Kamis, 05 Januari 2012

Mengajar di STAN

Pagi ini saya memutuskan untuk mencoba menggunakan 2 (dua) monitor untuk komputer kerja saya. Alasannya karena memang ada 1 (satu) monitor tidak terpakai di ruangan kerja saya dan karena saya sendiri ingin memperbesar luas desktop saya. Setelah mengubek-ubek ruangan kerja untuk mencari kabel DVI, saya baru sadar kalau PC saya tidak dilengkapi video card yang mendukung DVI. Alhasil semua usaha saya sia-sia.

Lalu apa hubungannya dengan mengajar di STAN? Kita akan ke arah sana.

Berhubung meja saya sudah terlanjur berantakan, saya pun memutuskan untuk cuci gudang; atau cuci meja? Posisi monitor saya ubah, letak file box saya sesuaikan, dan tentu saja dokumen-dokumen dan kertas-kertas tidak terpakai saya buang. Ternyata ada banyak dokumen dan kertas yang statusnya sudah layak buang. Akhirnya saya menemukan cara untuk sedikit mengosongkan meja kerja saya.

Lalu apa hubungannya dengan mengajar di STAN? Ada dalam paragraf di bawah ini.

Di tengah-tengah tumpukan dokumen dan kertas itu saya menemukan berkas-berkas saya saat saya mengajar di STAN pada tahun 2011 (tahun lalu). Mulai dari surat tugas, buku dan presentasi untuk bahan ajar, soal-soal ujian, jawaban-jawaban ujian yang sudah saya beri nilai, sampai catatan kesan dan pesan dari para mahasiswa, semuanya membawa kembali kenangan manis dan pahit saat saya mengajar di STAN.

Yang paling berkesan tentu saja catatan kesan dan pesan dari para mahasiswa saya. Alhamdulillah komentar-komentar yang diberikan itu banyak yang positif. Yang saya maksud positif di sini bukan hanya komentar-komentar manis yang berpotensi membuat saya sombong, tapi juga termasuk kritik-kritik pedas, tajam, dan membangun terhadap saya.

Saya pun menyempatkan diri untuk membaca kembali semua catatan kesan dan pesan itu satu per satu. Sebagian catatan kesan dan pesan itu bernuansa serius. Sebegitu seriusnya sampai catatan kesan dan pesan yang seharusnya anonymous itu diberi nama oleh yang bersangkutan. Kata-kata yang dipilih pun memberikan kesan yang formal dan diplomatis.

Sebagian lainnya bernuansa canda. Sebegitu terasa candanya sampai-sampai saya merasa yang menulis itu sedang tertawa puas saat menulis kesan dan pesan miliknya. Ada pula yang bernuansa islami di dalam kesan dan pesannya. Kenapa? Karena dia memberi nama "Hamba Allah" di dalam kesan dan pesannya.

Kritik-kritik yang disampaikan lebih banyak bersifat teknis; mulai dari ketersediaan bahan mengajar untuk mahasiswa, durasi mata kuliah yang terlalu lama, sampai kesiapan sarana dan prasarana untuk praktek. Kritik-kritik yang terkait dengan cara saya mengajar tidak terlalu banyak. Sepertinya saya menjadi salah satu dosen favorit yang cara mengajarnya tidak terlalu membosankan atau bahkan menyenangkan.

Berhubung kesan dan pesan itu dibuat saat kuliah terakhir menjelang ujian akhir semester, tidak sedikit mahasiswa yang menyelipkan keinginannya untuk mendapatkan nilai A. Sayangnya kesan dan pesan itu dibuat tanpa nama. Jadi, mahasiswa-mahasiswa itu pun pukul rata menuangkan harapan nilai A untuk semuanya tanpa kecuali. Inilah salah satu contoh peribahasa "dikasih hati minta jantung".

Dibalik semua permintaan nilai A itu, ada satu yang agak unik. Kata-katanya seperti ini, "kalau ada nilai mahasiswa yang masih kurang, tolong dibantu pak." Diplomatis sekali bukan? Dalam hal ini, kemungkinannya ada dua. Pertama, yang bersangkutan adalah mahasiswa yang memang merasa nilainya kurang. Kedua, yang bersangkutan adalah ketua kelas memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap teman-teman kuliahnya.

Komentar-komentar konyol lucu itu tidak sedikit. Ada komentar seperti ini: "belajar asik, nilai ujian bagus, ilmu masuk, lanjutkan pak." Sepertinya yang bersangkutan ini anggota partai politik tertentu yang warna dominan lambangnya itu biru (atau ungu?). Ada juga komentar berlebayan seperti, "bapak terlalu sempurna bagi saya". Sebuah komentar yang membuat saya tertawa lepas sepenuh hati.

Kalau saya tuangkan semuanya, post ini akan menjadi panjang bukan kepalang hanya untuk bercerita tentang kesan dan pesan saja. Secara garis besar, keputusan saya untuk menerima tawaran mengajar di STAN tahun lalu adalah keputusan yang berakhir menyenangkan. Saya bersyukur dapat mengalahkan keraguan saya untuk mengajar kembali dan meneriwa tawaran tersebut.

Bagaimana dengan tahun ini? Tidak lagi.

Saat ini saya sudah memutuskan untuk tidak lagi mengajar di STAN karena materi kuliah yang cocok untuk diajarkan oleh praktisi teknologi informasi (TI) seperti saya itu terbatas. Mata kuliah yang saya ajar sebelumnya memang nyerempet dengan dunia TI, tapi materi yang diajarkan lebih ke arah penggunaan sebuah sistem informasi. Saat mengajar itu saya lebih merasa seperti trainer dalam sebuah kelas training ketimbang seorang dosen di sebuah kelas perguruan tinggi.

Sepertinya saya lebih suka mengajar materi kuliah yang TI banget. Saya membayangkan materi kuliah yang terkait dengan pemrograman, analisa dan desain sistem, manajemen proyek, atau materi-materi lain yang ... TI banget. Satu hal yang pasti, pengalaman mengajar di STAN itu telah membangkitkan minat mengajar saya yang telah tertidur pulas. Yang perlu saya lakukan sekarang adalah mencari tempat yang mau menerima saya sebagai pengajar dan mencari waktu luang untuk mengajar di tengah-tengah kesibukan saya sebagai seorang suami dan ayah dari dua anak laki-laki yang super caper.

2 komentar:

  1. wih... keren sekali pak amir.. :D
    saya baca dari awal sampe akhir koq ngingetin saya waktu jadi ketua ini itu di MTs maupun di SMK.. :D
    ada surat kesan pesan, kenangan dll..

    keren lah..
    moga 2012 makin baik ya.. dan terus mengajar... :)

    *btw, mahasiswanya ada yg tau gak kalo dosennya ngeblog? XD

    BalasHapus
  2. Minimal ada 2 orang mahasiswa yang tahu blog saya. Salah satunya sudah merespon lewat Twitter. :D

    BalasHapus