Minggu, 30 Mei 2010

How to Train Your (Viking) Son

Saya tidak pernah menyangka bahwa cerita dalam film How to Train Your Dragon banyak menyinggung hubungan antara ayah dan anak. Sebelumnya saya pikir cerita itu akan terpusat pada aksi tokoh protagonis dan tidak melibatkan ayah dan anak. Saya justru membayangkan sekumpulan tokoh protagonis (entah dalam usia remaja atau lebih tua) dalam misi untuk menemukan dan melatih naga-naga sehingga dapat digunakan untuk berperang.

Gambar 1
Ternyata film How to Train Your Dragon ini bercerita banyak tentang tokoh utamanya, Hiccup, yang berusaha semaksimal mungkin untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa dia bisa menjadi bagian dari klan Viking yang kuat. Kenyataannya hal ini sulit dilakukan karena Hiccup memiliki “keterbatasan tertentu” -sengaja saya tidak paparkan- yang membuat ayahnya tidak pernah bisa menerima dia untuk menjadi seorang Viking.

Ada banyak aspek hubungan ayah-anak yang dimunculkan dalam film ini. Kebanyakan aspek-aspek yang dimunculkan ini adalah aspek-aspek umum yang bisa kita temukan dalam interaksi sehari-hari antara seorang ayah dan anak laki-laki. Entah itu antara kita dengan ayah kita, antara kita dengan anak laki-laki kita, antara sepupu dengan paman kita, atau antara ayah dan anak laki-laki mana pun.

Di film tersebut, ayah Hiccup yang bernama Stoick adalah pemimpin bangsa Viking yang disegani. Kondisi ini kerap menjadi kendala dalam perkembangan anak karena tipe ayah yang sukses seperti Stoick ini seringkali memiliki harapan yang tinggi -bahkan terlalu tinggi- terhadap anaknya. Dalam film tersebut, Stoick benar-benar berharap Hiccup dapat tumbuh menjadi orang Viking yang dapat dia banggakan. Dan seperti yang sudah saya paparkan di atas, harapan ini bisa dikatakan sebuah mimpi belaka.

Sisi positifnya adalah Hiccup tidak serta-merta berontak. Hiccup masih berusaha memenuhi harapan ayahnya. Tapi kenyataannya semua hal yang dilakukan Hiccup itu sia-sia. Bukannya berpikir positif terhadap usaha yang dilakukan anaknya, Stoick justru semakin kehilangan kepercayaannya kepada Hiccup. Masalah ini menjadi semakin pelik dengan buruknya komunikasi di antara mereka berdua. Baik Hiccup maupun ayahnya seperti terhalang sebuah tembok besar saat mereka mencoba menyampaikan maksud mereka masing-masing.

Bersambung ...

*Gambar 1 diambil dari http://www.parentpreviews.com/legacy-pics/how-to-train-your-dragon.jpg

--
Versi PDF: http://www.4shared.com/document/Vd7jfwYC/HowToTrainYourVikingSon.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar