Jumat, 14 Mei 2010

Tiga Tahap Pertumbuhan Anak Laki-Laki (3)

Sambungan dari: http://asyafrudin.blogspot.com/2010/05/tiga-tahap-pertumbuhan-anak-laki-laki-2.html

Tahap terakhir adalah usia tiga belas tahun sampai seterusnya. Pada tahap ini, anak laki-laki pada dasarnya masih dalam tahap belajar menjadi laki-laki. Perbedaan yang mencolok dengan tahap sebelumnya adalah pergeseran minat anak dari ayah ke pria dewasa pada umumnya. Pada tahap ini, perhatian anak laki-laki akan tertuju pada dunia yang lebih luas. Peran ayah dan ibu di tahap ini akan menurun, tapi jangan sampai anak laki-laki itu dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa pendamping. Yang paling penting di tahap pertumbuhan ini adalah menemukan pria dengan taraf pemikiran yang matang -selain anggota keluarga- untuk membantu anak laki-laki belajar menjadi pria yang bertanggung jawab dan mandiri di tengah-tengah masyarakat.

Di tahap pertumbuhan ketiga ini, seorang anak laki-laki mulai memiliki keinginan untuk mengambil peran dalam masyarakat. Yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah membiarkan anak laki-lakinya mengambil peran sambil senantiasa memantau perkembangan anaknya dari jauh. Sekali lagi saya tegaskan bahwa hal yang penting dalam tahap ini adalah menemukan pendamping atau pembimbing yang tepat. Dengan begitu anak laki-laki tidak merasa dirinya dikekang tapi dalam waktu yang sama tetap dijaga agar tidak mengambil peran yang salah. Keberhasilan menemukan sosok pria dewasa yang mampu membimbing seorang anak laki-laki merupakan faktor utama dalam menentukan berhasil atau tidaknya anak laki-laki menjadi pria dewasa yang bertanggung jawab dan mandiri.

Terlepas dari kita berhasil menemukan pembimbing atau tidak, anak laki-laki pun akan dengan sendirinya mencari. Jika seorang anak laki-laki merasa tidak berhasil menemukannya, mereka akan beralih kepada teman-teman mereka. Teman-teman mereka itu yang akan menjadi pembimbing anak laki-laki kita. Kalau itu sudah terjadi, kelompok yang terbentuk itu adalah sekelompok orang yang saling membimbing tanpa kualifikasi yang memadai untuk membimbing. Wajar saja akhirnya kalau sekelompok anak laki-laki itu suka memberontak, tidak peduli dengan lingkungannya, suka merusak, atau bahkan terjerumus pada hal-hal negatif seperti seks bebas atau obat-obatan terlarang.

Saya yakin banyak orang tua akan sependapat kalau anak laki-laki di usia tiga belas tahun ke atas cenderung tidak mau mendengarkan orang tuanya. Pada saat yang sama, anak laki-laki di usia ini justru lebih mendengarkan kata-kata orang lain. Kalau orang tua memaksakan pendapatnya, kemungkinan besar hasilnya adalah pertengkaran antara orang tua dan anak. Kalau saja anak laki-laki di usia ini memiliki pria dewasa yang mengawasinya, pertengkaran orang tua dan anak itu dapat dihindari dan anak itu pun tidak akan mendapat celaka.

Intinya pada tahap pertumbuhan yang ketiga ini, setiap anak laki-laki sedang berusaha menemukan jati dirinya. Mereka mungkin akan mencoba berbagai hal baru yang mereka temukan di dunia luar. Orang tua yang terlalu mengekang mereka pasti akan mendapat perlawanan. Kalau anak laki-laki tidak dapat melawan orang tuanya secara frontal, maka dapat dipastikan mereka akan main belakang.

Biarkan anak laki-laki itu menemukan sendiri jati diri mereka. Yang dapat dilakukan oleh orang tua pada hakikatnya adalah menjaga agar mereka tidak salah melangkah. Walaupun keberadaan pria dewasa lain sebagai pembimbing itu penting, peran orang tua masih tetap vital dalam menentukan langkah-langkah yang diambil anaknya untuk menemukan peran dan jati diri mereka dalam masyarakat.

Referensi:
  • Bidduplh, Steve. 2005. Raising Boys, alih bahasa oleh Daniel Wirajaya, S.S. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

--
Versi PDF: http://www.4shared.com/document/ez1IdbOm/TigaTahapPertumbuhanAnakLakiLa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar