Sabtu, 22 Desember 2012

Rapor Pertama Raito Aidan

Akhirnya setelah 1 (satu) semester bersenang-senang belajar di TK setempat, Raito dan Aidan pun menerima rapor pertama mereka. Inilah rapor pertama dalam hidup mereka; salah satu indikator penting yang akan menentukan arah bimbingan saya dan ibu mereka. Tentu saja yang deg-degan saat menerima rapor itu bukan Raito dan Aidan, tapi justru saya dan ibu mereka.

Sejak Raito dan Aidan baru belajar merangkak, saya dan ibu mereka mencoba untuk terus memperhatikan perkembangan kecerdasan dan keterampilan mereka. Dengan perbedaan yang begitu kontras di antara mereka, kami sudah menduga bahwa mereka memiliki bakat dan minat yang juga berbeda. Ya, mereka memang beda. Bukan hanya beda di paras, warna kulit, jenis rambut, tinggi badan, dan berbagai segi fisik lainnya, mereka pun berbeda dalam tahap-tahap perkembangan mereka.

Aidan lebih unggul dalam perkembangan motorik kasar. Dia lebih dulu belajar berbalik badan, merangkak, merambat, dan pada akhirnya berjalan. Perbandingan yang paling kontras adalah saat Aidan sudah gemar merangkak dan merambat, Raito masih merayap gaya dada. Benar-benar sebuah kenangan manis mengingat hal itu. Raito sendiri lebih unggul dalam perkembangan motorik halus. Cara dia memegang dan menggenggam sesuatu, terutama alat tulis, memperlihatkan keunggulannya dibandingkan Aidan. Genggaman Raito begitu kuat sampai Aidan yang badannya lebih besar pun lebih sering kalah saat mereka tarik tambang tarik-menarik berebut mainan.

Seiring waktu, perkembangan mereka berjalan stabil. Saya tidak merasakan kekurangan apa pun dalam perkembangan fisik dan mental Raito dan Aidan. Hanya saja saat masuk TK, saat mereka akhirnya berhadapan dengan "pendidikan formal", Raito mulai terlihat dominan. Perkembangan Raito terlihat lebih baik dibandingkan Aidan dalam banyak hal. Ini yang saya lihat langsung di rapor mereka.

Raito unggul dalam menghafal, berbicara (bercerita), menggambar, melukis, berhitung, dan banyak hal lainnya. Bahkan, yang cukup mengherankan, Raito pun lebih unggul dalam perkembangan motorik kasar. Ini kesimpulan singkat yang saya dapatkan dari membandingkan rapor mereka. Hanya saja Raito ini dinilai kurang dalam urusan manajemen emosi, sementara Aidan dapat dikatakan unggul dalam hal menahan diri.

Pada titik ini, saya yakin para penggemar bagian otak akan mengatakan Raito itu dominan otak kirinya. Sementara Aidan sendiri lebih dominan otak kanannya. Hal itu mungkin saja benar, tapi saya masih menganggap pemisahan seperti itu terlalu dini untuk anak seusia mereka. Saya sendiri merasa, setelah membaca beberapa karakteristik otak-kiri dan otak-kanan, saya bisa memaksimalkan kedua bagian otak itu. Kalau saya yang sudah "uzur" saja bisa, saya pun yakin kedua anak-anak saya yang masih berumur 4,5 tahun itu masih bisa berkembang lebih jauh lagi.

Lalu bagaimana dengan "kekalahan" Aidan? Sampai saat ini saya lebih cenderung menduga bahwa Aidan termasuk tipe orang yang tidak suka dengan metode pengajaran formal di kelas. Raito sendiri memang lebih mudah untuk fokus pada sesuatu, sementara Aidan perlu dibangkitkan terlebih dahulu minatnya untuk bisa fokus. Kalau mereka sudah fokus pada sesuatu, saya tidak melihat perbedaan yang signifikan dengan kemampuan mereka untuk memperhatikan dan mempelajari sesuatu itu.

Jadi fokus saya dan ibu mereka lebih kepada Aidan; tentu saja dengan tidak melupakan Raito. Yang perlu kami cari tahu untuk saat ini adalah bagaimana meningkatkan minat belajar Aidan dan membiasakan Aidan untuk fokus (tidak mudah teralihkan). Kalau kami berhasil melakukan itu, kami rasa tidak sulit bagi Aidan untuk tetap keep up dengan metode pengajaran formal di kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar