat ditekan sehingga setiap individu tetap mengutamakan kepentingan umum. Sebuah sikap dasar yang pada akhirnya membentuk keteraturan sosial di Jepang saat ini.

Kalau saja mayoritas masyarakat Jepang adalah pemeluk agama Islam yang taat, kita tidak perlu merasa heran. Islam mengajarkan pemeluknya untuk memperhatikan kepentingan orang lain seperti halnya memperhatikan kepentingan sendiri. Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak egois dan serakah. Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak bertindak kasar (anarkis). Keteraturan sosial mudah dicapai seandainya anggota masyarakat menerapkan nilai-nilai Islam dalam hidup mereka sehari-hari.

Tapi kenyataannya justru terbalik. Karakter bangsa Jepang tidak dapat dikatakan dipengaruhi oleh anggota masyarakat yang beragama Islam. Justru karakter bangsa Jepang dapat dikatakan warisan leluhur; sebuah karakter kuat yang sudah ada sejak lama. Sebaliknya negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam justru memiliki karakter yang terbilang bobrok.

Terorisme yang digulirkan atas nama Islam, aksi anarkis atas nama Islam, konflik berkepanjangan antara Indonesia dan Malaysia, para diktator yang memimpin Tunisia, Mesir, dan Libya, atau individu-individu di Arab Saudi yang kerap kali menyiksa para pembantu mereka. Entah berapa banyak lagi contoh keburukan-keburukan yang diperlihatkan oleh masyarakat Islam.

Untuk memperbaiki citra Islam yang terpuruk, setiap muslim perlu mencontoh masyarakat Jepang. Setiap muslim perlu mencontoh keteraturan sosial yang tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat Jepang. Setiap muslim perlu mencontoh kepedulian sosial yang tetap ada di tengah goncangan bencana yang dihadapi masyarakat Jepang. Dunia sudah menunjukan bahwa decak kagum itu datang dari keteguhan, kepedulian, dan kedisplinan dan bukan dari aksi anarkis, terorisme, atau sikap eksklusif.

1 komentar:

  1. Barang berharga seperti dompet dan brankas yang ditemukan di antara reruntuhan pasca tsunami dikembalikan ke pihak yang berwajib untuk dicarikan pemiliknya. Luar biasa!

    Berita terkait: Honest Japanese Return $78 Million in Cash Found in Quake Rubble

    BalasHapus