Minggu, 15 Mei 2011

Pernikahan Dini yang Suram

Pernikahan dini sepertinya identik sekali dengan pernikahan yang amburadul, yaitu pernikahan dengan masa depan yang suram. Pandangan ini meluas karena pernikahan dini dianggap terjadi karena unsur keterpaksaan atau "kecelakaan". Dengan kata lain, pernikahan dini adalah pernikahan yang dilaksanakan tanpa persiapan yang matang.

Pernikahan dini pun melekat erat dengan pernikahan di usia muda. Bila ada pasangan muda belia menikah, pernikahan mereka dianggap terlalu dini, terlalu tergesa-gesa, atau digosipkan akibat "kecelakaan". Pandangan masyarakat sudah sebegitu negatifnya terhadap pernikahan dini. Jadi pemuda-pemudi yang ingin menyegerakan menikah kemungkinan besar akan menghadapi permintaan untuk menunda pernikahan mereka.

Pada kenyataannya, pernikahan dini memang merupakan pernikahan yang rentan terhadap masalah. Bukan sekedar akibat pengaruh berita dan film, tapi contohnya kadang kita lihat sendiri di sekitar kita. Mungkin juga kita mendengar cerita tidak menyenangkan mengenai pasangan muda dari keluarga atau teman kita sendiri. Pada akhirnya, masa depan pernikahan dini menyulut kekhawatiran tersendiri. Pernikahan dini pun menjadi momok yang menakutkan.

Padahal menyegerakan menikah atau dengan kata lain melakukan pernikahan dini itu tidak serta merta membawa dampak negatif. Menyegerakan menikah dapat juga berarti menyegerakan datangnya dampak positif pernikahan ke dalam hidup masing-masing pihak, baik suami maupun istri.

Yang perlu diperhatikan pada dasarnya adalah kesiapan seseorang menghadapi pernikahan dan kesiapan seseorang ini tidak harus dikaitkan dengan usia. Usia yang lebih tua tidak menjanjikan kematangan yang lebih. Jadi mereka yang menikah pada usia yang lebih tua tidak otomatis lebih siap menikah. Seseorang yang menikah di usia 30 tahun belum tentu lebih siap menghadapi pernikahan dibandingkan seseorang yang menikah di usia 20 tahun.

Walaupun begitu, saya sadar bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Kalaupun ada pasangan muda yang hidup harmonis, jumlahnya mungkin tidak mencolok. Alhasil masyarakat pada umumnya tetap berpikir bahwa pernikahan dini itu penuh dengan resiko. Pola pemikiran ini yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat, termasuk para bakal calon pengantin.

Pada intinya, pernikahan dini bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti.
Pola pendidikan anak memiliki andil yang besar dalam hal ini. Walau bagaimana pun, tingkat kematangan seseorang sangat dipengaruhi oleh cara orang itu dididik dan dibesarkan. Dengan pola pendidikan yang tepat, kematangan seseorang sudah mulai terbentuk di usia belasan tahun. Sebaliknya dengan pola pendidikan yang tidak tepat, kematangan itu tidak akan terbentuk walau usia seseorang sudah lebih dari 25 tahun.

Pada intinya, pernikahan dini bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Yang perlu ditakuti adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang manusia yang tidak siap untuk menikah. Dini atau tidak dini itu menjadi tidak relevan karena yang perlu diperhatikan adalah kesiapan calon pengantin terlepas dari umur mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar