Minggu, 05 Desember 2010

Kendali Kosong (Zero Control)

The best form of control is not having to control anything.
Bentuk pengendalian yang terbaik adalah dengan tidak mengendalikan apa pun. Dengan tidak mengendalikan apa pun, pengendalian yang kita lakukan dipastikan akan berjalan sempurna tanpa ada kegagalan sedikit pun. Kita tidak akan kesulitan mengendalikan candu bila kita tidak kecanduan. Kita tidak akan kesulitan mengendalikan kebiasaan kita bila kita tidak memiliki kebiasaan itu.

Bentuk pengendalian seperti itu (untuk selanjutnya kita sebut Kendali Kosong) memang bukan hal yang berlaku untuk banyak kondisi karena memiliki kecenderungan pasif atau bahkan negatif. Kalau kita berniat untuk tidak mengendalikan apa pun, itu sama saja dengan mengatakan kita berniat untuk tidak melakukan apa pun dalam hidup kita. Hal ini sama saja dengan sikap pemalas atau bahkan sama saja dengan tidak memiliki kehidupan.

Salah satu kondisi di mana metode Kendali Kosong ini saya terapkan adalah dalam berinteraksi dengan situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter memungkinkan kita untuk mendekatkan yang jauh. Kita bisa berkomunikasi dengan semua teman kita walaupun jarak kita dengan teman-teman kita terpisah jauh. Komunikasi jarak jauh itu bisa kita lakukan dengan mudah, murah, dan -dalam beberapa kasus tertentu- menyenangkan.

Sayangnya akibat dari mendekatkan yang jauh itu, kita -secara sadar atau tidak sadar- dapat menjauhkan yang dekat. Tanpa kita sadari, kita bisa jadi sibuk dengan situs jejaring sosial itu di saat kita sedang berkumpul dengan keluarga kita. Pada akhirnya dunia maya menjadi lebih nyata ketimbang dunia nyata itu sendiri.

Lalu bentuk Kendali Kosong yang saya bicarakan ada di mana? Bentuk Kendali Kosong itu ada pada keputusan saya untuk tidak menggunakan smart phone seperti BlackBerry atau iPhone. Smart phone itu jelas mempermudah kita untuk mengakses situs jejaring sosial. Mudah dibawa, tidak perlu repot menyalakan dan mematikan, dan senantiasa terhubung ke Internet -kalau kita berlangganan. Dengan tidak memiliki smart phone, akses ke situs jejaring sosial sudah pasti terbatas. Saya tidak mungkin membawa netbook ke mana pun saya pergi. Sementara smart phone bahkan dapat dibawa ke (maaf) toilet.

Terlepas dari situs jejaring sosial, saya juga senang menghabiskan waktu dengan bermain game. Ini adalah satu alasan lain bagi saya untuk tidak memiliki smart phone. Saya tidak mau membentuk refleks membuka smart phone untuk bermain game saat saya misalnya sedang menunggu bersama istri saya, karena waktu menunggu itu bisa jadi lebih berharga bila saya manfaatkan untuk mengobrol dengan istri saya. Contoh lain adalah saat rapat. Tentu kecenderungan untuk tidak memperhatikan isi rapat yang membosankan akan menjadi lebih besar dengan kehadiran smart phone.

Contoh-contoh di atas tentu saja sifatnya spesifik, yaitu berlaku untuk kondisi-kondisi tertentu dan subjektif terhadap diri saya sendiri. Selain itu saya juga tidak bermaksud menafikan manfaat dari situs jejaring sosial dan kepemilikan smart phone. Saya yakin ada banyak manfaat dari smart phone karena kalau tidak mereka mungkin akan diberi nama "not so smart phone" atau "stupid phone" atau "silly phone" atau berbagai nama aneh lainnya.

2 komentar:

  1. Yaaah jd percuma donk bi kadonya hiks hiks hiks T_T

    BalasHapus
  2. Gak percuma donk, Bunda. Kalo udah dibelikan ya pasti Abi pakai. :D

    Makasih ya. :)

    Tahun depan netbook ya. ~ngelunjak

    BalasHapus