Minggu, 02 Oktober 2011

Orang Tua Penyantun

Tulisan ini terinspirasi dari Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 225 yang saya kutip di bawah ini:
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Menurut terjemah Al-Qur'an yang saya baca, Halim berarti penyantun: tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa. Kata "penyantun" ini sempat membuat saya terhenyak. Allah yang Maha Kuasa tidak hanya mudah mengampuni hamba-Nya yang berbuat dosa. Allah bahkan tidak menyegerakan turunnya siksaan kepada para hamba yang berbuat dosa.

Sifat Allah yang Maha Penyantun ini dapat menjadi inspirasi saya sebagai orang tua dalam menyikapi berbagai masalah dengan anak-anak saya. Anak-anak adalah manusia yang sangat rentan membuat kesalahan. Dengan kata lain, anak-anak itu sangat rentan menyulut sumbu kemarahan orang tuanya. Hal ini saya rasakan sendiri saat berurusan dengan dua anak laki-laki saya.

Kalau saya ingin menjadi orang tua yang bijaksana, sudah selayaknya saya menjadi orang tua yang penyantun. Sudah selayaknya saya menjadi orang tua yang tidak mudah marah. Sebaliknya saya harus terus berusaha menjadi orang tua yang mudah memaafkan dan tidak terburu-buru memarahi anak saat anak melakukan kesalahan.

Walaupun teori-teori untuk menjadi orang tua yang penyabar sudah lama melekat dalam pikiran saya, kondisi di lapangan senantiasa membuat penerapan teori-teori ini menjadi sulit. Ada banyak faktor yang membuat kesabaran itu menjadi sulit untuk dicapai: fisik yang lelah, masalah yang menumpuk, emosi yang memuncak, dll. Semoga saja konsep "penyantun" ini dapat membantu saya menjadi orang tua yang lebih penyabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar